Jumat 06 Mar 2015 16:27 WIB

Begal Bikin Warga Anomi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Begal sudah mengancam rasa aman warga. Tak hanya di Ibu kota, pencurian dengan tindak kekerasan ini terjadi di daerah-daerah. Warga yang marah pun bertindak anarki. Di Jalan Masjid Baiturrahman, Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, aksi begal menuai balas yang nahas. Komplotan pelaku kejahatan membegal pasangan pengendara sepeda motor, Wahyu dan Sri, pada Selasa (24/2) dini hari WIB.

Sri berhasil melakukan perlawanan dengan menarik samurai yang dipegang Hendriansyah hingga pelaku terjatuh dari sepeda motor. Mengetahui adanya begal, massa mengeroyok dan membakar Hendriansyah hingga tewas. Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, begal beraksi pada Senin (1/3) sekitar pukul 08.30 WIB. Aksi itu terjadi di sekitar perlintasan kereta api Volvo yang masih ramai. Korban yang melintasi rel kereta dipepet empat pria yang menaiki dua skuter matik.

Para pelaku sempat menodong korban dengan sebilah golok. Mereka kemudian merebut tas milik korban. Korban lalu berteriak meminta pertolongan. Pelaku yang diketahui bernama Cecep Saidin (35 tahun), warga Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur, itu dihajar hingga kondisinya kritis. Pelaku tewas saat sampai di RS Polri Kramat Jati.

Kriminolog Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendarto, menilai masyarakat saat ini sedang dalam kondisi anomi. Sebuah perilaku apatis terhadap sistem. Mereka tak lagi percaya dengan sistem hukum di Indonesia. Aparat penegak hukum tak lagi diyakini sebagai pelindung dan pengayom karena mereka dinilai selalu mengabaikan masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

“Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat akhirnya memakai hukum jalanan untuk menghakimi pelaku pembegalan motor,” ujar Yogo. Lambannya pengungkapan kasus pembegalan juga menjadi salah satu faktor. Hukuman membakar pelaku kejahatan dinilai mampu memberikan efek jera bagi para pelaku pembegalan lainnya. Yogo menambahkan, masyarakat yang dalam kondisi anomi itu juga didukung dengan perasaan marah dan perilaku kolektif. Keduanya lahir dari kondisi psikologis yang sama selaku korban pembegalan.

Dia menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi orang menjadi pelaku pembegalan. Faktor ekonomi jelas menjadi alasan mendasar terjadinya pembegalan. Sepeda motor adalah benda yang mudah untuk dijual dan memiliki putaran penjualan yang cepat. Hampir semua orang saat ini membutuhkan kendaraan bermotor ini.

Saat ini terjadi pergeseran motif pencurian kendaraan bermotor, dari mencuri dengan cara konvensional menjadi dengan cara pembegalan. Cara yang kedua ini memiliki perencanaan yang lebih matang ketimbang pencurian dengan cara konvensional. Melalui pembegalan, pelaku mempunyai kuasa lebih dari korban, dengan mengancam bahkan menghabiskan nyawa. “Tindakan pembegalan juga untuk menghapus jejak, cara yang cepat dan terencana,” kata dosen Jurusan Krimonologi UI ini.

Wakapolri Komjen Badrodin Haiti mengatakan, kasus perampasan motor sejak dulu juga sudah terjadi di Jakarta dan wilayah lainnya. Hanya, kata Badrodin, saat ini diberitakan secara masif sehingga seolah-olah situasinya darurat dan meresahkan masyarakat. “Padahal, dari data menunjukkan kinerja Polri yang tidak buruk,” kata Badrodin kepada Republika, Ahad (1/3).

Ia memaparkan, pada Januari dan Februari 2015, terdapat 48 kasus perampasan motor di wilayah Polda Metro Jaya yang ditangani. Sebanyak 29 orang ditangkap dan tujuh pelaku di antaranya meninggal. Kapolda Metro Jaya Irjen Unggung Cahyono menilai, para penadah merupakan penyebab utama maraknya aksi pembegalan motor. Kapolda menyatakan itu ketika menanggapi aksi Polresta Depok menggerebek tempat penjualan suku cadang dan onderdil yang diduga hasil curian dan pembegalan di Kampung Sasak Panjang dan Kampung Bulu, perbatasan Kota Depok dengan Kabupaten Bogor, Sabtu (28/2) malam.

Banyaknya remaja yang bergabung dalam komplotan begal menarik perhatian pemerintah. Terlebih, gim online yang marak dengan kekerasan dinilai memengaruhi mentalitas para remaja. Menteri Kebudayan, Pendidikan Dasar, dan Menengah Anies Baswedan mengakui bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan yang berlaku selama ini.

Anies menilai, seluruh pihak, baik di sekolah maupun keluarga, harus merespons secara cepat gejala anak-anak yang melakukan tindak kekerasan, termasuk di dalamnya pembegalan. “Kita harus me-review semua yang menjadi permainan anak-anak. Di sekolah juga harus dipantau, ada atau tidak gejala anak-anak melakukan kekerasan,” kata Anies seusai melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (2/3).

Dengan demikian, pihak sekolah, melalui bimbingan konseling di sekolah, serta kepala sekolah dituntut mampu mendeteksi dan mencegah aksi kekerasan anak didiknya. Anies juga berencana mengundang sejumlah pakar, siswa, dan orang tua guna membahas maraknya pembegalan akhir-akhir ini. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, aksi pembegalan ada yang melibatkan remaja berusia sekitar 15 tahun. Wapres mengklaim, aksi begal biasanya dimulai dari perilaku bullying yang dilakukan siswa senior kepada junior mereka.

ed: A Syalaby Ichsan

***

komentar

1. Polisi Hanya Bereaksi Kalau Ada Aksi

Nopiyar Makawaru, Cilegon

Maraknya aksi begal lantaran kurang fokusnya penegak hukum dalam mengantisipasi gejala sosial serta mengayomi dan melindungi masyarakat. Penegak hukum hanya bereaksi bila ada aksi, minim insiatif, dan kurang menganalisis situasi. Penegak hukum harus bersosialisasi mengenai sistem keamanan lingkungan dan bersinergi dengan masyarakat sehingga keamanan lingkungan lebih kondusif dan membuat masyarakat hidup aman dan nyaman

2. Rakyat Bisa Main Hakim Sendiri

Giyat Yuniarto, Bekasi

Adalah tugas kepolisian menjaga keamanan dan ketertiban di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maraknya begal motor merupakan indikasi bahwa polisi kurang sigap atau lalai dalam menjaga keamanan di beberapa wilayah.

Kebrutalan begal motor dapat dicegah jika saja polisi serius seperti pada saat melakukan penindakan terhadap para teroris. Jika aparat kepolisian tidak serius menangani begal motor, dikhawatirkan akan makin banyak korban yang jatuh dan masyarakat pun akan tersulut emosinya untuk “main hakim sendiri”.

Terciptanya suasana aman dan tertib adalah salah satu ciri suatu negara yang sungguh-sungguh dalam melindungi dan mengayomi rakyatnya. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kekuatan kepada seluruh aparat kepolisian dalam usahanya memberikan rasa aman dan nyaman bagi rakyat Indonesia.

3. Pembegalan di Luar Skenario dan Anggaran

Herwin Nur, Tangerang Selatan

Dalam rangka menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, disusun 10 subagenda (2015-2019) yang masing-masing diuraikan dengan merumuskan sasaran, arah kebijakan, dan strategi. Dari sepuluh subagenda tersebut, poin nomor sembilannya adalah membangun Polri yang professional. Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya Polri yang profesional guna meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri.

Kepercayaan merupakan modal penting dalam membangun kemitraan antara masyarakat dan Polri. Melalui upaya peningkatan profesionalisme anggotanya dengan fokus pada orientasi pelayanan publik, Polri akan dapat tumbuh menjadi institusi yang disegani dan dipercaya oleh masyarakat.

Rakyat tinggal menunggu hasil. Proses meningkatkan kepercayaan publik tehadap Polri butuh waktu dan yang penting adalah niat dan iktikad baik. Faktor politik sebagai penentu proses tersebut. Polri tidak bisa netral dari berbagai kepentingan dan tekanan politik. Bahkan, acap wajib menjalankan skenario negara adidaya. Ironis, banyak rahasia umum tentang Polri menjadi sumber kehidupan media massa.

Maraknya pembegalan motor bisa menjadi tindak kejahatan jalanan musiman. Seperti mewabahnya penggemar batu akik. Bisa sebagai dampak sistem atau pengalihan perhatian nasional atas berbagai kasus yang melibatkan peran Polri.

Sifat proaktif dan daya reaktif Polri terhadap berbagai kasus yang telah memakan korban, khususnya pembegalan motor, menunjukkan watak asli aparat keamanan. Memakai kalkulasi politik, petinggi Polri “agak” memberi instruksi jika sudah menjadi bencana nasional. Langkah pertama dan utama adalah menetapkan kurangnya penerangan jalan sebagai kambing hitam pemacu dan pemicu maraknya pembegalan motor. Media massa ingin menetralisasi suasana dengan menayangkan tukang tadah motor hasil pembegalan.

Rakyat percaya bahwa sikap Polri terhadap aksi pembegalan motor di luar skenario dan anggaran. Polri bukannya tak punya nyali menindak begal yang berani mati. Bukannya pilih tanding (beda jika harus menggerebek, menggropyok sarang teroris, atau menembak mati teroris di TKP) atau menganggap ringan begal.

4. Lemahnya Penegakan Hukum

Hendri Yunanda

Masalah kompleks semua bersumber dari lemahnya penegakan hukum dan maraknya pengangguran serta pola pikir masyarakat yang berubah hingga mereka tak segan melakukan kejahatan dan penghakiman massal begal yang tertangkap. Jadi, harus dimulai dengan memperbaiki penegakan hukum yang bisa membuat jera para pelaku serta dibukanya lapangan pekerjaan seluas-luasnya agar kejahatan begal bisa berkurang. Selain itu, juga menanamkan pendidikan akhlak agama yang benar pada pelaku kejahatan serta selalu dilakukan patroli di daerah yang rawan kejahatan untuk mempersempit gerak begal di mana saja yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

5. Disebabkan Media

Devi Azhar, Bandung

Maraknya pembegalan sebenarnya disebabkan oleh media itu sendiri. Media terlalu heboh memberitakan soal pembegalan. Warga menjadi ketakutan. Banyak teman saya di Bandung jadi takut keluar malam, padahal tadinya berani. Kultur orang Indonesia ketika melihat berita itu juga seperti dicontoh. Soal pengamanan polisi, di Bandung perannya belum terdengar untuk memberantas begal.

6. Perbanyak Patroli

Dewi Purnama Putri, Jakarta

Pembegalan adalah merampas milik orang secara paksa. Pembegalan itu dilakukan di jalan-jalan yang sepi. Aksi kejahatan ini sangat meresahkan warga. Sebagai warga Ibu Kota, saya meminta polisi untuk memperbanyak patroli, terutama di jalan-jalan rawan.

7. Pemerintah Lamban

Sajar Widianto, Jakarta

Fenomena begal yang marak terjadi beberapa bulan terakhir secara sporadis membuat kami sebagai pengguna kendaraan bermotor menjadi resah dan tidak nyaman. Peran pemerintah sebagai pihak yang berwajib menangani salah satu permasalahan sosial ini. Yang ada semua tindakannya reaktif tapi lambat. Begal beraksi biasa di tempat sepi, gelap, minim penerangan, dan jauh dari penduduk. Jika patroli-patroli polisi (perpanjangan tangan pemerintah sebagai pihak berwajib) dilakukan secara masif, saya rasa kejahatan ini bisa diminimalisasi. Jumlah pelaku begal lebih sedikit dari jumlah polisi di seluruh negeri ini. Jika polisi sudah tidak sanggup lagi ya bekerja samalah dengan pihak lain seperti TNI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement