Rabu 26 Oct 2016 16:00 WIB

Kredit BRI Didominasi UMKM

Red:

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyalurkan kredit Rp 603,5 triliun pada kuartal III 2016 atau naik 16,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit ini ditopang segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tumbuh 14,8 persen dengan penyaluran kredit mencapai Rp 435,2 triliun.

Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, segmen kredit UMKM memiliki komposisi penyaluran kredit 72,1 persen atau yang terbesar dari seluruh penyaluran kredit. Kredit mikro masih menjadi mesin pendorong utama pertumbuhan kredit.

"Dibandingkan kuartal III tahun lalu, kredit mikro yang disalurkan BRI tumbuh sebesar 20,3 persen dari Rp 170,2 triliun pada tahun lalu menjadi Rp 204,8 triliun," ujar Asmawi Syam saat paparan kinerja Kuartal III 2016, di kantor BRI Pusat, Selasa (25/10).

Untuk kredit konsumen, BRI telah menyalurkan Rp 96,8 triliun atau meningkat 12,9 persen. Sedangkan, kredit sektor ritel tumbuh 22,2 persen atau menjadi Rp 123,1 triliun.

BRI juga mencatat pertumbuhan signifikan pada jumlah nasabah dari 7,6 juta menjadi 8,6 juta nasabah. Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) nett perseroan tercatat sebesar 0,6 persen dan NPL gross 2,22 persen. Asmawi optimistis BRI dapat mencapai target pertumbuhan kredit sebesar 13-15 persen pada akhir tahun 2016.

Untuk menjaga kualitas kredit, BRI telah meningkatkan pencadangan kerugian (NPL coverage ratio) hingga 166,6 persen atau sebesar Rp 22,3 triliun dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 21,9 persen.

Direktur Kepatuhan BRI Susi Liestiowati mengatakan, ada kemungkinan biaya pencadangan akan naik lagi di kisaran 166-170 persen apabila terjadi peningkatan rasio NPL. Kendati begitu, Susi optimistis NPL dapat terjaga dalam kisaran 2,1-2,4 persen hingga akhir tahun.

"Sampai akhir tahun untuk cadangan kemungkinan naik sedikit, dengan asumsi besarannya 166- 167 persen. Tapi, 166 persen kami anggap itu cadangan yang baik dan konservatif," kata Susi.

Sedangkan, mengenai perolehan laba, BRI membukukan laba bersih Rp 18,6 triliun atau naik tipis 1,84 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 18,28 triliun. Perolehan laba ini didorong pendapatan bunga bersih Rp 48,6 triliun atau tumbuh 16,8 persen. Sedangkan, perolehan pendapatan berbasis komisi (fee based income) tercatat sebesar Rp 6,6 triliun atau tumbuh 25,9 persen.

Asmawi menjelaskan, pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang mencapai dua digit ini ditopang kenaikan penyaluran kredit serta terjaganya rasio kredit bermasalah dan karena turunnya biaya dana akibat meningkatnya dana pihak ketiga (DPK), khususnya dana murah.

Pertumbuhan DPK BRI hingga akhir September 2016 sebesar 8,8 persen menjadi Rp 665,5 triliun. Dari total DPK yang berhasil dihimpun, sebanyak 57,6 persen dalam bentuk dana murah, seperti giro dan tabungan, yang tumbuh sebesar 11,7 persen menjadi Rp 383,4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menambahkan, perseroan akan menjaga pertumbuhan pendapatan bunga bersih dalam kisaran 16-20 persen hingga akhir tahun. "NII (net interest income) akan dijaga di 16-20 persen, sedangkan laba targetnya akan naik tipis 1-2 persen," ujar Haru. Salah satu penyebab tipisnya kenaikan laba BRI karena perseroan meningkatkan biaya rasio pencadangan kerugian sebesar 166 persen.

Terkait pertumbuhan pendapatan berbasis komisi, Haru mengatakan, peningkatan tersebut berasal dari jasa administrasi kredit yang tumbuh 113,6 persen menjadi Rp 740 miliar. Kemudian diikuti fee dari transaksi trade finance yang tumbuh sebesar 58,8 persen menjadi Rp 614 miliar, fee transaksi e-banking Rp 1,6 triliun atau tumbuh sebesar 42,2 persen, dan fee yang berasal dari jasa kegiatan perbankan lainnya (nonkredit).

"Hingga akhir tahun, kami targetkan fee based income akan berjumlah 10 persen dari total pendapatan. Sekarang baru delapan persen," ujar Haru.      rep: Idealisa Masyrafina, ed: Satria Kartika Yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement