Rabu 28 Sep 2016 17:00 WIB

ADB Revisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Red:

JAKARTA  --  Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 menjadi 5,0 persen atau turun dari proyeksi sebelumnya pada Maret sebesar 5,2 persen. Menurut ADB, kinerja investasi dan ekspor masih melemah.

"Pertumbuhan mengalami revisi turun karena investasi pemerintah dan swasta yang melambat serta ekspor yang melemah," kata Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Steven Tabor dalam pemaparan laporan terbaru ADB di Jakarta, Selasa (27/9).

Tabor mengatakan, konsumsi rumah tangga yang menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan menghadapi tantangan berupa pelemahan ekonomi global, yang bisa mengurangi permintaan masyarakat. Namun, kata Tabor, upah minimum yang lebih tinggi, kenaikan batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan melambatnya tingkat inflasi bisa mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Selain itu, investasi swasta akan memperoleh manfaat dari penerapan penerbitan paket kebijakan ekonomi jilid I-XIII karena ada perbaikan iklim investasi dan proses kemudahan berusaha yang lebih sederhana. Tabor juga memperkirakan adanya peningkatan belanja pemerintah untuk pembangunan sarana infrastruktur pada paruh kedua 2016, yang sejalan dengan pola tahunan kenaikan penyerapan anggaran menjelang akhir tahun.

"Namun, secara keseluruhan, investasi dan konsumsi pemerintah akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya karena rendahnya realisasi penerimaan dari sektor pajak," kata Tabor.

Tabor mengingatkan para pengambil kebijakan di Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai langkah untuk menghadapi risiko terhadap prospek pertumbuhan jika terjadi pemangkasan anggaran dan keterlambatan implementasi proyek infrastruktur.

Dalam edisi pembaruan publikasi ekonomi tahunan 2016 ini, ADB juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 mencapai 5,1 persen atau turun dari proyeksi sebelumnya 5,5 persen karena ada perkiraan perlambatan kinerja investasi.

Wakil Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Sona Shrestha mengatakan, masih ada prospek bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh dengan lebih sehat tahun ini meski situasi sedang sulit akibat perlambatan ekonomi global. "Seiring makin terwujudnya reformasi kebijakan di Indonesia dan membaiknya momentum pertumbuhan perekonomian di negara-negara industri utama, besar kemungkinan kita akan melihat peningkatan ekonomi lebih lanjut," ujar Shrestha.

Laporan terbaru ini juga mencatat adanya pengurangan kesempatan kerja yang dapat melemahkan kepercayaan masyarakat karena menyebabkan masalah stagnasi pendapatan, meningkatnya jumlah pengangguran, dan problem overskill.

"Sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak karena keterlambatan musim panen. Namun, pasar tenaga kerja bagi pekerja berpendidikan tinggi mengalami stagnasi upah dengan makin banyaknya lulusan yang bekerja, padahal pekerjaan itu tidak memerlukan kualifikasi setinggi mereka," kata Shrestha.

Sebelumnya, ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada 2016. Proyeksi ADB tersebut muncul berdasarkan pencapaian perekonomian Indonesia yang tumbuh 4,9 persen pada kuartal pertama 2016, didukung oleh pengeluaran rumah tangga dan investasi yang lebih kuat.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kondisi lebih baik pada 2017. Prediksinya tidak jauh dari target pertumbuhan ekonomi dalam asumsi makro RAPBN 2017.

"Kami perkiraakan pertumbuhan ekonomi 2017 dapat berada di kisaran 5,1 persen sampai 5,5 persen," kata Gubernur BI Agus Martowardojo beberapa waktu lalu.

Angka tersebut lebih rendah dari prediksi BI sebelumnya atas pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017, yakni 5,2-5,6 persen. Sejumlah faktor menjadi pertimbangan BI menurunkan prediksinya. Salah satunya adalah diturunkannya prediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2017 oleh IMF dan Bank Dunia.

Pada 2017, dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, diperkirakan akan menjadi sektor utama pendorong ekonomi.       antara, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement