Senin 25 Jul 2016 14:00 WIB

RI Optimistis Defisit tak Jebol

Red:

JAKARTA--Pemerintah optimistis dapat mengejar target desifit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) sepanjang 2016. Pemerintah meyakini target defisit, yaitu 2,35 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), bisa terpenuhi.

Meski, sebelumnya mengalami defisit pada semester awal 2016 mencapai 1,83 persen atau Rp 230,7 triliun. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakan, target tersebut dapat tercapai dibantu dengan penerimaan dana repatriasi kebijakan pengampunan pajak.

"Target defisit kan tetap 2,35 persen. Nah, itu nanti lewat penerimaan dari tax amnesty dan reguler. Nanti, kita kejar ke 2,35 persen," ujar Suahasil pada Republika, Ahad (24/7). Menurut Suahasil, target tersebut dapat tercapai melihat dari antusiasme pemilik dana saat sosialisasi kebijakan ini.

Bahkan, sudah ada pemilik dana yang ikut mendaftarkan hartanya yang belum pernah terdaftar. Penempatan untuk dana tersebut pun juga sudah dipersiapkan oleh masing-masing gateway yang ditentukan pemerintah.

Saat ini, untuk industri perbankan, yang dapat menjadi bank repatriasi atau penerima setoran pajak dari pengampunan pajak hanya bank kelompok umum kegiatan usaha (BUKU) III dan IV. Sementara, BUKU II belum dimasukkan ke dalam kriteria.

Tercatat, total ada 18 bank yang telah memenuhi syarat menjadi bank persepsi. Bahkan, ada kemungkinan untuk bertambah menjadi maksimal 28 bank. Meski demikian, jika terlalu banyak bank yang dilibatkan, pengontrolannya akan lebih sulit.

Hanya, menurut dia, jika lebih banyak bank, akan memudahkan nasabah untuk memilih. Sehingga, produk keuangan yang sudah ada harus ditambah atau disempurnakan.

"Produk keuangan kalau bisa lebih variatif, lebih bagus juga. Karena, orang jadi punya pilihan lebih banyak," katanya. Masuknya dana repatriasi ke dalam negeri juga memungkinkan bank BUKU I dan II dapat menaikkan modal intinya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, nilai defisit negara mencapai 1,83 persen dari PDB atau sekitar Rp 230,7 triliun. Bambang menjelaskan, defisit yang dialami pemerintah pada semester awal memang lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada semester awal 2015, nilai defisit berada di angka Rp 84,3 triliun atau 0,73 persen.

Besarnya defisit fiskal ini karena pendapatan dalam negeri belum maksimal. Dari target dalam APBNP sebesar Rp 1.786,2 triliun, pemerintah baru mendapatkan Rp 634,7 triliun atau 35,5 persen.

Sementara, berdasarkan laporan realisasi APBN semester I 2016 hingga akhir Juni mencapai Rp 44,4 triliun atau lebih tinggi dari realisasi pada periode sama 2015 sebesar Rp 26,9 triliun. Penyerapan belanja modal ini lebih tinggi sebesar Rp 17,5 triliun dari periode akhir Juni 2015.

Penyerapan belanja modal ini didukung oleh percepatan belanja di kementerian teknis yang terkait dengan infrastruktur, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Perhubungan.

Hal tersebut karena adanya percepatan lelang pengadaan barang dan jasa yang dimulai sejak awal 2016 sehingga telah terjadi peningkatan belanja modal yang cukup signifikan.

Selain itu, realisasi belanja barang juga mengalami peningkatan, yaitu dari sebelumnya pada akhir Juni 2015 sebesar Rp 50,7 triliun menjadi Rp 94,6 triliun pada akhir Juni 2016. Realisasi belanja pegawai ikut mengalami peningkatan dari sebelumnya pada akhir Juni 2015 sebesar Rp 75,5 triliun menjadi Rp 100,9 triliun pada akhir Juni 2016.

Namun, realisasi bantuan sosial menurun pada akhir Juni 2016 menjadi Rp 22,9 triliun, dari sebelumnya pada akhir Juni 2015 sebesar Rp 42,2 triliun karena ada beberapa pos bantuan sosial yang dialihkan ke belanja barang.    rep: Idealisa Masyrafina/antara, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement