Senin 25 Jul 2016 14:00 WIB

Kredit BNI Terdorong Proyek Infrastruktur

Red:

JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit bussiness banking (produktif) sebesar 25,6 persen year on year (yoy) menjadi Rp 260,79 triliun pada Juni 2016 dibanding posisi Juni 2015 yang terbuku sebesar Rp 207,58 triliun. Pertumbuhan kredit business banking BNI ditandai oleh tingginya dukungan terhadap pembiayaan proyek pemerintah.

Menurut Direktur Utama BNI Achmad Baiquni, dengan pertumbuhan tersebut, kontribusi segmen bussiness banking terhadap total kredit BNI berada pada level 73 persen."Pembiayaan atas proyek infrastruktur mendominasi dari seluruh proyek pemerintah dengan share sebesar 28 persen terhadap total pembiayaan business banking," ujar Baiquni pada Ahad (24/7).

Per 30 Juni 2016, BNI mengalirkan Rp 77,2 triliun kredit infrastruktur. Ekspansi kredit ini mendorong perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 4,37 triliun atau tumbuh 79,9 persen secara tahunan (yoy) pada Semester I 2016.

Pertumbuhan laba BNI tersebut ditopang oleh kontribusi pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 11,7 persen yoy dari Rp 12,45 triliun menjadi Rp 13,91 triliun serta kenaikan pendapatan nonbunga 28,7 persen yoy dari Rp 3,44 triliun menjadi Rp 4,43 triliun. NII tumbuh berkat realisasi penyaluran kredit BNI hingga akhir Juni 2016 yang tumbuh moderat sebesar 23,7 persen yoy dari Rp 288,72 triliun menjadi Rp 357,22 triliun.

Menurut Baiquni, kenaikan laba bersih ini ditopang, antara lain, oleh kinerja fungsi intermediasi BNI yang tetap solid dalam menyalurkan kredit. Meskipun, pada suku bunga kredit segmen kecil telah diturunkan secara selektif sejak awal April 2016 serta kondisi perekonomian nasional yang melambat.

"Kinerja penyaluran kredit BNI menunjukkan kualitas fungsi intermediasi perseroan yang semakin meningkat karena di tengah kecenderungan menurunkan suku bunga BNI tetap dapat mendorong kredit sekaligus mencetak net interest margin (NIM) di atas enam persen," ujarnya.

Menurut Baiquni, hal ini didorong oleh kemampuan BNI dalam menurunkan cost of funds (biaya dana) dari 3,2 persen pada Juni 2015 menjadi 3,1 persen pada Juni 2016. Biaya dana tetap mengalami perbaikan karena penurunan suku bunga dana deposito pada umumnya. Hal ini terjadi sepanjang Semester I 2016.

Sebelumnya, pada periode yang sama tahun lalu laba BNI anjlok hingga 50,8 persen menjadi Rp 2,4 triliun. Penurunan laba tersebut akibat meningkatnya beban pencadangan perseroan (coverage ratio/CKPN) sebesar 172,2 persen dari Rp 2,2 triliun pada Semester I 2014 menjadi Rp 6 triliun pada Semester I 2015. Tercatat, saat itu rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar tiga persen. Tahun lalu, BNI melakukan penanganan NPL secara konservatif dengan melakukan restrukturisasi dan proaktif dengan membentuk CKPN lebih tinggi.

Dukungan terhadap pemerintah juga ditunjukkan BNI dengan mendorong program-program penyaluran kredit yang mendapatkan penjaminan pemerintah, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). BNI mencatatkan pertumbuhan signifikan pada penyaluran KUR. Penyaluran KUR pada akhir Kuartal II 2016 meningkat Rp 7,3 triliun atau tumbuh 331 persen dibandingkan periode yang sama pada 2015.     rep: Idealisa Masyrafina, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement