Jumat 12 Feb 2016 16:00 WIB

Perbankan Selektif Salurkan Kredit Migas

Red:

JAKARTA — Penurunan harga minyak dunia membuat perbankan dalam negeri semakin selektif dalam menyalurkan kredit ke sektor minyak dan gas (migas). Kehatian-hatian ini untuk menjaga kualitas kredit perseroan, mengingat dana yang dikucurkan tidak sedikit.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Hari Siaga mengatakan, sektor migas dan energi menjadi salah satu komponen dari kredit korporasi. Porsinya mencapai 7,5 persen dari total kredit perseroan. 

Menurut Hari, kredit di sektor tersebut tahun lalu tumbuh 25 persen dengan nilai Rp 10 triliun. "Tapi, kalau bicara mengenai kondisi saat ini, memang kita harus memilih sektor mana yang kira-kira masih aman untuk ekspansi. Jadi, 2016 lebih fokus ke energinya.  Tetap tahun ini ada migas, tapi tidak ditingkatkan," ujar Hari di Jakarta, Kamis (11/2).

Hari menjelaskan, untuk sektor migas, BRI akan lebih memfokuskan penyaluran kredit terhadap perusahaan-perusahaan yang bergerak di downstream (hilir) serta support (pendukung) upstream (hulu). Sebab, kegiatan produksi di kedua area tersebut memiliki risiko kerugian yang lebih rendah ketimbang hulu migas. "Jadi, untuk target pinjaman di sektor itu pada tahun ini antara 13 hingga 15 persen," ujarnya.

Bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, juga memilih selektif dalam mengucurkan kredit di sektor migas. Hal ini sebagai respons jatuhnya harga minyak di pasar internasional hingga hanya berkisar pada level 30 dolar AS per barel.

Pimpinan Kantor Wilayah Bank Mandiri Sumatra Bagian Selatan Kuki Kadarisman menjelaskan, kehatian-hatian ini dimaksudkan agar kualitas kredit perseroan terjaga.  Apalagi, kucuran dana yang diberikan kepada perusahaan migas relatif besar, yakni di atas Rp 10 miliar.

"Melihat perkembangan yang ada saat ini, Bank Mandiri harus lebih selektif ke depan.  Harga minyak dunia terus turun dan membuat rentan terjadi gagal bayar," kata Kuki.

Kuki menambahkan, meski hingga kini belum ada peminjam yang menunggak, kemungkinan tersebut dapat saja terjadi. Apalagi, para ekonom dunia memperkirakan harga minyak bumi bisa anjlok lebih dalam. Karena itu, Bank Mandiri telah membuat sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya dengan menawarkan restrukturisasi kredit ke perusahaan migas.

"Jika cicilan lebih dikecilkan dengan cara menambah masa pengembalian kredit, akan membuat kredit lebih sehat. Kemungkinan ini yang akan ditawarkan," ujar Kuki. Meski dihadapkan dengan tantangan gagal bayar, pada tahun ini Bank Mandiri tetap memberikan plafon sebesar empat persen untuk kredit migas. 

Cicilan seret

Perusahaan-perusahaan migas terpaksa menghadapi kesulitan dalam membayarkan cicilan kepada pihak perbankan di tengah rendahnya harga minyak dunia. "Bagi perusahaan yang memanfaatkan pinjaman, logikanya pasti ada (kesulitan pembayaran cicilan). Sebab, pendapatan mereka jauh berkurang dengan kondisi saat ini," kata Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (IPA) Sammy Hamzah.

Meski begitu, Sammy enggan menjelaskan lebih jauh bagaimana perusahaan migas nasional mengatasi masalah tersebut. Sebab, setiap perusahaan pasti punya kebijakan dan persiapan masing-masing untuk menghadapi harga minyak yang rendah, termasuk bagaimana menyelesaikan kewajiban pembayaran kepada perbankan. "Kemampuan finansial masing-masing perusahaan kan beda-beda ya. Tapi, mereka pasti ada jalan," ujarnya.

Harga minyak global untuk kali kelima secara beruntun terus anjlok lantaran persediaan minyak mentah AS tetap berada pada level tertinggi. Di sisi lain, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan, ada kenaikan produksi yang signifikan sepanjang Januari 2016.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan AS, untuk pengiriman Maret 2016 turun 49 sen menjadi 27,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan, harga minyak mentah Brent North Sea, patokan Eropa, untuk pengiriman April 2016 naik 52 sen menjadi 30,84 dolar AS per barel di perdagangan London.

Harga minyak sempat menguat setelah laporan Departemen Energi AS menunjukkan persediaan minyak AS turun sekitar 800 ribu barel pekan lalu. Namun, harga segera turun kembali karena para pedagang mengambil lebih banyak bensin. Faktor-faktor lainnya adalah kenaikan stok di pusat perdagangan utama di Cushing, Oklahoma, dan berkurangnya penurunan dalam produksi minyak. rep: Sapto Andika Candra/c37, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement