Rabu 25 Nov 2015 14:00 WIB

Badan Usaha Asing Diminta Listing di BEI

Red:

JAKARTA -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio meminta sejumlah perusahaan asing agar melakukan listing atau melantai di BEI, bukan di bursa luar negeri. Sebab, perusahaan tersebut beroperasi dengan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) di Indonesia.

Langkah tersebut ditegaskan kembali oleh BEI sebagai bentuk keadilan bagi Indonesia. Perusahaan yang dimaksud, seperti PT Freeport Indonesia, PT Newmont Nusa Tenggara, dan PT Wilmar Nabati Indonesia. Newmont menambang emas di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Wilmar memanfaatkan perkebunan kelapa sawit di sejumlah daerah di Indonesia. "Soalnya, kalau kata bahasa Jawa, ini tidak 'ilok', mengambil keuntungan dari tanah di Indonesia, tapi listed-nya di (bursa saham) luar," kata Tito di Jakarta, Selasa (24/11). Freeport sudah listed di New York Stock Exchange (NYSE).

BEI mencatat, ada 15 perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, tapi listed di bursa luar negeri. Rakyat, kata dia, masih memberi mandat kepada pengusaha untuk membantu kelola negara, termasuk mengelola sumber daya alam. Jika perusahaan-perusahaan tersebut listing di bursa efek asing, kesempatan penduduk setempat menanamkan modal menjadi kecil. "Ini kan sumber daya alam milik rakyat. Nanti kembali juga untuk rakyat," ujarnya.

Menurutnya, jika ke-16 perusahaan tersebut melantai di BEI,  dampaknya akan sangat bagus. Pengelolaan sumber daya alam asli Indonesia oleh pihak asing dengan listing di luar negeri dianggap tidak relevan.

Selain itu, jika hal tersebut terjadi, BEI dan regulator bisa membuat sebuah regulasi yang memungkinkan hanya rakyat Indonesia yang bisa menikmati saham Freeport. "Kami bisa bikin peraturan bahwa yang beli harus rakyat Indonesia. Itu keberpihakan namanya. Asing baru bisa beli setelah berapa tahun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga bisa bikin, bursa juga bisa bikin," ujarnya menjelaskan.

BEI terus menyuarakan desakan tersebut, tetapi sampai saat ini baru sedikit memperoleh respons pemerintah dalam bentuk regulasi. "Insya Allah, OJK bisa membuat aturannya, tapi saat ini belum," ujarnya.

Hal tersebut merupakan upayanya meningkatkan target emiten pada 2016 secara tertulis sebanyak 35 listed. Namun, dalam lima tahun ke depan, ia bertekad menjadikan BEI berada di posisi tertinggi dari sisi perdagangan bursa se-ASEAN.

Saat ini, BEI memiliki 518 emiten, sementara Malaysia sebanyak 800-an. Terdapat selisih sekitar 360-an dibandingkan Malaysia.

Namun, teori mengatakan, dalam lima tahun terakhir ada kenaikan jumlah emiten sebanyak 21 persen di BEI, sementara terjadi penurunan di Singapura dan Malaysia. Jumlah penduduk dan perusahaan Indonesia pun lebih banyak. Karena itu, ia optimistis BEI dapat mengejar ketertinggalan jika serius mengoptimalkan potensi yang barusan ia sebut. "Jadi, tidak bisa kita lihat per tahun berapa, tapi secara trading kita harus lihat lebih besar dari negara ASEAN yang lain," katanya.

Upaya lain menambah jumlah emiten, yakni dengan melebarkan jaringan. Artinya, BEI akan membuka cabang di Surabaya, Bandung, Semarang, dan wilayah lainnya. Bersama bantuan OJK, ia berharap listing ke depannya tak perlu datang ke Jakarta lagi.

Selanjutnya, akan terus dilakukan penguatan broker, meningkatkan reputasi bursa, serta menambah jumlah investor. "Makanya, ada ajakan, yuk nabung saham untuk masyarakat, kalian bisa potong 250 ribu per bulan otomatis per tahun tiap bulan beli saham," tuturnya. n ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement