Rabu 25 Nov 2015 14:00 WIB

Laba Bank Umum Turun 10,2 Persen

Red:

JAKARTA -- Laba industri perbankan tercatat mengalami penurunan sekitar 10,2 persen (yoy) pada kuartal III 2015 dibandingkan periode sama tahun lalu. Hal itu terlihat dalam data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) September 2015 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pekan lalu.

Dalam SPI disebutkan, hingga September 2015, laba bersih setelah pajak dari 118 bank umum tercatat Rp 95,8 triliun, turun dibandingkan September 2014, yaitu Rp 106,8 triliun. Namun, laba bank umum naik 88,5 persen (qtq) jika dibandingkan posisi kuartal II 2015 yang mencapai Rp 50,84 triliun.

Penurunan laba itu disumbang oleh peningkatan beban operasional selain bunga (noninterest expense) dan beban bunga (interest expend). Beban operasional selain bunga naik 34,1 persen menjadi Rp 278,9 triliun pada September 2015, dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp 208 triliun.

Kenaikan beban operasional selain bunga, terutama dipengaruhi naiknya nilai kerugian transaksi spot dan derivatif serta naiknya nilai penyusutan/amortisasi yang masing-masing tercatat Rp 68,3 triliun dan Rp 70,9 triliun.

Dibandingkan periode sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar Rp 36,5 triliun dan Rp 48,4 triliun, beban bunga juga naik 18,5 persen (yoy) menjadi Rp 253,5 triliun pada kuartal III 2015 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 213,8 triliun.

Sementara itu, pendapatan bunga bersih industri perbankan sampai September 2015 mencapai Rp 225,5 triliun, naik 12,6 persen (yoy) dibandingkan September 2014 sebesar Rp 200,2 triliun. Kenaikan NII disumbang oleh pendapatan bunga yang tumbuh 15,7 persen (yoy) menjadi Rp 479,0 triliun dari sebelumnya Rp 414,0 triliun.

Pendapatan operasional selain bunga naik 30,2 persen (yoy) menjadi Rp 149,3 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 114,6 triliun.

Total penyaluran kredit bank umum sampai September 2015 mencapai Rp 3.990,4 triliun, naik 11,0 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp 3.592,0 triliun.

Sedangkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum tercatat Rp 4.464,0 triliun, naik 11,7 persen (yoy) dari tahun lalu Rp 3.995,8 triliun. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) melonjak cukup tajam dari September 2014 sebesar Rp 88,6 triliun menjadi Rp 116,03 triliun pada September 2015.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyaluran kredit tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Bank Mandiri mulai merasakan perbaikan penyaluran kredit karena penarikan kredit (disbursement loan) sudah mulai, baik proyek pemerintah maupun BUMN. "Sudah ada penarikan kredit, harusnya sih tahun depan sudah lebih baik lagi," katanya di Jakarta, Senin (23/11).

Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit sampai akhir 2015 di kisaran 11-13 persen. Pada 2015, pertumbuhan kredit ditargetkan di kisaran 12-14 persen. Pertumbuhan itu akan didorong oleh kredit di sektor infrastruktur terkait proyek pemerintah.

Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, kredit BRI tumbuh 11,8 persen (yoy) hingga kuartal III 2015. Tahun depan, BRI menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 15 persen.

Pertumbuhan kredit BRI terutama akan ditopang sektor UMKM. Porsi pembiayaan UMKM akan mencapai 75 persen dari posisi saat ini 73 persen dari total kredit.  "Sisanya baru infrastruktur karena di sektor infrastruktur banyak yang perlu kita dorong. Mulai listrik, pelabuhan, kemudian ada telekomunikasi, darat laut, udara," ungkapnya.

Rasio kredit bermasalah (NPL) diperkirakan akan stabil karena bisnis sudah mulai jalan. BRI juga melakukan restrukturisasi kredit sesuai dengan kebijakan OJK.

Asmawi memprediksikan, NPL tahun depan akan lebih baik. Jika bisnis debitur jalan dan mengajukan pinjaman lagi, rasio NPL akan turun.

Secara nominal, NPL juga diharapkan turun. Sebab, selama ini yang menjadikan NPL adalah penundaan membayar bunga. Dengan demikian, BRI melakukan beberapa langkah, seperti restrukturisasi, menunda pembayaran bunga, kemudian tahun depannya debitur bisa membayar bunga lebih rendah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad memperkirakan, pertumbuhan kredit tahun depan akan sedikit lebih baik dari 2015. Bank-bank akan menyampaikan rancana bisnis bank (RBB) dalam waktu dekat. "Jadi, kita akan finalisasi mungkin bisa tumbuh 13-14 persen di 2016," katanya menjelaskan.

Terkait NPL, OJK memperkirakan masih terjaga di level 2,6 persen (gross) dan 1,2 persen (nett). Sampai akhir tahun, posisi NPL diperkirakan tidak berubah. n ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement