Senin 16 Nov 2015 16:50 WIB

Pilkada Dorong Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak digelar pada Desember 2015. Konsumsi penyelenggaraan ini dinilai Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu dari dua faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015. Faktor kedua pendorong perekonomian adalah belanja pemerintah (government spending).

Dari kedua faktor pendorong itu, menurut Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter B Juda Agung mengatakan, sumber utama pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2015 adalah government spending. Biasanya belanja barang dan modal cukup tinggi pada kuartal keempat. Pengeluaran pemerintah pada kuartal III diperkirakan sudah berdampak pada sektor swasta sehingga semakin mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penyelenggaraan pilkada serentak juga dipastikan berdampak positif bagi konsumsi rumah tangga. Hal itu terkonfirmasi pada pertumbuhan ekonomi kuartal III. "Kelihatan sekali di semua wilayah baik Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Sementara, konsumsi rumah tangga relatif masih flat. Tapi, konsumsi partai terkait pilkada serentak sudah cukup tinggi," ujar Juda di Kantor BI Perwakilan Yogyakarta, akhir pekan kemarin.

Juda menjelaskan, konsumsi rumah tangga sedikit turun pada kuartal III menjadi 4,96 persen dibandingkan kuartal II sebesar 4,96 persen. Pada kuartal IV, konsumsi partai politik akan naik, misalnya untuk pemasangan iklan, spanduk, dan lainnya.

Hal itu akan memberikan dampak sektor industri rumah tangga sehingga konsumsi naik. Begitu juga dengan proyek infrastruktur pemerintah akan meningkatkan tenaga kerja dan memberikan multiplier effect ke sektor swasta baik tenaga kerja maupun investasi.

"Kami melihat pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat (sudah makin) lebih baik. Sehingga, (pertumbuhan ekonomi) untuk keseluruhan tahun kami perkirakan masih di kisaran 4,7-5,1 persen, tapi lebih ke arah 4,7-4,8 persen," ungkapnya.

Secara regional, Juda menyebutkan, pertumbuhan ekonomi nasional kuartal III sebesar 4,73 persen. Di Pulau Jawa pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari kuartal II sebesar 5,04 persen menjadi 5,39 persen pada kuartal III.

Di Pulau Sumatra juga meningkat dari 2,88 persen menjadi 3,04 persen. Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra bersumber dari meningkatnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Hal itu terkonfirmasi dari pengeluaran pemerintah yang mulai efektif sejak kuartal III. Ke depan, pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dan Sumatra diperkirakan lebih tinggi.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Pulau Kalimantan justru terkoreksi dari 1,09 persen pada kuartal II menjadi minus 0,41 persen pada kuartal III. Khususnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) yang minus 3,49 persen. Padahal, sumbangsih pertumbuhan ekonomi di Kaltim adalah 60 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi di Pulau Kalimantan.

Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian di Pulau Kalimantan sangat bergantung pada komoditas batu bara dan minyak. Kini, harga minyak dan batu bara turun akibat turunnya permintaan.

Sehingga, perekonomian di Pulau Kalimantan, terutama Kaltim, anjlok sekali. Padahal, di wilayah yang lain tumbuh positif. Kalimantan Selatan masih tumbuh 3,9 persen, Kalteng (6,2 persen), dan Kalbar (4,7 persen).

Sementara, pertumbuhan ekonomi wilayah kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua) sebesar 7,75 persen pada kuartal III. Jumlah itu sedikit melemah dari kuartal II sebesar 9,03 persen karena ada based effects dari ekspor mineral. "Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan di kisaran 5,2-5,6 persen," jelas Juda. rep: Binti Sholikah  ed: Zaky Al Hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement