Kamis 29 Jan 2015 13:00 WIB

Penyertaan Modal Jangan Diintervensi Politik

Red:

JAKARTA — Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada 40 BUMN dinilai perlu dijaga dari diintervensi kepentingan politik. Hal ini agar kinerja bisnis BUMN tidak terganggu.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Kadek Dian Sutrisna mengatakan, DPR sebaiknya memandang penambahan modal itu sebagai upaya untuk memperkuat permodalan. Sehingga, BUMN dapat sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.

Ada 40 BUMN yang akan mendapatkan gelontoran dana PMN, terutama perusahaan yang terkait pembangunan infrastruktur, seperti Bank Mandiri, PT Adhi Karya, dan PT Sarana Multi Infrastruktur. Dengan alasan terhindar dari kepentingan politik, Kadek mengatakan, persetujuan PNM semestinya cukup dilakukan pemerintah, bukan oleh DPR. Pasalnya, tujuan dari pemberian PMN ini untuk kepentingan kinerja perusahaan.

"Kalau lewat persetujuan DPR dikhawatirkan banyak pengaruh politik," kata Kadek melalui siaran pers, Rabu (28/1).

Khusus PNM untuk Bank Mandiri, Kadek mengungkapkan, PNM dibutuhkan untuk memperkuat permodalan bank. Penambahan modal juga untuk menegaskan bahwa perbankan itu merupakan milik negara.

"Bukan (mengejar) profitability saja, melainkan juga membawa misi-misi pemerintah. Inilah yang membedakan Bank Mandiri dengan bank swasta," ujarnya.

Ia menambahkan, seharusnya pihak DPR menyetujui pemberian PNM bagi Bank Mandiri. Ia mengkhawatirkan bila pemberian PMN terjadi intervensi dan permainan politik sehingga yang terjadi justru dapat mengganggu kinerja bisnis bank itu sendiri.   

Analis Woori Korindo Securities, Reza Priyambada, mengatakan bahwa penambahan modal bisa mendongkrak penyaluran kredit bank. Becermin pengalaman 2010, kinerja Bank Mandiri melonjak setelah rights issue sebesar Rp 14 triliun. Hal ini karena internal manajemen bank akan memanfaatkan tambahan permodalan untuk mengoptimalkan sumber dayanya.

Menurut Reza, peningkatan kinerja Bank Mandiri tergantung dari tambahan modal rights issue dan kemampuan manajemen mengelola bank. Setelah rights issue 2010, penyaluran kredit bank melonjak 106,28 persen dari akhir 2010 menjadi Rp 451,84 triliun pada September 2014. Perolehan laba bersihnya juga naik sebesar 52 persen menjadi Rp 14 triliun pada periode sama.  Dwi Murdaningsih/antara ed: Nur Aini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement