Senin 24 Nov 2014 13:31 WIB

Indef: Cicilan Utang Jangan Melebihi Belanja Modal

Red:

JAKARTA — Utang luar negeri (ULN) pemerintah harus dibelanjakan untuk sektor-sektor produktif. Pengamat ekonomi Institute for Development Economy and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, anggaran untuk membayar bunga dan cicilan utang jangan sampai lebih tinggi porsinya dibandingkan belanja modal.

ULN, kata Enny, semestinya juga hanya digunakan untuk sektor-sektor produktif sehingga bisa menghasilkan uang yang bisa digunakan untuk membayar bunga dan cicilannya. Menurutnya, ULN sama dengan subsidi yang apabila jumlahnya terlalu besar untuk membayar beban dan bunganya, akan memberatkan anggaran.

"Kalau memang proporsi kebutuhan beban utang dan bunganya sudah melebihi alokasi untuk belanja modal, itu berbahaya," ujar Enny kepada Republika, Ahad (23/11).

Posisi ULN Indonesia pada akhir September 2014 tercatat sebesar 292,3 miliar dolar AS. Posisi ULN ini naik 2,1 persen atau sebesar 6,1 miliar dolar AS dibandingkan posisi akhir kuartal II 2014 yang berjumlah 286,2 miliar dolar AS.

Peningkatan posisi ULN tersebut, terutama dipengaruhi meningkatnya kepemilikan nonresiden atas surat utang yang diterbitkan sektor publik (4,3 miliar dolar AS), pinjaman luar negeri sektor swasta (2,3 miliar dolar AS), dan simpanan nonresiden di bank domestik (1,7 miliar dolar AS) yang melampaui turunnya pinjaman luar negeri sektor publik (2,2 miliar dolar AS).

Menurut Enny, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) bukanlah satu-satunya parameter yang menentukan masih sehat atau tidaknya ULN. Keseimbangan fiskal dalam membayar utang itu yang lebih krusial. "Kalau utang untuk stimulus perekonomian tidak masalah walaupun dijaga jangan sampai melampaui 60 persen," katanya.

Rasio ULN terhadap PDB meningkat dari 34 persen pada kuartal II menjadi 34,68 persen pada September 2014. Adapun debt service ratio (DSR), yaitu rasio total pembayaran pokok dan bunga ULN relatif terhadap total penerimaan transaksi berjalan, meningkat dari 44,29 persen dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi 46,16 persen pada September 2014.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi ULN meningkat 29,4 miliar dolar AS atau 11,2 persen dari 262,9 miliar dolar AS. Peningkatan tersebut, terutama disumbang kenaikan pinjaman luar negeri sektor swasta (8,6 miliar dolar AS) serta surat utang sektor publik (14,5 miliar dolar AS) dan sektor swasta (4,9 miliar dolar AS).

Posisi ULN Indonesia pada akhir September 2014 terdiri atas ULN sektor publik sebesar 132,9 miliar dolar AS (45,5 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta 159,3 miliar dolar AS (54,5 persen dari total ULN). Posisi ULN kedua sektor tersebut masing-masing meningkat 1,0 persen dan 3,1 persen dibandingkan dengan posisi akhir kuartal II sebesar 131,7 miliar dolar AS dan 154,5 miliar dolar AS.rep: dwi murdaningsih ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement