Jumat 21 Nov 2014 15:00 WIB

IHSG Dibayangi Aksi Ambil Untung

Red:

JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibayangi profit taking atau aksi ambil untung pascareli sejak awal pekan ini. Pada pembukaan perdagangan Kamis (20/11) IHSG melemah 4,74 poin atau 0,09 persen ke posisi 5.123,19. Sedangkan, indeks 45 saham unggulan (LQ45) bergerak turun 1,19 poin atau 0,14 persen ke posisi 880,04. Selain itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, juga melemah 12 poin menjadi Rp12.154 dibanding posisi sebelumnya Rp12.142 per dolar AS.

Terkait aksi ambil untung, analis saham Ascend, Agus Susanto, mengatakan, koreksi sepertinya membayangi IHSG juga akibat sentimen negatif penurunan Wall Street yang kemarin malam melemah menunggu pernyataan the Fed atas kebijakan lanjutannya dan pagi ini bursa Asia yang beragam menunggu rilis data ekonomi Cina.

Namun, dalam pembukaan pagi ini, Nikkei menguat pascadata perdagangan Jepang menunjukkan pertumbuhan ekspor. IHSG masih berpeluang bertahan positif jika didorong aksi beli signifikan, terutama oleh investor asing.

Selain itu, Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, laju penguatan IHSG tertahan pada perdagangan saham hari ini seiring kekhawatiran dampak perlambatan ekonomi yang bersifat jangka pendek yang disebabkan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi," katanya.

Di sisi lain, menurutnya, muncul kecemasan baru di kalangan pelaku pasar setelah adanya wacana dari beberapa fraksi DPR yang ingin menggulirkan hak interpelasi terkait kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.

Dari eksternal, melemahnya bursa saham AS Rabu malam seiring dengan bank sentral AS (the Fed) yang belum mengeluarkan kebijakan lebih untuk meningkatkan inflasi sesuai targetnya menambah sentimen negatif bagi pasar saham domestik.

Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, menambahkan, sebagian pelaku pasar mulai mengambil posisi lepas saham untuk merealisasikan keuntungan setelah dalam beberapa hari terakhir indeks BEI mengalami penguatan. "Euforia BBM diperkirakan mulai meredup, sebagian pelaku pasar mengambil posisi profit taking," katanya.

Secara teknikal, ia melanjutkan, laju IHSG BEI meninggalkan "utang gap" (ruang kosong antara periode perdagangan saat ini dan periode sebelumnya) di level 5.102-5.111 yang diperkirakan rentan terjadi koreksi jika tidak ditopang adanya sentiment positif.

Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng menguat 11,42 poin (0,05 persen) ke 23.384,73, indeks Nikkei naik 13,17 poin (0,08 persen) ke 17.301,92, dan Straits Times melemah 6,93 poin (0,20 persen) ke posisi 3.327,78. Dow Jones terkoreksi 0,01 persen pada level 17.685,73 poin. Nasdaq turun 0,57 persen pada level 4.675,71 poin. S&P 500 terkoreksi 0,15 persen pada level 2.048,72 poin. Nikkei 225 bergerak naik 0,36 persen.

Terkait pelemahan mata uang rupiah, ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan bahwa mata uang rupiah yang sempat menguat setelah pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi mulai bergerak melemah terpengaruh sentimen penguatan dolar AS di kawasan Asia. "Euforia BBM masih ada, rupiah terbawa arus global. Akan tetapi, pelemahan rupiah terhadap dolar AS paling tipis di antara mata uang di kawasan Asia," ujarnya menjelaskan. n c88/antara ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement