JAKARTA — Perbankan nasional dinilai belum siap menghadapi kompetisi dengan industri sejenis di pasar ASEAN saat pasar bebas diberlakukan. Modal perbankan nasional dinilai harus diperbesar.
Chief Research and Strategy Network of Market Investor (NMI) Reagy Sukmana mengatakan bahwa kondisi perbankan saat ini belum siap untuk menjadi bank terbesar di Asia. Perbankan nasional dinilai tidak menjadi yang terbesar di Asia disebabkan konsolidasi perbankan tidak berjalan.
"Lihat saja, perekonomian Indonesia sekarang 16 besar di dunia, tapi bank nasional kita yang terbesar cuma nomor tujuh terbesar di ASEAN," ujar Reagy di Jakarta, Selasa (21/10).
Tantangan yang dihadapi perbankan nasional dalam jangka pendek, yaitu mempersiapkan era persaingan bebas perbankan ASEAN 2020. Perbankan nasional dinilai harus memperkuat diri agar pasar domestik tidak direbut oleh bank-bank asing.
Selain itu, pengamat ekonomi dari Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko, menilai bahwa Indonesia membutuhkan industri perbankan dengan modal kuat untuk bersaing dengan bank-bank asing, terutama di kawasan regional Asia Tenggara. Lemahnya industri perbankan tecermin dari kontribusi kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) masih 35 persen.
"Agar rasio kredit terhadap PDB bisa meningkat lebih tinggi dari 35 persen, perekonomian kita membutuhkan perbankan yang kuat melalui konsolidasi," kata Prasetyantoko.
Dengan konsolidasi perbankan, ia menambahkan, Indonesia diharapkan memiliki bank-bank yang kuat dengan permodalan besar. Hal ini agar bisa menjadi negara perekonomian ketujuh terbesar di dunia pada 2030, seperti proyeksi McKinsey Research Institute. Dalam laporannya, McKinsey Global Institute memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara perekonomian ketujuh terbesar dunia pada 2030. Kelas menengah (consuming class) meningkat drastis dari 45 juta orang menjadi 135 juta orang.
Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk itu juga menuturkan, rasio kredit terhadap pendanaan atau LDR bank-bank nasional sudah mencapai 90 persen. Hal ini berarti perbankan tidak bisa mengandalkan lagi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) untuk bisa ekspansi menyalurkan kredit, tapi harus mengandalkan tambahan modal.
Menurutnya, Indonesia bisa meniru pembentukan holding perusahaan-perusahaan negara, seperti Singapura dan Malaysia, dengan membentuk Temasek Holdings dan Khazanah Berhad. Dalam struktur tersebut, bank-bank BUMN dikelompokkan menjadi satu perusahaan induk. N antara ed: nur aini