Senin 06 Oct 2014 14:00 WIB

Ekspektasi Inflasi Meningkat

Red:

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencermati adanya kenaikan ekspektasi inflasi menyusul rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal itu terindikasi dari peningkatan Indeks Ekspektasi Harga (IEH) untuk enam bulan mendatang.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan bahwa pihaknya terus mencermati risiko inflasi, terutama terkait kemungkinan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada kuartal IV 2014.

"BI akan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi dengan pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk meminimalkan dampak lanjutan yang ditimbulkan," ujar Tirta belum lama ini.

Berdasarkan survei konsumen yang dilakukan BI pada September 2014, konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga akan meningkat pada Maret 2015. Peningkatan ekspektasi harga ditengarai akibat semakin menguatnya kekhawatiran konsumen terkait kebijakan BBM bersubsisi. Hal itu terindikasi dari peningkatan IEH untuk enam bulan mendatang sebesar 4,5 poin dari bulan sebelumnya menjadi 175,8.

Secara regional, peningkatan IEH enam bulan mendatang terjadi pada 12 kota yang disurvei. Kenaikan terbesar terjadi di Kota Samarinda yang meningkat 18 poin dan Mataram yang meningkat 15 poin.

Kekhawatiran penurunan subsidi BBM juga menyebabkan pelemahan ekspektasi konsumen terhadap kegiatan usaha pada Maret 2015. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tercatat menurun 1,1 poin dari bulan sebelumnya menjadi 123,7. Penurunan IEK disebabkan oleh melemahnya indeks ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan penghasilan enam bulan mendatang, yang masing-masing turun 5,3 dan 0,1 poin menjadi 121,3 dan 135,6.

Secara regional, pelemahan IEK terjadi di 13 kota dengan penurunan terbesar terjadi di Denpasar, yakni -10,6 poin dan Bandar Lampung yang -9,1 poin. Berdasarkan tingkat pengeluarannya, penurunan IEK terbesar terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp 2-3 juta per bulan.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo memastikan kenaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak pada inflasi. Namun, ia belum memperhitungkan berapa kenaikan inflasi jika ada kenaikan harga BBM bersubsidi. "Kalau seandainya ada kenaikan harga BBM, tentu ada dampak inflasi. Tapi, saya lebih baik menunggu sampai ada statement resmi tentang itu (kenaikan harga BBM)," katanya.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi tahunan pada September 2014 mencapai 4,53 persen. Angka itu naik dari inflasi Agustus sebesar 3,99 persen. Inflasi inti menjadi 4,04 persen atau turun 4,47 persen dari bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi pada September disumbang melonjaknya harga komoditas makanan pokok.

Kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter sebelumnya dihitung BPS akan menaikkan inflasi hingga tiga persen. Kepala BPS Suryamin memperkirakan dampak dari inflasi tersebut akan berlangsung hingga beberapa bulan. "Bulan pertama setelah kenaikan harga BBM, inflasi akan tinggi. Tetapi memasuki bulan kedua dan ketiga (inflasi), akan semakin menurun," katanya. rep:c88 ed: nur aini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement