Jumat 28 Oct 2016 15:00 WIB

Sempat Sentuh Titik Terendah, Pertumbuhan Perbankan Islami Bangkit

Red:

 

Republika/ Yogi Ardhi           

 

 

 

 

 

 

 

 

Prospek pertumbuhan eko nomi dan keuangan Islam masih sangat men janji kan. Tiga pilar ekonomi dan keuangan Islami, yakni perbankan, pasar modal, dan takaful, merupakan pilar kokoh pertumbuhan ekonomi dan keuangan Islami.

"Ketiga pilar itu menunjukkan progres yang luar biasa dalam konteks volume bisnis, produkproduk keuangan, serta jaringan lebih luas untuk memenuhi ke butuhan masyarakat," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo, saat membuka seminar internasional 'Integrating Islamic Commercial and Social Finance to Strengthen Financial System Stability', Kamis (27/10), di Surabaya.

Di hadapan peserta seminar yang merupakan rangkaian dari gelaran Indonesia Shari'a Eco nomic Festival (ISEF) itu, Agus memaparkan, saat ini per ekonomian global secara umum melandai. Kondisi itu pun ber dampak pada perkembangan ekonomi dan keuangan Islami nasional.

Pertumbuhan ekonomi dan keuangan Islami Indonesia juga ikut melandai, terutama dalam kurun waktu 2012-2015, ketika per tum buhan perbankan Islami mencapai titik terendah, di kisaran 8,8 persen pada 2015. Sedangkan pertumbuhan perbankan konven sional mencapai 9,2 persen.

Namun, memasuki Juli 2016, pertumbuhannya kembali me rangkak naik ke kisaran 12 persen (year on year). Sedangkan per tumbuhan perbankan konven sional, justru terlihat melandai ke titik 7,2 persen (year on year). Namun, secara keseluruhan, pangsa perbankan Islami cen derung stagnan di angka 4,8 persen.

"Meski begitu, perbankan Islami di Indonesia diklaim sebagai perbankan ritel Islami terbesar dunia," kata Agus me nambahkan. Klaim ini merujuk pada total jumlah nasabah yang mencapai 18 juta nasabah dan lebih dari 4.500 kantor cabang, pada 2015.

Perkembangan serupa juga terlihat pada perumbuhan sukuk (obligasi Islami) Indonesia. Dalam kurun 2009 sampai 2014, per tumbuhan sukuk melandai. Dalam kurun 2011 sampai 2014, pertum buhan sukuk pemerintah juga kurang menggembirakan. Namun, jelas Agus, pertumbuhan suku mulai membaik pada 2015, tumbuh men capai 39,4 persen. Sampai Juli 2016, pertumbuhan sukuk korporasi sudah mencapai 29,5 persen. Sedangkan sukuk pe merintah mencapai 36,28 persen. Meski sempat melandai ter kena dampak melemahnya per ekonomian global, Agus menilai ekonomi dan keuangan Islami nasional, khusus nya sektor per bankan, mampu memperlihatkan ketahanan nya terhadap dampak krisis atau pe lemahan perekono mian global.

Sinyal positif

Deputi Gubernur Bank Indonesia Hendar menilai , sektor ekonomi syariah nasional masih mengirimkan sinyal positif di tengah konsolidasi keuangan syariah. Berdasarkan State of Global Islamic Economy 2015- 2016 yang diterbitkan Thomson Reuters, terdapat potensi pem biayaan syariah senilai 40 miliar dolar AS. Indonesia masuk dalam top five negara di dunia untuk islamic clothing dan fashion dengan total spending 12,7 miliar dolar AS, kemudian Indonesia juga masuk sebagai top 10 negara di dunia untuk pasar keuangan dan perbankan syariah dengan total aset 21,7 miliar dolar AS.

Indonesia juga, kata dia, masuk top 10 negara di dunia untuk islamic travel dengan total spending 7,5 miliar AS dan top five negara di dunia untuk kos metik/ farmasi syariah dengan total spending 8,4 miliar dolar AS. "Industri yang berbeda tentu membutuhkan produk dan akad yang berbeda, di sinilah peluang inovasi produk dan akad syariah untuk mengubah peluang menjadi kenyataan," kata Hendar.      rep: Agung P Vazza, Rizky Jaramaya, ed: Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement