Rabu 12 Oct 2016 18:00 WIB

Dunia Usaha Turun Disebabkan Rendahnya Daya Beli

Red:

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan kegiatan dunia usaha pada kuartal III 2016 turun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan ini mengindikasikan rendahnya daya beli masyarakat hingga September 2016.

Josua menambahkan, kegiatan dunia usaha cenderung melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Kondisi ini karena adanya perlambatan industri manufaktur, khususnya industri makanan dan minuman seiring dengan berakhirnya faktor musiman, yakni masa panen raya dan Idul Fitri yang berlangsung bersamaan pada kuartal II 2016.

"Perlambatan dunia usaha juga terindikasi oleh penurunan kapasitas produksi, penurunan volume produksi, serta kontraksi penggunaan tenaga kerja," kata Josua di Jakarta, Selasa (11/10).

Menurunnya sisi suplai ini, kata Josua, juga mengindikasikan daya beli masyarakat masih lemah pada kuartal III tahun ini. Hal ini juga diperkuat dengan inflasi inti (di luar harga bergejolak dan harga diatur pemerintah) yang trennya masih menurun. "Pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan berada di kisaran 4,95 -5,05 persen (year on year /yoy)," katanya.

Josua mengatakan, sisi permintaan yang masih lemah ini juga menunjukkan bahwa ekonomi domestik pada kuartal III justru sedikit melambat. Apalagi, kontribusi dari konsumsi pemerintah juga menurun seiring pemangkasan belanja pemerintah pusat sehingga memengaruhi investasi swasta pada sektor riil.

"Meskipun tren suku bunga sudah turun, mengingat kapasitas produksi sektor riil ini menurun sehingga permintaan kredit pun belum meningkat," kata Josua.

Berdasarkan data yang dirilis BI, penurunan pertumbuhan kegiatan dunia usaha di dalam negeri tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 13,20 persen, lebih rendah dibandingkan 18,40 persen pada Kuartal II 2016.

Pertumbuhan kegiatan usaha yang terbatas tersebut, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor industri pengolahan, khususnya subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau sejalan dengan berakhirnya faktor musiman. Sejalan dengan hal tersebut, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada kuartal III 2016 menyentuh level 76,21 persen, lebih rendah dibandingkan 77,01 persen pada kuartal sebelumnya.

Kegiatan investasi dunia usaha juga terindikasi tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara penggunaan tenaga kerja terindikasi mengalami kontraksi. Kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal III 2016 terindikasi tumbuh melambat dengan SBT sebesar 1,09 persen, lebih rendah dari 3,41 persen pada kuartal sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan nilai Prompt Manufacturing Index (PMI) kuartal III 2016 yang berada pada level kontraksi sebesar 48,74 persen, turun dari 52,38 persen pada kuartal III 2016. Berdasarkan komponen pembentuk PMI, kontraksi PMI sektor industri pengolahan disebabkan oleh kontraksi pada hampir seluruh komponen, terutama indeks volume pesanan dan indeks jumlah tenaga kerja yang tercatat masing-masing sebesar 47,01 persen.

Pertumbuhan kegiatan usaha pada kuartal IV 2016 juga diperkirakan tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 yang sebesar 0,34 persen. Terbatasnya kegiatan usaha terutama disebabkan oleh kontraksi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta sektor pertambangan dan penggalian. Di sisi lain, kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal IV 2016 diperkirakan meningkat (SBT 1,12 persen naik dari 1,09 peresen pada kuartal III 2016).      rep: Idealisa Masyrafina, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement