JAKARTA -- Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM) Jarman mendorong PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bisa memaksimalkan penggunaan komponen lokal dalam program Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nasional.
"Jadi diharapkan (PLTU—Red) yang 100 MW (megawatt—Red) ke bawah itu sebanyak mungkin diproduksi dalam negeri persentasenya. Kan 100 MW ke bawah ini perlu dibangun untuk pulau di luar Jawa dan Sumatra. Diharapkan komponen dalam negerinya bisa semaksimal mungkin," kata Jarman, di Jakarta, Rabu (28/9).
Jarman mengatakan, beberapa komponen sudah diproduksi secara lokal, salah satunya adalah boiler. Untuk memenuhi kebutuhan komponen PLTU Nasional ini, pemerintah meminta perusahaan lokal bisa memproduksi sejumlah komponen tersebut.
"Ya, kalau bisa, semakin banyak. Kita harapkan banyak yang pakai komponen lokal semakin baik. Parameter ada di Kemenperin (Kementerian Perindustrian—Red). Kalau bisa lebih dari itu, Kemenperin itu adalah batas minimal, ya, diharapkan komponen dalam negerinya," ujar Jarman.
Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, mengatakan, dalam proyek PLTU Nasional, pemerintah menargetkan penggunaan komponen lokal sebesar 50 persen.
Target ini dirasa bisa terpenuhi karena selama ini penggunaan konten lokal sudah mencapai 30 persen. Nantinya penggunaan komponen lokal untuk proyek PLTU Nasional ini akan difokuskan pada PLTU dengan kapasitas di bawah 100 MW.
"Untuk yang di bawah 100 MW, ya. Makanya, saya minta asosiasi fabrikator hadir karena steel structure seperti boiler harusnya kita bisa bikin, dibangun di indonesia. Baru, yang kayak turbin, itu yang diimpor, sehingga kita bisa capai local contain yang tinggi dengan mengupayakan steel structure dalam negeri," ujar Surya.
Surya mengatakan, target 50 persen merupakan target yang realistis karena industri konstruksi sudah siap dan mampu memproduksi komponen lokal.
Selain itu, Surya menilai, jika tak memasang target yang tinggi, BUMN akan lebih sering impor. Padahal, di dalam negeri banyak perusahaan yang bisa memproduksi.
"Begitu ditargetkan, akan (ada) investasi, nanti akan sejalan dengan investasi. Kalau ada permintaan local contain bisa investasi," ujar Surya.
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, PLTU Nasional ini akan menggunakan bahan bakar kalori rendah dan menggunakan komponen lokal sehingga bisa menghidupkan ekonomi nasional, terutama BUMN strategis.
Saat ini, sedikitnya terdapat 201 unit PLTU skala kecil dan menengah yang terdiri atas 30 unit PLTU berkapasitas 100 MW, 37 unit PLTU berkapasitas 50 MW, 37 unit PLTU berkapasitas 25 MW, dan 72 unit PLTU berkapasitas di bawah 25 MW dengan kapasitas total 6.550 MW. Pembangunan PLTU skala kecil dan menengah ini membutuhkan dana investasi lebih dari Rp 150 triliun.
Iwan mengatakan, bila 50 persen dari pembangkit skala menengah dan kecil tersebut dibuat di dalam negeri, secara langsung akan menghidupkan lebih dari 14 perusahaan BUMN Strategis.
Berdasarkan data yang dimiliki PLN, yang mengacu pada Kementerian Perindustrian, terkait kemampuan pabrikan dan kontraktor dalam negeri, hampir seluruh komponen pembangkit tersebut dapat dibuat dalam negeri. Hanya beberapa komponen yang masih harus diimpor, yaitu generator dan turbin. rep: Intan Pratiwi, ed: Citra Listya Rini