Sabtu 28 May 2016 18:42 WIB

BI Prediksi Inflasi Mei Naik

Red: Arifin

JAKARTA--Bank Indonesia (BI) memproyeksi inflasi pada Mei 2016 akan berada di 0,19 persen month to month(mtm) atau secara tahunan meningkat 3,3 persen (year on year/yoy).

"Berdasarkan survei, kita melihat bahwa inflasinya ada di 0,19 persen. Jadi, kalau dilihat tahunannya, bisa di 3,3 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo di gedung Bank Indonesia, Jumat (27/5). Agus menjelaskan, hal itu terlihat dari tekanan di hortikultura seperti cabai yang harganya sudah lebih turun. Namun, untuk daging ayam, kata Agus, memang masih harus diperhatikan. 

Untuk mengantisipasi meningkatnya inflasi dari komponen bahan makanan bergerak atau volatile foodmenjelang Ramadhan, Agus mengaku, sejak dua pekan lalu, pihaknya melakukan koordinasi secara mendalam dengan lembaga terkait, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Ke menterian Koordinator Bidang Per ekonomian, dan Bulog. Sehingga, menurutnya, BI dan pemerintah telah melihat bagaimana tren inflasi di daerah.

Koordinasi itu, lanjut Agus, bahkan sudah lebih tajam kelima komoditas utama. Seperti, beras, daging sapi, bawang merah, cabai, dan daging ayam. "Itu kita lakukan pembahasan yang cukup dalam.

Jadi, secara umum, kami masih optimistis target empat persen plus minus satu persen masih akan bisa dicapai," katanya. 

Agus juga mengatakan pihaknya memperkirakan daya beli masyarakat di bulan Juni mendatang akan membaik. Hal ini dikarenakan adanya pembayaran gaji bulan ke 13 dan 14 (Tunjangan Hari Raya/THR)."Namun kita melihat bahwa kalau nanti gaji ke 13-14 dibayarkan di Juni 2016. Tentu ini akan membantu pengeluaran, jadi artinya konsumsi akan lebih baik,"ujar dia.

Agus menjelaskan, secara umum bila melihat ekonomi dunia dalam dua hingga tiga hari ini, ada banyak tanda-tanda yang lebih baik. Padahal sebelumnya ada penurunan dan kekhawatir jika ekonomi global kembali mengalami penurunan. Hal ini utamanya terlihat dari harga minyak dari sebelumnya 49 dolar AS menjadi tembus ke 50 dolar AS.

"Kita juga melihat kemarin ini, banyak instabilitas, khususnya di sistem keuangan karena di AS ada pesan bahwa mereka akan menaikkan bunga dan diperkirakan lebih besar kemungkinannya di Juni atau Juli. Tetapi beberapa hari ini, kembali mereka mengatakan belum tentu akan menaikkan. Sehingga betul-betul membuat lebih tenang,"ujarnya.

Sementara, ekonom dari BCA, David Sumual, memproyeksi inflasi pada Mei 2016 berada di kisaran 0,20-0,22 persen. David menjelaskan, adanya pola musim tanam yang sedikit bergeser mengakibatkan musim panen juga bergeser. 

Hingga Mei ini, masih ada bahan pangan yang panen sehingga inflasi terjaga cukup rendah. "Itu juga mengapa harusnya PDB kuartal II akan sedikit terbantu dari sektor pertanian. Panen juga masih ada pada Mei. Jadi, inflasi saya perkirakan sekitar 0,20 persen," kata David Sumual kepada Republika, Jumat (27/5).

David menjelaskan, saat ini memang ada beberapa harga pangan yang naik. Seperti, daging sapi, telur, dan daging ayam yang masih tinggi. 

Namun, ada juga beberapa yang pada awal bulan harganya mulai turun. "Seperti, bawang merah sudah mulai turun, juga cabai. Jadi, bulan ini masih berlanjut soal makanan," katanya.

Menurut David, pentingnya penyesuaian data pasokan dan harga pangan di tiap kementerian atau lembaga terkait sangat penting untuk ke depannya menjaga inflasi.

Hal ini tidak hanya untuk kepentingan konsumen agar dapat membeli dengan harga murah. Namun, juga agar pemerintah dapat lebih mudah mengendalikan informasi.

"Persoalannya bukan soal data supplydan demand. Itu kan terefleksi di harga. Kalau, misalnya, di suatu daerah harga tinggi, berarti kan kurang supply, kita bisa supply ke sana. Jadi, kita beli di daerah yang harganya rendah, lalu kita jual di daerah dengan harga yang tinggi.

Jadi, pemerintah harus punya informasi seperti itu, ya," tuturnya.

Selain itu, rantai distribusi juga masih panjang. Hal ini mengakibatkan harga melonjak tinggi dan yang menikmati selalu pedagang perantara, bukan petani. Di sisi lain, pada Ramadhan ini, David menilai, konsumsi terkait makanan serta durable goods, seperti motor dan mobil, akan naik. 

Sementara, untuk gaji ke-13 dan 14 yang akan dibayarkan pada Juni, menurut David, akan mempertahankan atau meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, hal itu terjadi apabila harga-harga tidak naik secara cepat.  c37, ed: Ichsan Emrald Alamsyah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement