Selasa 24 May 2016 18:00 WIB

RI Butuh Jutaan Wirausaha Baru

Red:

BANDUNG--Indonesia membutuhkan jutaan wirausaha baru di berbagai bidang. Keberadaan mereka akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian.

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia masih kekurangan wirausaha. Dari total penduduk sebanyak 250 juta jiwa, jumlah wirausaha tercatat hanya 1,65 persen.

Menurut Bahlil, jumlah wirausaha ideal pada suatu negara minim dua persen dari total penduduk. "Untuk menuju ideal, berarti kita butuh 1,7 juta pengusaha baru," ujarnya dalam acara Jambore Hipmi Perguruan Tinggi di Universitas Telkom, Bandung, Jawa Barat, Senin (23/5).

Bahlil menjelaskan, jumlah wirausaha di Indonesia masih kalah dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Semisal, Vietnam yang memiliki 3,4 persen wirausaha dari total penduduk.

"Kalau kita menggunakan standar bank dunia yang minimal empat persen, artinya kita membutuhkan 5,8 juta generasi baru untuk jadi pelaku usaha. Siapa yang harus mengisi ini?" kata Bahlil. Bahlil menyebut, masih minimnya jumlah wirausaha disebabkan oleh pola pikir sarjana lulusan perguruan tinggi.

Berdasarkan survei BPP Hipmi, 83 persen responden mahasiswa cenderung ingin menjadi karyawan. Sementara, yang berminat menjadi wirausaha hanya empat persen.

Oleh karena itu, Bahlil menyarankan agar perguruan tinggi mengubah paradigma para mahasiswa. "Orientasi perguruan tinggi masih menciptakan pekerja, bukan menciptakan pencipta lapangan pekerjaan," ujarnya.

Dalam sambutannya pada acara tersebut, Presiden Joko Widodo berpesan kepada anak-anak muda Indonesia, khususnya mahasiswa, agar fokus dan tidak mudah menyerah dalam menjalankan usahanya. "Kalau gagal di sebuah usaha, jangan terburu-buru pindah ke usaha lain. Harus ditekuni," katanya.

Presiden yang menekuni bisnis mebel ini mengatakan, hal tersebut biasa terjadi pada para pengusaha pemula, terutama pengusaha muda. Kalau gagal pada satu bidang usaha, akan mencari usaha lain.

"Kalau pindah-pindah atau ganti usaha terus, itu artinya mulai dari nol lagi. Kalau gagal, ya bangkit lagi," ujarnya. Menurut Presiden, fokus pada bidang yang digeluti menjadi kunci untuk memenangkan persaingan.

Selain itu, dengan fokus pada suatu bidang, permasalahan yang dihadapi bisa semakin mudah teratasi. Kegagalan dalam berusaha, menurut Presiden, adalah sesuatu yang wajar.

Presiden pun mengaku sering jatuh bangun saat dahulu masih menjadi pengusaha. "Dulu saya pernah kehilangan 'rem' tiga kali. Tapi, jatuh, bangkit lagi, jatuh, bangkit lagi," katanya.

Lebih lanjut, Presiden mengatakan, keterbukaan dan kompetisi menjadi kunci penting untuk membenahi ketertinggalan. Dengan adanya pesaing, akan memaksa diri untuk meningkatkan kualitas.

"Karakter anak bangsa kita ini semakin terdesak, semakin meloncat. Semakin terdesak, semakin pintar," ujarnya. Presiden mencontohkan kemajuan setelah adanya persaingan dapat dilihat dari BUMN-BUMN seperti Bank BRI.

Pada 1970-an, bank-bank BUMN hanya beroperasi hingga pukul 13.00-14.00 WIB setiap harinya. Namun, kini, setelah diberi pesaing bank-bank asing dan swasta, bank-bank BUMN selain memiliki pelayanan yang semakin baik, juga keuntungan yang diperoleh sangat besar.

"Laba tahunannya meningkat. Sistem IT bisa bersaing dengan swasta. Coba kita lihat Bank BRI keuntungan setiap tahun Rp 24 triliun, bank swasta kalah," kata Presiden. "Sekali lagi, itu karena ada persaingan. Atas alasan itu, saya lebih memilih Indonesia untuk membuka diri, bukan menutup diri."

Wakil Ketua MPR Oesman Sapta yang juga turut hadir dalam acara mengatakan, kegiatan jambore ini merupakan wujud dari kebangkitan Hipmi. Hal tersebut bisa dilihat dari seragam yang dipakai peserta jambore berwarna merah putih, lambang kebangkitan.

Menurut Oso, sapaan akrabnya, generasi muda jangan hanya berpikir menjadi pegawai negeri di pemerintahan. Sudah seharusnya mereka turun ke bawah, ke akar rumput dengan membangun ekonomi rakyat.

"Saya berharap, dengan kegiatan jambore ini, bisa mendorong generasi muda tertarik pada ekonomi," ujarnya. Oso berharap, Hipmi bisa memfasilitasi pemenuhan jutaan wirausaha baru Indonesia.   rep: Satria Kartika Yudha, Eko Supriyadi, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement