Senin 02 May 2016 14:00 WIB

Laba Inti Adaro Energy Naik

Red:

Foto : Republika/Wihdan   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk dalam laporan keuangan (unaudited) kuartal I 2016 mencatat laba inti perseroan naik lima persen menjadi 81 juta dolar AS. Selain itu, Adaro menjaga likuiditas pada level 789 juta dolar AS.

Sebuah nilai yang dapat menjadi penopang dalam kondisi rendahnya harga batu bara yang masih terus berlanjut. "Kondisi ini mencerminkan kondisi bisnis inti yang baik," ujar Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Mahardika Putranto di Jakarta, Ahad (2/5).

Meskipun begitu, Mahardika menyebut gempuran rendahnya harga komoditas memang dirasakan perusahaan. Pada kuartal I penurunan pendapatan usaha Adaro sebesar 18 persen menjadi 586 juta dolar AS.

Adaro juga menurunkan biaya kas batu bara, tidak termasuk royalti, sebesar 26 persen menjadi 20,94 dolar AS per ton. Nilai ini jauh lebih rendah dari pada target biaya kas batu bara yang ditetapkan pada rentang 26 dolar AS sampai 28 dolar AS per ton untuk 2016.

Hal ini, terutama karena penurunan nisbah kupas menyusul faktor musiman, penurunan biaya bahan bakar, serta peningkatan efisiensi pertambangan. Sementara, EBITDA operasional yang tidak termasuk komponen akuntasi nonoperasional, turun empat persen menjadi 192 juta dolar AS.

Adaro juga menurunkan belanja modal sebesar 36 persen menjadi 14 juta dolar AS yang terutama digunakan untuk kegiatan pemeliharaan rutin. Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, pasar batu bara masih tetap sulit selama tiga bulan pertama tahun ini. Sebab, pasar masih dilanda kelebihan suplai dan pertumbuhan permintaan melambat.

Kinerja Adaro yang solid, lanjutnya, mencerminkan ketahanan model bisnisnya yang terintegrasi secara vertikal. "Baik EBITDA operasional maupun laba inti tetap kuat karena bisnis inti tetap menghasilkan kinerja yang baik," katanya.

Boy, panggilan akrab Garibaldi, melanjutkan bahwa Adaro mencatat harga jual rata-rata yang 17 persen lebih rendah dari pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, volume penjualan masih stabil, yaitu sebesar 13,5 juta ton (Mt) karena pasar batu bara masih sulit.

Akibatnya, jelas Boy, pendapatan usaha turun 18 persen dari tahun ke tahun (yoy) menjadi 586 juta dolar AS. Meski begitu, Boy menyebut, kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik dan perusahaan berada pada posisi yang baik untuk mencapai target produksi pada 2016 yang telah ditetapkan pada rentang 52-54 Mt.

Biaya bahan bakar yang merupakan komponen signifikan biaya kas batu bara turun 43 persen yoy ke rentang atas 0,30 dolar AS per liter. Boy mengatakan, Adaro telah melakukan lindung nilai terhadap sekitar 25 persen kebutuhan bahan bakar tahunannya melalui transaksi swap bahan bakar pada harga yang lebih rendah daripada anggaran yang ditetapkan untuk 2016.

"Perusahaan terus berupaya meningkatkan efisiensi operasional dan menerapkan inisiatif yang dapat meningkatkan produktivitas serta menurunkan biaya," katanya. Sedangkan, royalti yang dibayarkan ke Pemerintah Indonesia turun 19 persen menjadi 59 juta dolar AS seiring turunnya pendapatan. rep: Sapto Andika Candra ed: muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement