Senin 02 May 2016 14:00 WIB

Kegembiraan dari Gorontalo

Red:

Raut wajah Darji berseri-seri. Warga Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, ini antusias menyambut peresmian terminal baru Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo.

 

"Senang, Pak, lebih nyaman rasanya," ujar Darji saat ditemui Republika di sela-sela seremoni peresmian bandara tersebut, Ahad (1/5). Ungkapan Darji merupakan suatu bentuk reaksi selepas tuntasnya pengembangan fasilitas bandara milik daerahnya.

Pada Ahad (1/5) siang waktu setempat, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menandatangani prasasti peresmian terminal seluas 11.865 meter persegi tersebut. Sambil menampakkan senyum, Jonan berkomitmen meneruskan kebijakan pembangunan semacam ini.

Di sela-sela memberikan sambutan, anggota kabinet kerja di bawah komando Presiden Joko Widodo itu menekankan aspek pemerataan di seluruh daerah di Indonesia. Secara khusus, Jonan memuji proses perbaikan fasilitas transportasi di provinsi ke-32 Tanah Air ini.

"Dibanding Tarakan dan Palu, ini lebih bagus," kata bekas bos PT KAI (Persero). Tepuk tangan para peserta acara peresmian tak terhindarkan.

Pujian Jonan membuat suasana terik di sekitar panggung di lokasi terminal tak menjadi halangan. Siang itu, waktu menunjukkan pukul 10.00 WITA.

"Kalau bisa membangun, harus bisa menjaga," Jonan memberi pesan. Mandat sang menteri didengar dan ditanggapi langsung oleh Gubernur Gorontalo Rusli Habibie.

"Tolong fokus menjaga kebersihan," ujar pejabat berusia 52 tahun itu. Tak berlebihan jika pemeliharaan menjadi bagian dari pembahasan.

Faktanya, pembangunan fasilitas bandara yang terdiri dari tiga fase itu menghabiskan dana negara ratusan miliar. Tahap pertama dilakukan pada 2013 lalu.

Ketika itu, pengembangan terfokus pada struktur bawah fondasi pancang, tie beam, dan pile cap. Pekerjaan ini menghabiskan anggaran Rp 22,8 miliar.

 

Tahap kedua dilakukan pada 2014. Pekerjaannya terfokus pada pengerjaan struktur atap, finishing dinding bata, finishing lantai dasar, dan instalasi MEP.

Rangkaian kegiatan ini menghabiskan dana sebesar Rp 51,4 miliar. Tahap ketiga dimulai pada 2015.

Fokusnya pada pekerjaan elektrikal mekanikal, arsitektur, dan finishing. Pekerjaan ini menghabiskan dana Rp 70,9 miliar.

Ketiga tahapan pengerjaan itu ditambah Rp 15 miliar untuk pengerjaan garbarata dua unit. Pembangunan Bandara Djalaludin Gorontalo rampung pada akhir 2015.

Bandara ini dipastikan beroperasi pada awal Mei 2016. Dengan fasilitas dua lantai, ruangannya bisa menampung 700 penumpang.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Suprasetyo dalam laporannya menekankan outcame dari proyek ini, yakni sebagai upaya memberikan pelayanan penumpang dan jasa kebandarudaraan. Dengan demikian, lanjut dia, bisa menunjang pertumbuhan ekonomi dan pariwisata setempat, mempercepat distribusi barang-barang ke daerah sekitar Gorontalo, serta mendukung pemerataan Indonesia.

"Bandara ini seluas dua hektare diharapkan bisa menjadi pintu gerbang utama dari Gorontalo ke ibu kota negara dan ke provinsi-provinsi lainnya," katanya. Kendati euforia bangunan baru sangat terlihat, tak berarti yang sudah terbangun jadi mubazir.

Terminal lama akan dijadikan embarkasi haji dengan kapasitas tampung 250 orang. "Saya bersyukur, kami bisa langsung ke Jeddah," kata Karim Utina, salah satu warga daerah yang dijuluki Serambi Madinah itu.

Anggota Komisi V DPR Roem Kono sejalan dengan pendapat warga tersebut. Legislator Partai Golkar ini mengaku setuju jika sarana prasarana lama menjadi tempat penampungan jamaah haji.

Terutama, jika berkaca pada kondisi warga setempat yang mayoritas beragama Muslim. "Bagus itu, saya kira itu memudahkan kita," kata wakil rakyat asal Gorontalo ini. rep: Frederikus Bata ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement