Kamis 26 Nov 2015 15:00 WIB

Pertumbuhan Kredit 2016 Diproyeksi Lebih Tinggi

Red:

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan 2016 akan berada pada kisaran 12-14 persen. Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan kredit pada akhir tahun ini yang bertengger pada kisaran 11 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, proyeksi BI didasarkan pada kondisi perekonomian global tahun depan yang akan lebih baik ketimbang 2015.

Selain itu, investasi yang dilakukan pemerintah dan didukung investasi swasta serta konsumsi masyarakat, menjadi faktor pendorong lainnya. "Ini akan bisa membuat pertumbuhan kredit lebih baik. Nah, sekarang yang kira-kira 11 persen itu akan bisa naik menjadi 12-14 persen," ujar Agus, seusai acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (24/11) malam.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto menambahkan, pertumbuhan kredit tahun depan akan didorong oleh sektor perdagangan, hampir sama seperti tahun ini. Sebab, di sektor riil sudah ada perbaikan, terutama karena pemerintah sudah mendorong pembangunan infrastruktur. "Tahun depan kita harap kondisi lebih baik dari tahun lalu," kata Erwin.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menyatakan proyeksi OJK terhadap pertumbuhan kredit tahun depan sama dengan BI. "Tentu saja dengan pertumbuhan ekonomi seperti itu, daya dukungnya ya di sekitar 12-14 persen. Lebih bagus lagi pertumbuhan ekonomi ya lebih bagus lagi kreditnya," kata Muliaman. Untuk mendorong pertumbuhan kredit, OJK terus melakukan pembiayaan alternatif dari pasar modal dan perusahaan pembiayaan.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) September 2015 yang dirilis OJK pada pekan lalu, total penyaluran kredit bank umum sampai September 2015 tercatat sebesar Rp 3.990,4 triliun atau naik 11,0 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3.592,0 triliun. 

Kredit BCA

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menargetkan pertumbuhan kredit pada 2016 berada di kisaran 10 persen. Berdasarkan data perseroan, hingga September 2015, outstanding portofolio kredit BCA mencapai Rp 364,8 triliun atau naik 10,3 persen (yoy) dibandingkan posisi September 2014 yang tercatat Rp 330,7 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, likuiditas BCA masih cukup untuk menyalurkan kredit pada 2016. Hal itu terlihat dari rasio loan to funding (LFR) BCA di level 78 persen. "Kalau mau tumbuh 12-13 persen juga bisa. Tapi, target segitu dulu. Kalau ketinggian, cabang susah ditahan. Tapi, kalau mau ditambah itu bisa lebih gampang ya," kata Jahja.

Jahja menyatakan, dalam menyalurkan kredit, BCA tidak mengerem sektor tertentu. Penyaluran disesuaikan dengan kondisi yang ada. Terlebih, dengan kebijakan pelonggaran GWM oleh BI dinilai telah menambah likuiditas BCA. Jika likuiditas bertambah banyak, menurutnya, ada ruang untuk menurunkan bunga kredit. ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement