Sabtu 10 Oct 2015 15:51 WIB

Penguatan Rupiah Bisa Berlanjut

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama sepekan ter akhir terus menunjukkan tren penguatan. Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate di laman resmi Bank Indonesia, mata uang kebanggaan Indonesia itu menguat hingga 1.083 poin. Jika pada Senin (5/10) rupiah berada pada level Rp 14.604 per dolar AS, pada Jumat (9/10) rupiah bertengger di tingkat Rp 13.521 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, penguatan rupiah tak lepas dari belum adanya kepastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed Fund Rate). Keputusan the Fed berkaitan dengan dinamika eksternal dan inter nal yang melingkupi perekonomian Negeri Paman Sam.

Dari sisi eksternal, kondisi perekonomian global, dengan Cina sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi, belum pulih. Imbasnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. IMF memperkirakan perekonomian global kemungkinan hanya bertumbuh 3,1 persen.

"Outlook ini lebih rendah 0,2 persen dibanding proyeksi sebelumnya pada Juli lalu," ujar Ariston, seperti dilansir kantor berita Antara, Jumat (9/10).

Sementara dari sisi internal, data terkini seputar ketenagakerjaan belum meyakinkan.

Jumlah penyerapan tenaga kerja menjelang tutup tahun hanya bertam bah 142 ribu orang. Angka ini jauh lebih rendah dari target 201 ribu orang. Di sisi lain, persentase pengang guran pun masih tinggi, yaitu berada di kisaran 5,1 persen.

Kepala Riset NH Korindo Securities In donesia Reza Priyambada menjelaskan, penguatan rupiah disebabkan sentimen positif dari dalam negeri. Paket kebijakan ekonomi yang dirilis pemerintah ditambah kebijakan moneter oleh Bank Indonesia direspons dengan baik oleh pelaku pasar uang. Respons positif tersebut diharapkan bisa terus berlangsung.

"Penguatan yang terjadi pada rupiah ini tentunya diharapkan masih dapat berlanjut. Meski rawan aksi ambil untung oleh spekulan, sifatnya belum signifikan mengingat sentimen di dalam negeri masih cukup baik," kata Reza.

Ekonom senior Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati meminta pemerintah harus memanfaatkan momentum penguatan rupiah untuk mengembalikan kepercayaan semua kalangan. Tak terkecuali kalangan dunia usaha dan pelaku pasar.

"Mumpung ada sentimen positif, tumbuhkan keyakinan pengusaha dengan langkah-langkah konkret untuk mengembalikan roda perekonomian dalam negeri," ujar Enny.

Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus mengatakan, pemerintah akan terus berupaya menciptakan sentimen positif agar penguatan rupiah terus berlanjut.

Peluncuran tiga paket kebijak an ekonomi merupakan bagian dari upaya tersebut. Paket yang dirilis pemerintah secara garis besar berfokus pada perbaikan iklim investasi serta penurunan harga energi meliputi bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan gas.

IHSG positif

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (9/10) ditutup di level 4.589,344 atau menguat 97,911 poin (2,18 persen) ketimbang penutupan sehari sebelumnya.

Reza Priyambada menilai, IHSG berada di area positif menyusul aksi beli yang aktif oleh investor saham di dalam negeri. Selain itu, laju nilai tukar rupiah yang terapresiasi signifikan terhadap dolar AS sepekan terakhir juga menjadi salah satu faktor pendorong pelaku pasar melakukan aksi beli.

Meskipun begitu, Reza meminta para pelaku pasar tetap waspada menyusul beberapa saham yang mulai masuk ke dalam area jenuh beli. Kondisi ini dapat membuat laju kenaikan IHSG menjadi terbatas. Potensi aksi ambil untung oleh pelaku pasar cukup terbuka di tengah situasi sekarang. rep: Qommarria Rostanti, Satria kartika Yudha ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement