Rabu 02 Sep 2015 14:57 WIB

Artha Graha Bangun Pabrik Baja Senilai 500 Juta Dolar AS

Red:

JAKARTA -- Artha Graha Network (AGN) melalui PT Artha Meta Sinergi (AMS) akan berinvestasi di sektor industri baja nasional. AMS akan menggandeng produsen baja asal Taiwan, China Steel Corporation (CSC), untuk membangun pabrik baja berteknologi mutakhir.

CEO AMS Felix Effendi mengatakan, pabrik baja tersebut akan menjadi pabrik baja pertama AMS di Indonesia. "Perusahaan kami berencana untuk menjadi pemain utama di Indonesia untuk bangun pabrik baja dari hulu ke hilir," ujar dia, di Jakarta, Selasa (1/9).

Rencana pendirian pabrik baja yang terintegrasi dari hulu hingga hilir ini telah dituangkan dalam nota kesepahaman kerja sama antara CSC Group dengan AGN. "Mereka (CSC—Red) telah diakui sebagai salah satu perusahaan manufaktur baja terkemuka di dunia dan berintegrasi dengan pabrik di Taiwan. CSC juga memiliki jaringan produksi dan investasi di Asia Tenggara," tutur Felix.

Felix mengatakan, kebutuhan Indonesia akan produk baja sangat besar. Alasan kuat inilah yang menjadi dasar AMS untuk membangun pabrik baja di Indonesia.

Ia menuturkan, pabrik baja milik AMS dan CSC ini nantinya akan menggunakan teknologi terbaru dan paling mutakhir. "Pabrik yang kami bangun akan menggunakan teknologi terbaru dan paling mutakhir makanya investasinya besar," ujarnya.

Dengan kehadiran pabrik baja ini, AMS berharap bisa menciptakan lapangan kerja, mengembangkan peluang investasi, dan dapat berkontribusi pada perekonomian dan pembangunan di Indonesia.

Felix menjelaskan, rencana pembangunan tahap pertama dimulai dengan industri hilir, kemudian dilanjutkan pengembangan pada industri hulu. Studi kelayakan diharapkan dapat selesai sebelum akhir tahun ini.

Menurut data yang disampaikan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pabrik baja milik AMS dan CSC ini akan dibangun dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dengan nilai investasi 500 juta dolar AS. Pembangunan pabrik penggilingan baja untuk konstruksi ini akan dimulai pada pertengahan 2016, dan merupakan tahap pertama kerja sama kedua perusahaan. Pada tahap kedua, yakni sekitar tahun 2020, kerja sama ini akan bergerak lebih ke hulu dengan kapasitas produksi per tahun sebesar 5 juta ton dan dapat ditingkatkan hingga 10 juta ton.

Menanggapi rencana pembangunan pabrik baja milik AMS dan CSC ini, Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan optimistis prospek perkembangan industri baja di dalam negeri akan semakin baik pada masa mendatang. Menurut Franky, ini lantaran melihat proses konstruksi proyek investasi sektor baja yang terus berjalan.

 

"Dalam dua minggu ini saya menghadiri dua acara terkait realisasi investasi sektor baja, termasuk kerja sama antara CSC Taiwan dan Artha Metal Sinergi. Menurut saya, hal ini merupakan perkembangan yang positif bagi perkembangan industri baja Indonesia ke depan. Karena, proses konstruksi sebuah proyek investasi memerlukan waktu dua sampai tiga tahun. Artinya, kita bisa berharap melalui maraknya proyek investasi sektor baja yang saat ini sedang melakukan konstruksi, industri baja ke depan semakin berkembang," kata Franky memaparkan.

BKPM mencatat, sepanjang semester I 2015 terdapat 157 proyek investasi baja yang sedang melakukan konstruksi, dengan nilai investasi sebesar Rp 6,63 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 8.052 orang.

Lebih lanjut, Franky mengatakan, berkembangnya industri baja nasional juga diharapkan menyeimbangkan neraca perdagangan di sektor tersebut. Dia menyebut sudah ada sinyal baik terkait keseimbangan neraca perdagangan sektor baja. Hal ini terlihat dari realisasi impor dan ekspor baja Indonesia.

Data BKPM menyebutkan, realisasi impor baja pada periode Januari-Juni 2015 sebesar 3,44 miliar dolar AS atau turun 21,04 persen dibanding periode yang sama pada 2014 sebesar 4,36  miliar dolar AS. Sebaliknya, realisasi ekspor baja pada periode Januari-Juni 2015 sebesar 657,7 juta dolar AS atau naik 42,16 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 462,6 juta dolar AS.

Menurut Franky, impor baja berkontribusi sebesar 5,66 persen dari total impor nonmigas nasional. "Bergeliatnya realisasi investasi sektor baja diharapkan dapat berkontribusi mengurangi impor baja di masa mendatang. Dalam 54 proyek masa investasi masa konstruksi yang sedang dipantau BKPM, terdapat industri baja yang berpotensi untuk mengurangi impor sebesar 343,2 juta dolar AS untuk produksi 2016," tuturnya.

Meningkatnya jumlah investasi sektor baja, kata Franky, juga didorong oleh kebutuhan baja di dalam negeri yang semakin besar. Pada 2020, kebutuhan baja diproyeksikan mencapai 27 juta ton, naik dibandingkan proyeksi kebutuhan pada 2015 sebesar 16 juta ton. n c03 ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement