Kamis 18 Dec 2014 15:00 WIB

Membidik Proyek Rel Kereta Api Antarnegara Teluk

Red:

Indonesia terus meningkatkan dan memperluas hubungan perdagangan dengan sejumlah negara di Timur Tengah, salah satunya Oman. Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Oman  udah terjalin sejak 1978, namun baru secara resmi dibuka pada 2010 ditandai dengan didirikannya kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara tersebut.

Belum lama ini, Oman bersama negara-negara di Timur Tengah lainnya telah menginisiasi untuk membangu jalur kereta api yang terintegrasi di kawasan Teluk. Jalur kereta tersebut mengambil rute dari Oman menuju Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi.

"Saat ini, proyek tersebut sudah mulai tender dan Indonesia bisa membidik sektor jasa konstruksinya," kata Duta Besar Indonesia untuk Oman, Sukanto, di Jakarta, Rabu (17/12). Ia mengungkapkan bahwa sejauh ini belum diketahui jumlah perusahaan jasa konstruksi asal Indonesia yang akan masuk ke Oman untuk berinvestasi di proyek rel kereta api antarnegara ini.

Proyek pembangunan rel kereta api itu cukup besar karena menghubungkan antarnegara dengan menempuh jarak jauh. Sukanto mencontohkan, jarak dari kota Sohar di Oman menuju UEA bisa mencapai sekitar 500 kilometer.

Bagi Oman keberadaan jalur kereta api yang menghubungkan negara tersebut dengan UEA memiliki nilai strategis dalam hal distribusi barang-barang impor. Hal ini lantaran berbagai macam produk yang diimpor oleh Oman tidak diimpor secara langsung dari negara produsen, tetapi masih melalui negara ketiga, seperti UEA. Termasuk juga, menurut Sukanto, produk-produk impor asal Indonesia.

Selain melalui UEA, produk-produk ekspor Indonesia yang masuk ke Oman sebagian besar masih melalui Malaysia dan Singapura. Sedangkan, Oman melakukan ekspor secara langsung ke  Indonesia.

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh UN COMTRADE, Indonesia berada di peringkat ke-27 sebagai mitra impor Oman dengan share  0,63 persen. Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI, Dody Edward, mengatakan, Oman merupakan salah satu negara prospektif yang menyediakan potensi pasar besar.

Selama empat tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia dan Oman defisit. Namun, pada 2013 neraca perdagangan kedua negara menunjukkan angka yang cukup baik, yakni mencapai  sekitar 462 juta dolar AS dengan nilai ekspor mencapai 209 dolar AS dan didominasi oleh produk nonmigas. "Untuk tahun ini, kita optimistis bisa surplus karena dari Januari sampai September nilai ekspor kita sudah meningkat 14,31 persen atau sekitar 187 juta dolar AS," ujar Dody.

Menurut Dody, capaian pasar ekspor Indonesia ke Oman masih bisa ditingkatkan. Apalagi, Oman sudah melakukan Free Trade Agreement (FTA) dengan Amerika Serikat dan Singapura sehingga dapat menguntungkan serta dapat membuka pasar baru.

Selain itu, Oman merupakan negara dengan income per kapita cukup tinggi, yakni 26 ribu dolar AS. Dengan pendapatan negara yang tinggi, Oman sering mendatangkan produk-produk dari negara lain. Produk Indonesia yang sudah diekspor ke Oman, di antaranya minyak sawit mentah (CPO), kertas, elektronik, perikanan, otomotif, dan makanan.    

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Partogi Pangaribuan mengatakan bahwa langkah kerja sama ini merupakan salah satu kesempatan untuk memenangkan persaingan di pasar global. Pemerintah telah menetapkan mengambil langkah diversifikasi produk dan pasar yang direalisasikan melalui upaya penetrasi ke sejumlah negara yang prospektif. "Oman termasuk negara yang pertumbuhan ekonominya meningkat tajam sehingga terdapat peluang pasar baru," katanya.

Delegasi Oman akan berada selama satu pekan di Indonesia. Dalam lawalatannya, para delegasi tersebut akan melakukan kunjungan ke beberapa perusahaan furnitur dan perusahaan ban Multistrada.

n ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement