Jumat 28 Nov 2014 17:00 WIB

Harga Minyak Terus Merosot Pemerintah diuntungkan karena biaya impor BBM akan berkurang.

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

SINGAPURA — Jelang pertemuan negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak, OPEC, harga minyak di pasar internasional terus mengalami penurunan. OPEC yang beranggotakan  12 negara akan menggelar pertemuan di Wina pada Kamis (27/11) waktu setempat.

Di pasar Amerika Serikat, harga minyak mentah light sweet West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari tahun depan turun 89 sen menjadi 72,80 dolar AS. Sedangkan, harga minyak mentah acuan Eropa, Brent, untuk pengiriman Januari 2015, turun 1,19 dolar AS menjadi 76,56 dolar AS. 

Para analis menilai bahwa pertemuan kali ini merupakan pertemuan paling sulit dalam beberapa tahun terakhir karena para negara anggota OPEC berada di bawah tekanan untuk mengatasi penurunan harga. “Semua mata sekarang tertuju pada OPEC. Kami menduga mereka akan memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini 30 juta barel per hari,” kata David Lennox, analis Fat Prophets di Sydney, kepada AFP, Kamis.

Penurunan harga terjadi setelah Arab Saudi mengindikasikan tidak akan mendorong penurunan produksi untuk membantu mendongkrak harga minyak. “Pasar minyak nanti bisa stabil dengan sendirinya,” kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh mengatakan posisinya mirip Naimi meskipun ia menyatakan kekhawatiran tentang melimpahnya pasokan. “Semua ahli di pasar percaya bahwa kita memiliki kelebihan pasokan di pasar dan tahun depan kami akan memiliki lebih banyak kelebihan pasokan,” ujar Zanganeh.

Merosotnya harga minyak ini membuat reaksi anggota-anggota OPEC terbelah dua. Anggota-anggota miskin OPEC yang dipimpin oleh Venezuela dan Ekuador sebelumnya secara  erbuka mendesak untuk memotong produksi. Tetapi anggota kartel Teluk, yang dipimpin oleh produsen utama Arab Saudi, menolak desakan tersebut, kecuali mereka menjamin pangsa pasar di  arena yang sangat kompetitif.

OPEC saat ini memproduksi minyak hampir 31 juta barel per hari atau sekitar 43 persen dari produksi global. “OPEC masih menguasai sepotong besar secara keseluruhan, tetapi sebagai sebuah kartel, ujian akan terjadi ketika harga jatuh dan anggota-anggota harus berkorban,” kata United Overseas Bank Singapura.

Tren penurunan harga minyak dunia membuat PT Pertamina (Persero) melakukan efisiensi biaya. “Hingga 95 persen penghasilan Pertamina itu dari berjualan minyak mentah. Tentu saja  penurunan harga minyak dunia ini kurang bagus bagi perusahaan. Kita akan lakukan efisiensi biaya sebagai bentuk antisipasi,” kata Husen kepada Republika di Kuta, Bali, Kamis (27/11).

Husen mengungkapkan tidak tahu apakah tren penurunan ini sudah mencapai titik terendahnya sehingga akan kembali naik atau potensi penurunan harga masih akan terus terjadi. “Kita tak tahu, bisa jadi harga bawah ini akan bertahan satu bulan atau bisa juga lebih. Segala kasus pernah kejadian dan kami pernah mengalaminya. Untuk itu, antisipasi diperlukan,” ujarnya.

Meski demikian, Husen mengatakan bahwa kondisi ini menguntungkan pemerintah, mengingat Pertamina merupakan perusahaan negara. Hal itulantaran biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM) akan berkurang.

n antara rep: mutia ramadhani ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement