Kamis 13 Nov 2014 13:00 WIB

Modal Rp 100 Ribu Sudah Bisa Jadi Investor

Red:

Dunia pasar modal sering kali dibayangkan dunianya orang berduit. Orang yang mempunyai uang pas-pasan jangan bermimpi bisa masuk pasar modal. Mungkin saja anggapan itu benar. Namun, itu hanya berlaku pada waktu dulu.

Saat ini, citra eksklusivitas pasar modal tersebut diruntuhkan sendiri oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan menggandeng sejumlah lembaga, BEI membuka kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menanamkan uangnya di pasar modal.

Melalui program Gerakan Cinta (Genta) Pasar Modal, BEI meluncurkan produk Sahamku dan Reksadanaku. Melalui kedua produk itu, masyarakat sudah bisa menjadi investor hanya dengan uang Rp 100 ribu. "Mereka bisa bertransaksi saham secara langsung maupun melalui reksadana," kata Direktur Utama BEI Ito Warsito saat peluncuran Genta Pasar Modal di Jakarta, Rabu (12/11).

Ito melanjutkan, peluncuran produk ini tidak perlu dibarengi dengan pembentukan regulasi baru. Alasannya, semua program masih dilakukan dalam koridor aturan yang sudah ada. Dia menuturkan, sepanjang 2014, Sahamku dan Reksadanaku berhasil menjaring investor baru sebanyak 88.397 orang. Akan tetapi, dia mengakui, memang tidak semuanya berinvestasi Rp 100 ribu. "Jika memiliki kemampuan lebih, boleh berinvestasi lebih besar," ujar Ito.

Dia melanjutkan, dari 113 anggota bursa, sebanyak 29 perusahaan sekuritas berpartisipasi dalam produk Sahamku dan Reksadanaku. Program ini juga bertujuan meningkatkan jumlah investor lokal dan nilai kepemilikan sahamnya.

Saat ini, jumlah investor lokal di pasar modal mencapai 98 persen. Sisanya adalah investor asing. Adapun, jumlah kepemilikan saham investor asing mencapai 64,5 persen dari total saham yang diperjualbelikan di pasar modal.

Ito menerangkan, dengan kedua produk tersebut, BEI berharap dapat menarik investor baru ke pasar modal. "Kita tidak ada target pasti, tapi yang penting sebanyak-banyaknya," tegasnya.

Secara umum, target jangka panjang BEI adalah mencapai jumlah investor sedikitnya satu persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan jumlah itu, BEI ingin menyeimbangkan investor lokal dan asing dalam nilai investasi.

Indonesia, kata Ito, tidak akan menolak investor asing. Namun, secara umum, Indonesia juga tidak boleh bergantung pada asing, termasuk di sektor pasar modal. Artinya, peran dan kapasitas investor lokal harus terus dibangun.

Sejalan dengan BEI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengincar masyarakat kelas menengah Indonesia yang butuh berinvestasi. Tetapi, masyarakat ini belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai berinvestasi di sektor jasa keuangan, khususnya pasar modal.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, masyarakat kelas menengah Indonesia sering diidentifikasi sebagai consumer-state people alias kelompok masyarakat yang konsumtif dalam pemenuhan gaya hidupnya, termasuk dalam hal pilihan investasinya.

Mereka memiliki permintaan yang cukup besar akan kebutuhan berinvestasi, tapi di sisi lain, pengetahuan mengenai berinvestasi di sektor jasa keuangan, khususnya di pasar modal, masih minim. "Sebagian besar masyarakat kelas menengah kita masih memiliki pandangan yang konvensional dalam hal menginvestasikan kelebihan dananya, yaitu melalui tabungan di bank," katanya.

Masih kecilnya jumlah masyarakat kelas menengah yang berinvestasi di pasar modal Indonesia juga terefleksi dari masih kecilnya jumlah investor yang tercatat di pasar modal. Berdasarkan data OJK, saat ini jumlah investor di pasar modal Indonesia baru mencapai kurang dari 400 ribu investor. Jumlah investor ini sangat kecil jika dibandingkan dengan total masyarakat kelas menengah yang jumlahnya mencapai 134 juta jiwa.

Artinya, jumlah investor di pasar modal hanya mencapai 0,3 persen dari total masyarakat kelas menengah. Angka ini masih jauh jika dibandingkan Malaysia yang sebesar 12,8 persen dan Singapura yang mencapai 30 persen. Studi Bank Dunia (2012) menyebutkan, masyarakat kelas menengah Indonesia pada 2012 mencapai 56,5 persen dari total 237 juta penduduk. Jika pada 2003 jumlah masyarakat yang masuk dalam kategori kelas menengah mencapai 81 juta jiwa, pada 2012 jumlahnya sudah berkembang menjadi 134 juta jiwa atau tumbuh sebesar 65 persen hanya dalam waktu sembilan tahun.

Sementara itu, dalam lingkup yang lebih kecil, kelompok pelajar dan mahasiswa juga merupakan calon investor potensial. Karena itu, ke depan kelompok ini diharapkan akan menjadi bagian dari kelompok masyarakat kelas menengah baru. Melihat kenyataan bahwa tingkat literasi mereka terhadap pasar modal Indonesia yang masih sangat kecil, OJK harus membekali mereka dengan pengetahuan mengenai keuangan, khususnya pasar modal, sejak dini. Sehingga, budaya menabung dan berinvestasi akan menjadi kebiasaan yang terus melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk meningkatkan jumlah investor pasar modal, OJK akan menerapkan strategi dengan terus melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai industri jasa keuangan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah Indonesia serta kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat perlu diinformasikan pentingnya berinvestasi dalam rangka menjamin kehidupan yang lebih baik pada masa depan.

Muliaman mengatakan, upaya edukasi dan sosialisasi ini perlu dibarengi dengan upaya pendalaman pasar melalui perluasan variasi produk yang ditawarkan di pasar modal Indonesia.n c88 ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement