Kamis 02 Oct 2014 15:00 WIB

Inflasi Bisa Tiga Persen

Red:

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan laju inflasi akan menyentuh angka tiga persen jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik Rp 3.000 per liter pada November  mendatang. BPS memprediksi dampak inflasi akibat naiknya harga BBM akan berlangsung selama beberapa bulan.

Kepala BPS Suryamin menuturkan, dampak kenaikan harga BBM berbeda dengan kenaikan harga elpiji. "Itu karena pengguna BBM meliputi sektor yang lebih luas ketimbang pengguna elpiji,"  katanya di Jakarta, Rabu (01/10).

Menurutnya, kenaikan elpiji hanya akan dirasakan di tingkat rumah tangga dan industri pengolahan makanan. Sebaliknya, BBM digunakan nyaris di semua sektor. Sehingga, fluktuasi harganya akan membawa dua dampak, yakni dampak langsung dan tidak langsung.

Dampak langsung, Suryamin melanjutkan, dirasakan oleh para pengguna kendaraan bermotor. Sedangkan, dampak tidak langsung dialami oleh mereka yang menggunakan BBM sebagai faktor  produksi. Dengan naiknya harga BBM maka akan meningkat pula ongkos produksi dan distribusi. Dengan demikian, produsen pasti melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga produk.

BPS, Suryamin mengungkapkan, masih terus mengkaji mengenai dampak yang bakal terjadi jika harga BBM dinaikkan. Menurutnya, dampak tidak langsung akan lebih besar daripada dampak langsung.  "Dampak tidak langsung bisa dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dampak langsung," ujarnya.

Efek kenaikan harga BBM juga diperkirakan berpengaruh selama beberapa bulan ke depan. Bulan pertama setelah kenaikan inflasi akan tinggi. Namun, memasuki bulan kedua dan ketiga akan  semakin menurun. Hal ini disebabkan tidak semua sektor terkena dampak kenaikan BBM. Untuk jasa transportasi, misalnya, penyesuaian tarif akan dilakukan beberapa minggu setelah kenaikan BBM. Sehingga, dampaknya terhadap inflasi baru diketahui pada bulan kedua.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia setuju dengan rencana kenaikan harga BBM pada November mendatang. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto berharap kenaikan BBM ini terjadi pada pemerintahan SBY-Boediono. Akan tetapi, justru kenaikannya di pemerintahan baru. "Kami setuju rencana Jokowi-JK ini. Bahkan, kami usulkan naiknya lebih dari Rp 3.000 atau hapus semua subsidi untuk BBM," kata Suryo.

Menurutnya, subsidi BBM menjadi penyakit bagi bangsa ini. "Bayangkan saja, setiap harinya uang untuk subsidi bahan bakar minyak ini mencapai Rp 1 triliun. Dalam setahun, berarti ada  Rp 360 triliun menguap percuma," ujarnya.

Suryo mengatakan bahwa selama ini lebih dari 80 persen subsidi BBM dinikmati oleh orang kaya. Karenanya, ia menambahkan, subsidi tersebut dinilai tidak tepat sasaran dan hanya menjadi beban  negara.

Meskipun ke depannya akan jadi kontroversi, Suryo menegaskan bahwa langkah ini yang paling tepat untuk menyelamatkan bangsa ini. rep:c88 ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement