Rabu 10 Sep 2014 13:00 WIB

Industri Butuh Modal Pemerintah

Red:

BANDUNG — Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat menyatakan penyertaan modal pemerintah bagi jenis industri tertentu yang prospektif diperlukan untuk mendorong struktur industri nasional.

"Perlu penyertaan modal pemerintah bagi jenis industri yang orientasi bisnisnya masih minim, tetapi punya peran besar memperkuat struktur industri nasional," kata Ade pada "Seminar Internasional Growth Strategies for a Rising Indonesia" di Kampus Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/9).

Menurutnya, sektor industri tersebut perlu mendapat perhatian dan dukungan riil dari pemerintah, salah satunya melalui penyertaan modal. Selain itu, API juga mendorong pemerintah mendirikan industri pembiayaan bahan baku atau penolong, yang selama ini ketersediaannya masih kurang dan tidak lagi diproduksi di dalam negeri. "Bagi sejumlah komponen bahan baku atau bahan penolong masih tergandung impor, itu perlu ada skema jalan keluarnya, termasuk pembiayaan bahan baku itu bila diperlukan," ujar Ade.

Selain itu, pemerintah pun perlu menambah program restrukturisasi dan revitalisasi industri padat karya. Termasuk, mengidentifikasi sejumlah kebijakan yang kontra produktif dengan pertumbuhan industri.

Ia menyebutkan, ada beberapa faktor yang menjadi penunjang terciptanya pertumbuhan industri nasional, antara lain, ketersediaan sarana infrastruktur yang memadai. Sampai saat ini, ketersediaan infrastruktur belum mampu memenuhi ekspekstasi dunia industri. "Terjadi kevakuman perkembangan fasilitas infrastruktur, misalnya jalan, pelabuhan. Bagi sektor industri hal tersebut berpengaruh, terutama dalam hal sistem pendistribusian dan logistik," kata Ade.

Dampak kevakuman perkembangan infrastruktur itu menyebabkan tingginya biaya operasional, utamanya dalam hal logistik. Mahalnya biaya operasional, ia melanjutkan, dapat berpotensi menyebabkan daya saing industri nasional melemah karena harga jual produk pun dapat menjadi tinggi. Selain infrastruktur, kata Ade, hambatan lainnya berkenaan dengan sistem transportasi yang lebih massal.

Ia menyebutkan Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan daya saing. Ada beberapa strategi untuk meningkatkan daya saing. Antara lain, melalui sistem pengelolaan sumber energi yang komprehensif, terintegrasi, dan terukur, yang menomorsatukan kepentingan nasional. "Revitalisasi dan optimalisasi produk turunan minyak bumi dan gas (migas) alam sebagai bahan baku industri manufaktur jelas harus menjadi prioritas," ujar Ade.

antara ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement