Rabu 04 May 2016 14:00 WIB

Cerita dari Demo Besar di UGM

Red:

Selasa, 3 Mei 2016. Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) tampak tenang seperti biasanya. Beberapa mahasiswa lalu-lalang menggunakan kendaraan masing-masing. Namun, ada pula yang berjalan kaki. Sebagian dari mereka tergesa mengejar kelas kuliah, sebagian lainnya santai mengobrol dengan kelompoknya.

Pemandangan itu berbeda dengan sehari sebelumnya saat kampus kebanggaan rakyat Yogyakarta itu seolah menampakkan sisi pemberontakan internal. Sejak Senin (2/5) pagi, Republika menemui setidaknya tiga titik pertemuan masa. Pertama, di Jalan Kayu Putih yang terletak di sebelah utara Sekolah Vokasi UGM. Puluhan mahasiswa berkumpul, seolah menyiapkan rencana pergerakan besar.

Kedua, di halaman Fisipol UGM. Jumlah orang yang berkerumun di sana lebih banyak. Rata-rata dari mereka mengenakan jas almamater. Sedangkan, tempat ketiga adalah halaman Balariung, tepat di belakang gedung rektorat. Namun, titik kerumunan ketiga ini didominasi oleh pegawai UGM berseragam kemeja putih yang rupanya tengah mengikuti upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Saat acara peringatan Hardiknas di Balairung bubar, suara orasi di halaman Fisipol UGM semakin nyaring. "Hari ini adalah hari pendidikan nasional. Momen di mana makna pendidikan yang sesungguhnya harus diperjuangkan," terdengar kalimat itu keluar dari sang orator.

Tak beberapa lama, massa berpindah tempat konsentrasi ke Bundaran UGM. Tanpa disangka, hampir mencapai tengah hari jumlahnya sudah menjadi ribuan orang. Setelah itu, mereka pun menyerbu rektorat. "Bohong, ibu rektor bohong," kata salah seorang mahasiswa. Sebelumnya, pimpinan kampus memang membuat pernyataan kepada media massa bahwa demonstrasi ribuan mahasiswa hanyalah suatu simulasi.

Para demonstran juga menuding pihak rektorat telah berbohong soal perlakuan terhadap pedagang Bonbin. Sebuah lokasi yang selama ini digunakan sebagai tempat berjualan para pedagang menengah mikro di dekat kampus fakultas ekonomi dan bisnis.  "Dulu pihak rektorat bilang, Bonbin masih open. Orang-orang masih boleh berjualan di sana. Tapi, beberapa waktu kemarin, kok rektorat malah mengeluarkan SP2. Ini artinya pedagang harus terusir," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UGM, Ali Zainal.

Ali menyampaikan, pada intinya demonstrasi pada Senin (2/5) merupakan puncak dari sekian banyak tuntutan kepada pihak rektorat. Termasuk menyoal pencairan tunjangan kinerja tenaga pendidik, penghapusan uang pangkal kuliah, hingga permintaan agar uang kuliah tunggal (UKT) tidak dinaikkan.

"Coba Mbak, dibayangkan. UKT di UGM ini sudah sangat mahal. Untuk mahasiswa jurusan kedokteran reguler saja bisa mencapai Rp 22,5 juta per semester," kata Ali.

Pada pengujung aksi, Rektor UGM Dwikorita Karnawati bersedia berdialog dengan mahasiswa. Soal penggusuran pedagang di Bonbin, menurut Dwikorita, kuliner di Bonbin tidak sehat dan mengandung bakteri salmonela. Ia bahkan berdalih bahwa kesimpulannya itu ditarik berdasarkan riset yang telah dilakukan secara ilmiah. "Banyak lulusan kami yang kolesterol dan sakit karena kantin-kantin yang tidak sehat," kata Dwikorita.

Dwikorita menegaskan, seluruh sisi negatif kantin Bonbin akan diperbaiki, salah satunya dengan cara merelokasi para pedagang. Dwikorita menegaskan, selama ini pihak kampus telah berbaik hati karena pada dasarnya kontrak berjualan para pedagang sudah habis sejak tahun lalu.  "Kami menginginkan perubahan yang lebih baik dengan membangun kantin yang lebih sehat. Setiap perubahan itu memang terkadang mengancam kenyamanan," katanya.

Adapun tuntutan lain soal perbaikan tunjangan tenaga pendidik dan pengurangan uang kuliah, Dwikorita berjanji akan mendiskusikan masalah tersebut dengan pihak-pihak terkait. Terkait aksi ribuan mahasiswa di belakang kantornya, Dwikorita malah menyampaikan kalimat keberhasilan. Menurutnya, demo yang memenuhi halaman Balariung itu menunjukkan sukacita para mahasiswa terhadap sikap terbuka rektorat selama ini. "Ini artinya kita berhasil dong." Oleh Rizma Riyandi ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement