Selasa 26 Apr 2016 15:41 WIB

Satelit LAPAN-A3 Siap Diluncurkan

Red: operator
satelit (ilustrasi)
satelit (ilustrasi)

Satelit ini dapat membantu pemerintah dalam menentukan berbagai kebijakan terkait pangan.

BOGOR -- Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) A3 siap diluncurkan pada akhir Mei 2016. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan Jasyanto menerangkan, peluncuran ini akan dilakukan dari Shriharikota, India. 

LAPAN-A3 merupakan satelit yang memiliki berat 115 kilogram. Satelit ini nantinya akan membawa misi penginderaan jauh eksperimental. "Untuk memantau sumber daya pangan," ungkap Jasyanto melalui keterangan tertulisnya, Senin (25/4).

Satelit tersebut juga mampu mengidentifikasi tutupan dan penggunaan lahan. Selain itu, dapat melakukan pemantauan lingkungan juga. Kemudian, satelit ini juga mengemban misi pemantauan kapal laut. Kapal yang mendekati batas Indonesia akan terlihat. Begitu juga dengan kapal yang beraktivitas di Indonesia akan dapat diketahui gerak-geriknya.

Muatan pengindraan satelit LAPAN-A3 yang berupa empat bonds multispectral imager ini beresolusi 18 meter dengan swath 100 kilometer. Muatan ini akan dimanfaatkan untuk memantau tanaman pangan. Hal seperti ini, kata dia, merupakan bagian dari gagasan Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebagai informasi, satelit ini merupakan hasil kerja sama Lapan bersama IPB.

Dengan adanya program pengembangan satelit tersebut, dia menilai, ini jelas membuktikan kemampuan sumber daya manusia Indonesia. Lapan dinilai berhasil merancang bangun satelit sekelas 100 kilogram. Selain itu, program ini juga membuktikan Lapan sudah mulai melayani kebutuhan teknologi satelit Indonesia.

Di samping itu, program satelit ini sebenarnya juga bagian dari upaya mewujudkan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian. Hal ini karena teknologi satelit jelas akan mendukung akurasi data dalam perencanaan masa tanam lahan persawahan. Data itu akan berimplikasi langsung pada peningkatan ketahanan pangan.

Menurut dia, satelit ini dapat membantu pemerintah dalam menentukan berbagai kebijakan terkait pangan, seperti impor beras. Hasil pengindraan satelit dapat menjadi rujukan pemerintah dalam mengambil kebijakan.

Sebelumnya, Lapan juga telah berhasil meluncurkan satelit LAPAN A1/LAPAN-TUBSAT pada 2007. Kemudian, satelit LAPAN A2/Orari pada 2015 dengan menumpang roket milik India. LAPAN A2/Orari adalah satelit ekuatorial pertama milik Indonesia dan dirakit di Indonesia. Satelit ini membawa misi pemantauan muka bumi, identifikasi kapal laut, dan komunikasi radio amatir.

Rektor IPB Herry Suhardiyanto menerangkan, satelit ini dapat memberikan informasi indra yang bermanfaat. "Untuk secara real time dapat memperkirakan produksi padi nasional," kata Herry. 

Satelit tersebut dapat memperkirakan daerah potensi perikanan untuk ketahanan pangan. Data ini juga bermanfaat untuk menemukan titik yang menjadi tempat berkumpulnya ikan. Di samping itu, satelit ini juga bisa memantau hot spot dan informasi atmosfer.

Pada kesempatan kali ini, IPB memang dilibatkan dalam pembuatan satelit tersebut. Menurut Herry, keterlibatan ini dilakukan karena IPB mendapat mandat dari negara sebagai institusi terdepan dalam riset tentang ketahanan pangan. Selain itu, IPB memiliki banyak ahli di bidang remote sensing dan perencanaan wilayah. 

Selama ini, kata Herry, bangsa Indonesia selalu memanfaatkan informasi dari satelit milik negara lain. Karena situasi itu, bangsa ini tentu harus memiliki informasi yang akurat dari satelit milik sendiri. Dengan kata lain, sesuai dengan kebutuhan negeri ini. Oleh sebab itu, menurut Herry, sejak 2009, IPB mulai merintis kerja sama dengan Lapan. Kerja sama dimulai dengan pembahasan bersama tentang space mission.

Menurut Herry, satelit tersebut difokuskan untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan dan kebanggaan nasional. Hal ini diwujudkan dengan menggunakan satelit yang dibangun oleh anak bangsa.   rep: Wilda Fizriyani, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement