Kamis 11 Feb 2016 14:00 WIB

Spark, Terapis Robot untuk Anak Penyandang Autis

Red:

Robot masa depan yang bisa membantu terapi untuk penyandang autis berhasil diciptakan di Indonesia. Adalah You Natan dan Michelle Angelia Siswanto, dua mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) yang berhasil menciptakan robot SPARK sebagai bagian dari tugas akhirnya. Spark yang merupakan kepanjangan dari Special Autism Robot for Kids bisa membantu anak penyandang autis dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial.

Robot Spark berbentuk setengah badan. Kepala robot berbentuk layar yang menampilkan wajah yang bisa menampilkan ekspresi tertentu. Spark memiliki dua tangan yang dibungkus kain seperti lengan baju. Tujuannya, agar anak yang melakukan terapi tidak bersentuhan langsung dengan kabel. 

Cara kerja robot ini dikendalikan dengan ponsel pintar (smartphone). Terapis bisa membuat gerakan tertentu pada robot agar ditiru oleh penyandang autis. Gerakan tersebut, antara lain, menggangguk, menggeleng, mengangkat tangan, melambaikan tangan, tepuk tangan, makan, minum, dan tidur.

You Natan mengaku menciptakan robot untuk terapi autis karena ingin membantu anak penderita autis dalam meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Ubaya tersebut kemudian berkolaborasi dengan mahasiswa magister Psikologi Fakultas Psikologi Ubaya, Michelle Angelia Siswanto.

"Dengan adanya Spark diharapkan membantu anak penyandang autis untuk memahami bagaimana menghadapi kehidupan sosial dan situasi dengan meniru berbagai gerak, ekspresi emosi, kebahagiaan ataupun kesedihan, karena anak penyandang autis kesulitan dalam memahami hal itu," ucap You Natan, kepada wartawan di kampus Ubaya, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/2).

You Natan menyatakan, proses pengerjaan Spark dilakukan selama satu tahun. Prosesnya dimulai dari mencari komponen dan beberapa kali try and error. Software yang digunakan antara lain, pemrograman C++, QT, dan Android Studio. Selama pengerjaan, kendala yang dihadapi dalam hal mencari komponen. Bahan yang digunakan antara lain, kabel, komponen elektro, akrilik, kamera, baterai lipo, dua buah LCD masing-masing ukuran 4,3 inci dan 5 inci.

Seluruh servo motor menggunakan Dynamixel XL-320, dan kontroler utama dari robot berupa Raspberry Pi. Agar Spark menyala diperlukan baterai maupun langsung dengan steker listrik. Namun, jika menggunakan baterai hanya bertahan satu jam.

Michelle menerangkan, anak penyandang autis memiliki kondisi yang sulit dalam kemampuan sosial dengan sesama. Mereka seolah menikmati dunia yang diciptakan sendiri. Namun, anak penyandang autis punya ketertarikan terhadap teknologi.

Spark menerapkan empat metode terapi, yakni imitation, joint attention, face recognition, dan vocalization. Pada metode imitation, Spark akan menjadi model bagi anak penyandang autis untuk mengajarkan delapan gerakan yang telah disebutkan. Di metode joint attention, Spark akan mengajarkan anak berfokus pada objek.

Pada metode face recognition, anak diajari untuk membedakan berbagai ekspresi. Ekspresi yang ditampilkan antara lain, senang, sedih, marah, takut, jijik, dan terkejut. Ekspresi tersebut ditampilkan di layar pada kepala Spark. Sementara metode vocalization, anak diajarkan mengucapkan huruf vocal dari tampilan wajah pada layar Spark. Selain itu, terapis dapat membuat Spark mengucapkan "halo", "saya Spark", "lihat", disertai gerakan untuk menarik perhatian anak, dan "sampai jumpa" untuk mengakhiri sesi terapi.

Michelle menambahkan, terapi robot diharapkan bisa efektif untuk penyandang autis. Sebab, ekspresi pada robot lebih konsisten daripada ekspresi manusia yang berubah-ubah. Dengan ekspresi yang sama, diharapkan anak lebih mudah menangkap. "Anak penyandang autis dari segi sosial kan kurang, belajar dengan robot dia tidak merasa terancam, nantinya akan digeneralisasikan interaksi dengan manusia," ungkap Michelle.

Sampai saat ini, Spark telah diujikan kepada lima anak normal dan satu anak berkebutuhan khusus. Pengujian metode terapi pada anak normal menunjukkan masih terdapat beberapa hal yang dapat dikembangkan pada robot tersebut. Dalam waktu dekat, Spark akan diujikan kepada anak penyandang autis. Namun, You Natan dan Michelle terlebih dahulu akan melakukan beberapa pembenahan teknis. Oleh Binti Sholikah ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement