Kamis 31 Dec 2015 15:00 WIB

Tiga Daerah Masih Tinggi Buta Aksara

Red:

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengungkapkan, terdapat tiga daerah yang angka buta aksaranya masih tinggi. Tiga daerah ini yakni Karawang, Jember, dan Papua.

"Ini merupakan tantangan yang tidak sederhana, tapi kita akan berusaha melakukan yang terbaik untuk menuntaskan buta aksara ini," ujar Anies dalam acara kilasan setahun kinerja Kemendikbud 2015 di Gedung A, Kemendikbud, Jakarta, Rabu (30/12).

Di Papua, kata Anies, penyandang tuna aksara masih terhitung tinggi, yakni sekitar 36,63 persen pada 2013. Namun, di Kota Jayapura justru mengalami penurunan cukup signifikan. Penurunan ini dari 0,77 persen pada 2009 hingga menjadi 0,14 persen di 2013.

Sementara, Kota Karawang sendiri dinilai sudah cukup berhasil menekan angka penyandang tuna aksara. Pemerintah dan masyarakat berhasil membebaskan sekitar 117 ribu warganya dari tuna aksara.

Mantan rektor Universitas Paramadina ini juga menambahkan, terdapat enam provinsi dan 24 kabupaten/kota yang jumlah tuna aksaranya sangat tinggi. Kabupaten yang paling tinggi jumlah penyandangnya adalah Jember, Jawa Timur. Pada 2014, masih terdapat 180 ribu tuna aksara di wilayah tersebut. Namun, jumlah ini mengalami penurunan pada tahun ini, yaitu 45 ribu.

Agar bisa mengatasi permasalahan ini, Anies mengatakan, pihaknya pun berusaha menumbuhkan budaya membaca pada anak-anak usia sekolah. Hal ini telah diwujudkan melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Melalui aturan ini, para siswa diwajibkan membaca buku apa pun selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Pada 2015, Anies mengaku, program ini baru berkenaan dengan pembiasaan. Ke depan, penggagas program Indonesia Mengajar ini akan menekankan pendisplinan pada program penumbuhan budi pekerti tersebut. Sebelumnya, data Kemendikbud menyebutkan, jumlah buta aksara di Indonesia hingga akhir 2014 mencapai 5,97 juta jiwa. Jumlah ini merupakan 3,7 persen dari total penduduk di Indonesia.

Kasubdit Program dan Evaluasi Kemendikbud Pahala Simanjuntak mengatakan, jumlah tersebut menurun signifikan dari data 2010 yang mencapai 5,3 ppersen dari total penduduk atau sebanyak 9,18 juta jiwa. "Tantangan ke depan juga tidak ringan, ada enam provinsi dan 25 kabupaten/kota yang masih butuh perhatian khusus karena angka buta aksara yang masih tinggi," ujarnya.

Dia mencontohkan Provinsi Papua yang masih memiliki angka buta aksara tinggi mencapai 28,61 persen dari jumlah penduduknya. DIY sendiri mengapresiasi capaian melek aksara di DIY yang cukup tinggi dibandingkan daerah lain.

Menurut dia, sudah ada beberapa program untuk pengentasan buta aksara yang dilakukan. Program ini salah satunya berupa gerakan Indonesia membaca. Pada tahun ini, program  keaksaraan tidak hanya menyangkut baca, tulis, dan berhitung. Namun, perlu pula diperkuat dengan peningkatan budaya, sosial, dan ekonomi guna karena akan menyangkut martabat dan peradaban bangsa.ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement