Jumat 27 Nov 2015 13:00 WIB

Panggilan Jiwa Rizky

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Panggilan Jiwa Rizky


Rizky Ardhyani baru enam bulan mengabdi sebagai Guru Garis Depan (GGD). Dia bersama suaminya ditempatkan di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Lulusan Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah, ini memegang pelajaran Matematika di SMPN 2, Tripejaya, Gayo Lues.

Menjadi guru di pedalaman memang sudah menjadi pilihan Rizky. Lokasi jauh dengan akses jalan yang sangat sulit tidak bisa menghentikan langkah perempuan ini. Di tengah hamil muda, dia tetap mengarungi jalan dengan sepeda motor. Meski sulit, Rizky sadar ini adalah risiko atas pengabdiannya sebagai guru. Profesi yang sudah menjadi panggilan jiwa wanita berhijab itu. "Saya jadi guru di pedalaman karena panggilan," kata Rizky kepada Republika, baru-baru ini. 

Rizky mengungkapkan, motivasi belajar siswa di daerah pedalaman itu sebenarnya sangat tinggi. Namun, hal ini tertahan karena kurangnya fasilitas sekolah maupun guru. Selain itu, Rizky mengaku kerap mendengar keluh kesah yang  membuatnya miris. "Mereka pesimistis sekolah karena merasa miskin dan tidak mampu sekolah setinggi mungkin untuk mencapai cita-citanya," kata Rizky. 

Mendengar kalimat tersebut, Rizky pun menyemangati anak didiknya. Dia selalu berpesan bahwa selagi ada kemauan, jalan untuk mencapai keinginan mereka akan selalu ditemukan. Rizky selalu menegaskan bahwa mereka tidak sendiri. Banyak pihak termasuk pemerintah yang akan selalu memberikan dukungan apabila terus berusaha."Enggak ada yang enggak bisa dilakukan asal punya kemauan. Apalagi, pemerintah sudah mendukung," ungkap Rizky dengan mata berkaca-kaca. 

Kehidupan di wilayah paling ujung Aceh ini memang sangat sederhana. Menurut dia, sebagian besar orang tua siswa bekerja di perkebunan serai. Penghasilan mereka pun terbatas. Oleh sebab itu, mereka selalu menganggap mencapai pendidikan setinggi-tingginya merupakan angan-angan yang sulit digapai. 

Selain itu, Rizky menjelaskan, anak-anak selalu diminta membantu orang tuanya bekerja. Tak jarang Rizky menemukan siswa datang terlambat atau tidak masuk sekolah. Mereka terpaksa telat karena membutuhkan uang untuk menjalani kehidupannya. 

Berhadapan dengan situasi tersebut, Rizky bersama guru lainnya selalu berusaha mengajak anak didiknya bicara tentang pentingnya pendidikan. Dia juga selalu berupaya untuk berdiskusi dengan para orang tua secara perlahan-lahan. Dengan demikian, para anak pun bisa memprioritaskan kegiatannya sebagai peserta didik di sekolahnya. 

Ke depan, Rizky berharap para peserta GGD lainnya bisa berdatangan lagi ke wilayah terpencil , terluar, dan terdepan (3T). Upaya ini  perlu dilakukan agar para peserta didik di pelosok negeri ini bisa mendapat fasilitas pendidikan. "Saya harap akan ada banyak guru yang sadar untuk membangun pendidikan Indonesia," tutup wanita asli Jawa Tengah ini. 

n c13 ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement