Jumat 27 Nov 2015 13:00 WIB

Antropologi tak Diminati

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Antropologi tak Diminati

Masyarakat bisa mengenal segala budaya di Indonesia melalui antropologi.

JAKARTA -- Generasi muda Indonesia dinilai sudah tak meminati ilmu antropologi. Indikasinya adalah semakin sedikitnya jumlah mahasiswa dan antropolog (ahli antropologi) saat ini. 

"Ilmu antropologi kurang mendapatkan minat," ujar ketua sekaligus pendiri Lingkar Budaya Indonesia (LBI) Sasmiyarsi Katoppo kepada wartawan, di Gedung D, Dikti, Jakarta, Kamis (26/11.

Menurut Sasmiyarsi, alasan situasi itu adalah bidang ilmu tersebut kurang menghasilkan uang. Di samping itu, hasil penelitian dan apresiasi dalam bidang itu baru akan terasa setelah 20 tahun. Penyebabnya, penelitian pada bidang ini memang menghabiskan waktu yang sangat lama. 

Sasmiyarsi juga menambahkan, mata pelajaran pengantar ilmu antropologi budaya Indonesia tidak pernah terdengar lagi di berbagai tingkatan sekolah. Dirinya terakhir kali bisa mendapati ilmu ini di sekolah pada masa 1960-an. Setelah masa itu berakhir, mata pelajaran tersebut tidak terdengar lagi.

Padahal, antropologi sangat penting untuk diajarkan. Dengan ilmu ini, masyarakat Indonesia bisa mengenal segala budaya di Indonesia. Masyarakat bisa mengetahui etnik-etnik di Indonesia, budaya, kesenian, makanan khas, gaya hidup dan sebagainya. Pengetahuan antropologi jelas sangat penting untuk diketahui masyarakat Indonesia.

Selama ini Sasmiyarsi mengaku selalu berupaya agar ilmu ini bisa diajarkan kembali di sekolah. Namun, upaya tersebut ternyata belum memperoleh hasil yang sesuai keinginannya.

Senada dengan Sasmiyarsi, pendiri lain LBI, Rini Sutrisno, mengatakan, untuk menghasilkan karya dalam bidang antropologi dibutuhkan waktu yang lama. "Karena untuk menghasilkannya butuh waktu yang lama," kata Rini.

Rini mencontohkan salah satu penelitian antropologi pada Gunung Padang. Penelitian seperti ini bisa menghabiskan waktu berpuluh tahun. Setelah memakan waktu yang lama itu, barulah mendapat penghargaan. Sementara, generasi zaman sekarang lebih suka memperoleh hasil yang serbacepat.

Koentjaraningrat

Karena kontribusinya yang besar dalam ilmu antropologi, almarhum Koentjaraningrat pun mendapat penghargaan. Penghargaan kepada Bapak Antropologi Indonesia ini diberikan LBI dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

"Sejak berdiri, kami mempunyai tradisi memberikan penghargaan bagi tokoh-tokoh yang dinilai telah mengabdikan hidupnya bagi pendidikan dan kebudayaan," ujar Sasmiyarsi Katoppo. Untuk tahun ini, pihaknya pun memberikan penghargaan kepada almarhum Koentjaraningrat.

Sebelumnya, Sasmiyarsi mengungkapkan, LBI telah memberikan penghargaan kepada tokoh pendidikan Fuad Hassan. Selain itu, kritikus sastra HB Jassin juga pernah mendapat penghargaan ini.

Sasmiyarti menjelaskan, kontribusi Koentjaraningrat dalam ilmu antropologi Indonesia sangat luar biasa. Oleh sebab itu, LBI pun mengapresiasi pengabdian almarhum yang bertahun-tahun berkutat dalam ilmu antropologi.

Selain itu, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang penuh disiplin. Ia juga selalu tetap berdiri pada rel kehidupan dengan tidak melanggar norma yang berlaku. Perilaku almarhum juga diingat sebagai orang yang sopan dan santun, baik dalam bertindak maupun berbicara, serta rendah hati.

Menurut dia, partisipasi almarhum tidak hanya dikenal dalam bidang meneliti dan menulis ihwal kebudayaan masyarakat Indonesia. Bukti kecintaan almarhum kepada ilmu antropologi terbukti dengan partisipasinya dalam mengajarkan ilmu ini di setiap universitas yang ada di Indonesia.  

Istri almarhum Koentjaraningrat, Kustiani, mengaku sangat bangga dan senang dengan adanya penghargaan ini. Ke depan, dia berharap ilmu antropolgi bisa semakin diminati. Penelitian maupun tulisan yang ditulis suaminya diharapkan bisa menginspirasi dan memotivasi generasi muda. "Semoga ilmu antropologi semakin berkembang," kata dia. n c13 ed: muhammad hafil 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement