Jumat 27 Nov 2015 13:00 WIB

Reaktor TRIGA 2000 Kembali Beroperasi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Reaktor TRIGA 2000 Kembali Beroperasi


JAKARTA - Reaktor TRIGA 2000 di Bandung, Jawa Barat, segera kembali beroperasi. Reaktor TRIGA 2000 telah selesai direnovasi dan diperkuat struktur reaktornya. Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Efrizon Umar mengatakan, batang kendali Reaktor TRIGA 2000 juga sudah berhasil diganti. 

"Batang kendali yang baru ini dibuat di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Serpong dan telah mendapat persetujuan modifikasi dari Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir)," ujar Efrizon melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (26/11).

Reaktor TRIGA 2000 akan kembali memproduksi radioisotop dan radiofarmaka untuk rumah sakit dan pihak swasta lainnya di Pulau Jawa. Ditambah lagi pemanfaatan analisis aktivasi netron yang dikembangkan PSTNT juga digunakan untuk meneliti kualitas udara di seluruh Indonesia. 

"Jadi bukan sekadar kebanggaan saja karena ini reaktor pertama di Indonesia, tapi memang masih dibutuhkan. Apalagi, saat ini terjadi kelangkaan radioisotop di Indonesia. Terdekat, misalnya, kita bisa suplai untuk RS Hasan Sadikin," kata Efrizon.

Reaktor TRIGA 2000 memang sempat dihentikan sementara operasinya sejak Desember 2011. Salah satu penyebabnya, batang kendali yang dilengkapi elemen bakar (fuel follower control rod/FCCR) telah mencapai fraksi bakar (burnup) di atas 50 persen dan perlu diganti. Penggantian batang kendali reaktor terkendala karena perusahaan penyuplai tidak lagi memproduksi jenis batang kendali yang dibutuhkan reaktor TRIGA.

Batan pun mendesain dan memproduksi sendiri batang kendali yang baru di Serpong. "Ini dibuat sendiri oleh tim Batan. Praktis, tinggal teras reaktor saja yang sebenarnya masih produk lama. Hitungannya sekitar 80 persen alat-alat di fasilitas reaktor TRIGA kita sudah bisa dirancang dan dirakit sendiri," ujar Efrizon.

Pada periode 2015-2019, Efrizon mengatakan, Batan akan mendesain dan memproduksi teras reaktor yang baru. Jika hal ini terealisasi, praktis semua peralatan di fasilitas nuklir tersebut berhasil dibuat oleh bangsa sendiri. "Kalau sudah 100 persen, berarti untuk reaktor riset sejenis kita sudah bisa bangun sendiri," kata dia.

Dalam kajian yang yang diminta International Atomic Energy Agency (IAEA) diketahui bahwa keberadaan reaktor TRIGA 2000 setidaknya masih dibutuhkan oleh sebanyak 25 pemangku kepentingan, baik itu pihak swasta maupun pemerintah. 

Efrizon mengatakan, reaktor TRIGA 2000 tidak hanya berfokus memproduksi radioisotop. Sesuai rencana strategis terbaru, PSTNT juga bakal menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk memanfaatkan fasilitas reaktor untuk praktikum tertentu. "Jadi mereka tidak perlu lagi bikin laboratorium untuk praktikum, tapi bisa di sini. Bisa juga digunakan untuk riset S-2 dan S-3," kata dia.

Saat ini, perpanjangan izin operasi reaktor sedang disiapkan dan akan diajukan ke Bapeten. Jika tidak ada hambatan, Efrizon mengatakan, reaktor TRIGA 2000 bisa terus beroperasi hingga 2026. 

Di samping itu, berkaca pada pengalaman negara lain yang menutup reaktor risetnya (decommissioning), Efrizon mengatakan hal itu tidak murah. Sebagai contoh, penutupan reaktor di Buffalo, Amerika Serikat, menghabiskan dana sekitar 14,4 juta dolar AS. n c27 ed: andri saubani

Panggilan Jiwa Rizky

Rizky Ardhyani baru enam bulan mengabdi sebagai Guru Garis Depan (GGD). Dia bersama suaminya ditempatkan di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Lulusan Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah, ini memegang pelajaran Matematika di SMPN 2, Tripejaya, Gayo Lues.

Menjadi guru di pedalaman memang sudah menjadi pilihan Rizky. Lokasi jauh dengan akses jalan yang sangat sulit tidak bisa menghentikan langkah perempuan ini. Di tengah hamil muda, dia tetap mengarungi jalan dengan sepeda motor. Meski sulit, Rizky sadar ini adalah risiko atas pengabdiannya sebagai guru. Profesi yang sudah menjadi panggilan jiwa wanita berhijab itu. "Saya jadi guru di pedalaman karena panggilan," kata Rizky kepada Republika, baru-baru ini. 

Rizky mengungkapkan, motivasi belajar siswa di daerah pedalaman itu sebenarnya sangat tinggi. Namun, hal ini tertahan karena kurangnya fasilitas sekolah maupun guru. Selain itu, Rizky mengaku kerap mendengar keluh kesah yang  membuatnya miris. "Mereka pesimistis sekolah karena merasa miskin dan tidak mampu sekolah setinggi mungkin untuk mencapai cita-citanya," kata Rizky. 

Mendengar kalimat tersebut, Rizky pun menyemangati anak didiknya. Dia selalu berpesan bahwa selagi ada kemauan, jalan untuk mencapai keinginan mereka akan selalu ditemukan. Rizky selalu menegaskan bahwa mereka tidak sendiri. Banyak pihak termasuk pemerintah yang akan selalu memberikan dukungan apabila terus berusaha."Enggak ada yang enggak bisa dilakukan asal punya kemauan. Apalagi, pemerintah sudah mendukung," ungkap Rizky dengan mata berkaca-kaca. 

Kehidupan di wilayah paling ujung Aceh ini memang sangat sederhana. Menurut dia, sebagian besar orang tua siswa bekerja di perkebunan serai. Penghasilan mereka pun terbatas. Oleh sebab itu, mereka selalu menganggap mencapai pendidikan setinggi-tingginya merupakan angan-angan yang sulit digapai. 

Selain itu, Rizky menjelaskan, anak-anak selalu diminta membantu orang tuanya bekerja. Tak jarang Rizky menemukan siswa datang terlambat atau tidak masuk sekolah. Mereka terpaksa telat karena membutuhkan uang untuk menjalani kehidupannya. 

Berhadapan dengan situasi tersebut, Rizky bersama guru lainnya selalu berusaha mengajak anak didiknya bicara tentang pentingnya pendidikan. Dia juga selalu berupaya untuk berdiskusi dengan para orang tua secara perlahan-lahan. Dengan demikian, para anak pun bisa memprioritaskan kegiatannya sebagai peserta didik di sekolahnya. 

Ke depan, Rizky berharap para peserta GGD lainnya bisa berdatangan lagi ke wilayah terpencil , terluar, dan terdepan (3T). Upaya ini  perlu dilakukan agar para peserta didik di pelosok negeri ini bisa mendapat fasilitas pendidikan. "Saya harap akan ada banyak guru yang sadar untuk membangun pendidikan Indonesia," tutup wanita asli Jawa Tengah ini. 

n c13 ed: a syalaby ichsan 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement