Jumat 02 Oct 2015 13:00 WIB

Membaca Indonesia Lewat Festival Film Pendek

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minikino Film Week 2015 akan digelar 12-17 Oktober 2015 di Bali. Komunitas pencinta film pendek ini lebih dari 13 tahun terakhir mengadakan pemutaran film dan diskusi bulanan sesama penggemar film pendek. Direktur Program Minikino Film Week 2015 Fransiska Prihadi mengatakan, acara tahun ini menggandeng enam tempat pemutaran utama.

Selama enam hari, Minikino Film Week 2015 akan menampilkan 88 karya film pendek yang masuk ke dalam kurasi program khusus Minikino dengan jaringan kerja nasional (Indonesia Raja 2015) dan regional (S-Express 2015). "Ini menggandeng kurator atau programmer dari negara-negara di Asia Tenggara serta program film pendek istimewa lainnya," kata Fransiska, di Denpasar, Kamis (1/10).

Acara ini juga akan menyajikan enam karya film panjang (feature length film) bergenre dokumenter dan fiksi yang merupakan benang merah dari tema acara, yaitu "Membaca Indonesia Melalui Film". Mikiniko juga akan menggelar lelang film untuk menghadirkan film-film pendek berusia minimal 10 tahun yang mungkin terabaikan dalam perkembangan sejarah film pendek pascareformasi di Indonesia .

Fransiska menilai film-film pendek pasca-Reformasi yang berusia 10 tahun ke atas sedianya dianggap kedaluwarsa untuk festival. Namun, Minikino menganggap keberadaan film-film pendek lawas ini penting sebagai tonggak pencapaian karya film Indonesia yang berdaya tarik klasik untuk kembali dinikmati di layar lebar.

Harta karun sejarah film pendek pasca-Reformasi itu antara lain diciptakan oleh para sineas film pendek. Mereka adalah Ariani Darmawan, Farishad Latjuba, Dennis Adishwara, Edwin, Aryo Danusiri, Lexy Rambadeta, Ifa Isfansyah, Tumpal Tampubolon, Tintin Wulia, Fredy Aryanto, Sugeng Wahyudi, dan Wahyu Aditia.

Kurator film Indonesia Raja untuk wilayah Denpasar, I Made Suarbawa mengatakan, produksi film pendek di Bali semakin menggeliat. Kelompok-kelompok yang memproduksi film pendek di Bali datang dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja, pegawai, hingga seniman berbagai usia.

Tujuan mereka membuat film juga beragam, mulai hanya sebagai tugas sekolah atau kuliah, untuk mengikuti kompetisi tertentu, hingga yang membuat film sebagai media ekspresi dan pengungkapan kegelisahan terhadap sebuah isu atau situasi lingkungan. Bali, kata Suarbawa menghasilkan banyak genre film pendek nan menghibur. "Mulai dari film animasi kontemplatif, film horor dengan teknik bertutur dramatik, serta genre lingkungan, pertanian, dan pendidikan," katanya.

Indonesia Raja sendiri merupakan kolaborasi pertukaran film pendek antara para sineas yang ada di berbagai kota di Indonesia. Pada tahun pertama ini, kerja sama dilakukan dengan tujuh kota, yaitu Medan (RuFi), Jakarta (Sinema Kopi Hitam), Purbalingga (CLC Purbalingga), Semarang (Ruang Film Semarang), Yogyakarta (Yuk Nonton!!!), Surabaya (INFIS), Denpasar (Minikino). Oleh Mutia Ramadhani  ed: Andri Saubani

Tempat Pemutaran Utama

Irama Indah        Denpasar Barat

Cafe Sikuno        Denpasar Timur

Omah Apik        Pejeng

Divine Earth        Seminyak

Bentara Budaya Bali    Gianyar

Rumah Film Sang Karsa    Singaraja

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement