Senin 27 Apr 2015 14:00 WIB

Pendidikan untuk Suku Anak Dalam

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sudah menjadi rahasia umum bila tak semua anak Indonesia dapat mengenyam pendidikan. Apalagi bagi suku Anak Dalam (SAD). Lantas apa yang bisa dilakukan untuk suku nomaden di Jalur Lintas Sumatra itu?

Pertanyaan itu terus menyeruak di benak Syafrizaldi (40 tahun) sejak tahun lalu. Menurutnya, perlu ada seseorang yang "gila" untuk pendidikan SAD. Perlu ada yang menyuarakan kepada dunia, masih banyak bantuan yang bisa dilakukan. Al, sapaan akrab Syafrizaldi berharap, SAD bisa mengenyam pendidikan seperti anak Indonesia pada umumnya.

Pria yang bekerja di Fauna and Flora International Programme Aceh (FFIP-Aceh), Indonesia mengatakan belajar di lapangan adalah hal yang bisa dilakukan. ''Kenapa tidak belajar di lapangan? Banyak orang-orang yang mau membantu membaca, menulis, berhitung,'' kata Al, saat ditemui Kamis (23/4) lalu.

Niat itu disambut baik oleh istrinya, Elfa Yeni (36 tahun) serta dua anaknya, Azzura Anandaffa (10 tahun) dan Arunakara Anandaffa (7 tahun). Pada Agustus 2014, ia memutuskan mengajak serta keluarganya melakukan perjalanan amal ini. Al berniat melakukan ekspedisi menuju Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh.

Ekspedisi itu dinamainya Ekspedisi SAD3805G7. Penulis buku Namaku Dahlia itu menjelaskan, SAD memiliki makna suku Anak Dalam, angka 3805 merupakan ketinggian Gunung Kerinci, sedangkan G7 adalah Gunung Tujuh.

Ekspedisi SAD3805G7 akan berlangsung pada 23 April hingga 5 Mei 2015. Dalam ekpedisi ini, Al mengajak serta mahasiswa Aceh, Desi Badrina (23 tahun). Rombongan Al akan disambut oleh Komunitas Pecinta Alam Jambi yang telah menunggu kedatangannya.

Secara teknis Al dan Desi yang akan mendaki. Sementara Elva serta dua buah hatinya akan melakukan riset. Mengenai mitos maupun legenda di tengah-tengah masyarakat Kerinci, keluarga kecil ini getol ingin menggali bagaimana kehidupan di sana. Mereka akan hidup bersama SAD di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

''Anak-anak kami akan berinteraksi dengan anak-anak suku Anak Dalam, mereka akan bacakan cerita ensiklopedia dan belajar melukis bersama,'' ujar Al.

Ia mengatakan, pendakian Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh hanya simbolis. Baginya, itu hanya sebuah simbol untuk kehidupan yang lebih baik dan harus ada yang mulai melakukannya. Lokasi SAD  berada di antara Jambi dan Sumbar. Namun, ia mengatakan, jangan sampai hal itu menjadi sekat bagi mereka untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik.

Dua putranya yang diajak bergabung dalam ekspedisi ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian bahwa akses pendidikan tidak hanya formal. Karena, menurutnya, kedua buah hatinya justru akan banyak menemukan pembelajaran yang baik bagi pertumbuhannya kelak.

Menurutnya, yang terpenting dari ekspedisi ini, mencoba menghasilkan suatu yang bermanfaat bagi SAD. Salah satunya, hasil lukisan dan gambar bocah-bocah SAD akan dibingkai dan dijual. Hasil penjualannya akan dikembalikan kepada warga SAD.

Al pun berharap bisa melahirkan sebuah buku dari hasil ekspedisinya itu. ''Royalti penjualan buku akan disumbangkan langsung untuk biaya pendidikan suku Anak Dalam,'' ujarnya. Oleh Umi Nur Fadhilah ed: Andi Nur Aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement