Selasa 21 Apr 2015 13:00 WIB

Kompromi Teknisi untuk UN Komputer

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hastho Sriwitono (40 tahun) duduk tenang sambil membaca koran di sudut ruang kelas, Rabu (15/4) lalu. Sesekali, ia melihat ke arah jam dinding biru di tengah ruangan. Tak jauh dari tempatnya duduk, Raden Diandaru (30 tahun) juga melakukan hal serupa. Sesekali mereka berbincang, namun mata keduanya awas menatap jam dinding yang sama.

Siang itu sedang berlangsung sesi kedua ujian nasional (UN) berbasis komputer (CBT) di SMAN 30, Jakarta Pusat. Berdasarkan jadwal, peserta UN mengerjakan soal matematika selama 120 menit. Dalam dua jam itulah Hastho dan Diandaru bersiaga penuh. Keduanya mempersiapkan solusi teknis jika ujian menemui kendala.

Hastho dan Diandaru adalah teknisi UN komputer di SMAN 30, Jakarta Pusat. Sekolah itu bersama SMAN 70 dan SMAN 78 menjadi wakil UN berbasis komputer di Provinsi DKI Jakarta. Dalam UN komputer kali pertama inilah kegigihan dan keterampilan teknologi informatika mereka diuji.

Sekitar pukul 06.00 WIB, setelah sampai di sekolah, para teknisi melakukan briefing pagi. Setengah jam kemudian mereka menyalakan 100 komputer yang akan digunakan untuk ujian. Ia pun harus memeriksa kondisi hardware dan software komputer satu per satu. Jika ada gangguan, mereka akan menggantinya dengan komputer cadangan.

Saat peserta mulai memasuki ruangan sekitar pukul 07.00 WIB, tugas teknisi diteruskan oleh pengawas ujian (proktor). Saat ujian berlangsung, proktor memang lebih banyak berperan di kelas. Tugas teknisi hanya  memantau ujian dari luar kelas dan bersiaga mengatasi kendala teknis. 

Beberapa kendala yang muncul saat ujian berlangsung, di antaranya, server down, jendela pengerjaan tiba-tiba logout, gambar soal tidak muncul, dan sebagainya. Ia mengatakan, hal yang sering dilakukan adalah menenangkan peserta ujian jika komputer tiba-tiba logout sendiri. "Menyampaikannya harus dengan halus dan berempati agar peserta tetap tenang," ujar Hastho.

Pada pelaksanaan UN yang lalu, Hastho dan Diandaru beberapa kali menenangkan peserta ujian dengan kalimat-kalimat positif. "Kita sampaikan, jangan takut, jangan panik, kamu bisa login lagi dan waktu ujian tidak terkurangi," katanya.

Pada saat satu sesi ujian selesai, teknisi bertugas mem-backup seluruh data hasil ujian di server sekolah. Mereka juga membersihkan history komputer yang sebelumnya digunakan. Setelah itu, mereka harus memastikan komputer tetap prima untuk ujian sesi berikutnya.

Para teknisi ini justru memiliki jam kerja lebih panjang saat persiapan UN komputer. Ia dan rekannya bahkan rela menginap di sekolah untuk memastikan sinkronisasi server sekolah dan server Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik).

Beberapa kejadian tak terduga juga sempat dialami Diandaru. Misalnya, ada sejumlah siswa yang sangat antusias mengikuti ujian sehingga datang satu jam lebih awal dari jadwal. Bahkan, ada seorang siswa yang datang pukul 05.00 WIB, hanya untuk menyimak proses persiapan UN. Termasuk juga, ulah sejumlah siswa yang mendesak untuk segera ujian, padahal teknisi tengah menyiapkan dan membersihkan komputer agar siap digunakan kembali.    c36 ed: Andi Nur Aminah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement