Rabu 28 Jan 2015 13:00 WIB

Pentingnya Blue Print Sekolah

Red:

Sementara ini kita ikut berdukacita dengan jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 dan menewaskan sejumlah penumpang serta masih dilakukan pencarian penumpang lainnya. Diduga kecelakaan pesawat ini diakibatkan oleh cuaca yang buruk di sekitar Selat Karimata ketika perjalanan berlangsung dari Surabaya menuju Singapura.

Sampai saat ini, berita bagus dari kecelakaan itu adalah kotak hitam yang menjadi perekam saat-saat sebelum terjadi kecelakaan sudah ditemukan sehingga dapat diketahui penyebab kecelakaan sebenarnya. Semoga saja segera terungkap.

Istilah black box atau kotak hitam dalam pesawat mungkin hampir mirip dengan blue print dalam hal lain. Tetapi istilah blue print sebenarnya adalah photographic print of building plans, with white lines on a bluebackground, atau detailed plan or scheme (sumber: Oxford Advanced Learner's Dictionary, Oxford University Press 1989).

Jadi, cetak biru itu adalah merupakan gambaran bangunan yang direncanakan, yang digambar dengan garis putih dan berlatar belakang berwarna biru. Singkatnya adalah cetak biru.

Pentingkah cetak biru bagi sekolah? Tentu saja penting. Cetak biru merupakan mimpi sekolah dalam hal bangunan sekolah. Tentu saja bangunan sekolah yang telah dan akan berdiri nanti akan berpengaruh terhadap keberlangsungan keseharian proses pembelajaran di sekolah.

Mari kita hitung jumlah bangunan yang ada dan akan berada di sekolah, kira-kira ada berapa banyak. Di sekolah ada ruang kelas tentu saja. Ada ruang organisasi untuk siswa, ruang guru, ruang kepala sekolah, toilet, masjid, tempat parkir, dan masih banyak ruang lainnya. Dari tiap ruang juga tentu harus diperhitungkan jumlahnya berdasarkan dari jumlah siswa dan guru, dan juga dari sisi "kelasnya", apakah levelnya nyaman atau seadanya.

Tata ruang sekolah yang telah direncanakan dengan baik melalui cetak biru sudah tentu akan memudahkan masalah lainnya. Di antaranya perencanaan keuangan sekolah (RAPBS), keamanan sekolah, budaya baik di sekolah, lingkungan hijau dan sehat sekolah, dan sebagainya.

Misalnya, ketika lapangan olahraga dibangun maka akan butuh tempat yang luas. Sederet rencana lainnya adalah akses penonton leluasa, akses penyimpanan barang nyaman dan aman, dekat kantin, akses menuju tempat olahraga nyaman, banyak pepohonan hijau  dan mudah dijangkau. Maka siswa dan guru akan nyaman melakukan pembelajaran.

Berbeda dengan sekolah yang lapangan olahraganya berada di luar lingkungan sekolah. Siswa harus menyeberang jalan raya, lari pagi mengitari kompleks perumahan umum, dan bahkan menghirup asap knalpot truk-truk besar sepanjang jalan menuju lapang olahraga, tentu saja memberikan kesan yang berbeda. Kenapa semua ini terjadi? Karena sekolah tidak mempunyai cetak biru.

Sudah saatnya sekolah mencari dokumen blue print-nya atau bahkan membuat blue print yang baru untuk keberlangsungan proses belajar-mengajar dan kehidupan akademik sekolah di masa mendatang. Sekolah harus bekerja sama dengan berbagai pihak terkait. Di antaranya kepala sekolah beserta guru, orang tua siswa, dinas pemerintahan terkait, kepala daerah, dan bahkan tokoh masyarakat setempat. Dengan rundingan dari berbagai pihak ini, diharapkan sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan indah dilihat, sehingga menjadi pusat pembentukan generasi unggul untuk kejayaan bangsa dan negara. N

Osep Muhammad Yanto, Guru SMK Negeri 1 Tasikmalaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement