Jumat 17 Oct 2014 16:57 WIB

Agar Penyandang Cacat Mudah Beraktivitas

Red:

Semua orang berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik, termasuk pada penyandang cacat. Mereka juga berhak untuk mendapatkan layanan dan fasilitas yang memadai di tempat umum. Sayangnya, belum semua penyandang cacat mendapatkan fasilitas alat bantu yang memadai.

Alat bantu yang ada terkadang masih menyisakan kekurangan di sana-sini. Masih ada cacat yang menggunakan kursi roda dorong sehingga mereka tetap memerlukan bantuan orang lain untuk beraktivitas.

Empat mahasiswa Universitas Andalas mendesain kursi roda yang bisa digunakan untuk berjalan di atas tangga. Indira Hasanah Marteen, Agung Subagia, Adio Julianshah Abhen, dan Ferdian Kusuma menciptakan desain kursi roda yang spesial.

Kursi roda ini bisa digunakan ke mana saja, termasuk bisa digunakan untuk naik tangga. Ada yang spesial dari desain roda yang digunakan dalam kursi roda itu. Jika biasanya roda berbentuk lingkaran, mahasiswa angkatan 2012 ini merancang roda kursi dengan bentuk segitiga.

Dirancang sedemikian rupa, mereka menggambarkan penyandang cacat yang memakai roda ini bisa dengan mudah menaiki tangga. Keempat mahasiswa tersebut merupakan salah satu peserta lomba rancang bangun mesin yang diadakan di Universitas Indonesia (UI) dalam rangka Dies Natalis Fakultas Teknik UI ke-50.

Berdasarkan data Kementrian Sosial,  penyandang cacat mencapai 2,8 juta. Sekitar 33,75 dari penyandang cacat di antaranya merupakan tunadaksa. Mereka yang kesulitan berjalan dengan kaki normal memerlukan bantuan kursi roda untuk beraktivitas.

Kursi roda yang sudah ada juga perlu terus disempurnakan agar semakin membawa kenyamanan bagi penyandang cacat. Hal inilah yang melatarbelakangi mereka merancang kursi roda ke mana saja tersebut.

Dosen Teknik Mesin UI Gatot Prayogo mengatakan  bahwa pihaknya ingin merangsang kreativitas mahasiswa untuk mendesain mesin yang bisa memudahkan para penyandang cacat beraktivitas. Lomba ini sekaligus bisa membantu dunia medis atau kedokteran agar para penyandang cacat bisa beraktivitas normal. "Karena kita basic-nya di mesin, kita tinjau dari sudut pandang mesin," ujar dia.

Ketua panitia lomba rancang bangun mesin ini mengatakan bahwa teknik mesin berkontribusi besar pada banyak hal, termasuk kedokteran. Mencari solusi bagi para penyandang cacat bukan hanya ranah kerja mahasiswa kesehatan masyarakat atau kedokteran. Mahasiswa fakultas mesin juga perlu terus didorong untuk meningkatkan kreativitas, seperti untuk merancang mesin-mesin.

Tidak terbatas hanya pada kursi roda saja, mesin-mesin yang dirancang dalam kompetisi ini juga meliputi pembuatan kaki palsu atau lutut palsu agar memudahkan penyandang cacat berjalan. Selain Universitas Andalas, lomba ini juga diikuti berbagai kampus di seluruh Indonesia, seperti ITS, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, dan lainnya. "Secara umum kita ingin mereka bisa merancang mesin sesuai bidang masin-masing, termasuk kedokteran," katanya.

Alat-alat yang dilombakan merupakan aplikasi dari beberapa mata kuliah yang dipelajari oleh mahasiswa teknik mesin. Gatot mengatakan bahwa aplikasi di bidang teknik untuk kedokteran kini juga kian banyak. Ke depan, UI berencana membuat program studi (prodi) Biomedical Engineering. Program studi ini fokus pada rancangan alat-alat yang bisa digunakan untuk membantu dunia medis di Indonesia.

Program studi tersebut merupakan amanah dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Namun, hingga saat ini, pembentukan prodi Biomedical Engineering masih dalam proses pengkajian. Belum diputuskan apakah nanti akan di bawah depertemen teknik mesin atau teknik elektro, atau bahkan di bawah departemen lainnya. N dwi murdaningsih ed hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement