Selasa 02 Sep 2014 14:30 WIB

Daerah Terpencil Butuh Program Penyetaraan

Red:

JAKARTA — Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan bahwa daerah terpencil dan kurang mampu sangat membutuhkan pendidikan menengah dengan program keseteraan. Karena, saat ini jumlah SMP reguler yang ada tak mampu dijangkau oleh siswa di daerah tersebut.

"Memang SMP reguler sudah banyak dibangun di mana-mana. Namun, ada anak-anak yang tinggal di wilayah terpencil, tempat tidak memungkinkan mereka untuk belajar di SMP reguler karena letaknya yang jauh," kata Hamid, Senin (1/9).

Selain itu, ia mengungkapkan, ada  juga anak-anak yang saat siang harus membantu keluarganya mencari nafkah. Sehingga, mereka tidak bisa ikut belajar di SMP reguler.

"Untuk anak-anak yang berada di daerah terpencil atau kurang mampu, mereka membutuhkan pendidikan dengan program kesetaraan. Program kesetaraan itu adalah  paket B dan SMP Terbuka," ujar Hamid.

Jika tidak ada program kesetaraan, ia melanjutkan, maka terdapat sekitar 300 ribu siswa usia SMP yang tidak terakses pendidikan lanjutan. Anak-anak ini harus diperhatikan keberadaannya.

Kemendikbud, kata Hamid, bekerja keras untuk terus memberikan layanan pendidikan kesetaraan. Semua anak Indonesia harus bisa mengakses pendidikan dengan baik walau apa pun kondisinya, tidak boleh ada alasan geografis atau ekonomi yang menghalangi.

Hamid mengatakan, pada dasarnya semua anak Indonesia memiliki potensi akademik yang sama. Hanya fasilitas dan kondisi lingkungan saja yang membuat potensi mereka  berkembang itu jadi berbeda-beda.

Pihaknya, Hamid mengungkapkan, pernah melakukan tes potensi akademik untuk anak-anak di 100 kabupaten/kota. Ternyata, setelah mereka difasilitasi, hasilnya luar biasa sama saja dengan anak-anak lain yang memiliki fasilitas pendidikan yang bagus.

Tahun pelajaran 2014/2015, ia mengungkapkan, terdapat lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan program paket B sebanyak  3.667, sedangkan jumlah peserta didiknya sebanyak 163.522 siswa.

Data peserta didik paket B tersebut, Hamid memaparkan, perinciannya sebagai berikut, kelas VII sebanyak 64.089 siswa, kelas VIII sebanyak 49.863 siswa, dan kelas IX sebanyak 49.570 siswa. Sedangkan, jumlah tutor di lembaga penyelenggara paket B pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebanyak 22.132 orang.

Menurut Hamid, selain mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari para tutor, anak-anak yang belajar melalui program paket B ini juga diajar oleh para narasumber.

Saat ini, kata Hamid, terdapat 2.576 narasumber teknis. Mereka memberikan pendidikan keterampilan sebab pendidikan keterampilan penting untuk meningkatkan skill mereka. rep:dyah ratna meta novia ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement