Jumat 22 Apr 2016 14:00 WIB

Eksis dari Masjid

Red:

Kiprah Muslimah tak hanya dapat dilakukan melalui pergerakan Islam. Dari masjid, para Muslimah dapat menyumbangkan peran dengan kapasitas mereka masing-masing.

Aktivis Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar Yeni Herliana mengatakan, perempuan harus menunjukkan kiprahnya sebagai sebaik-baik manusia. Ini dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. "Jadi walau kecil kita harus bermanfaat," kata Yeni ketika dihubungi Republika, Rabu (20/4).

Yeni mengaku, kegiatan sukarelawan di YISC al-Azhar benar-benar berbasis kerelaan. Namun, dari situ ia justru mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kiprah lebih sekaligus bekerja dengan memanfaatkan jaringan yang ia peroleh.

YISC al-Azhar sendiri dipelopori oleh perempuan. Hingga kini, YISC juga masih didominasi oleh kaum perempuan.

Menurut Yeni, menjadi aktivis masjid tak melepaskan para Muslimah dari izzah (kemuliaan) dan iffah (kehormatan) mereka. Dalam kegiatannya, setiap aktivitas justru diusahakan mampu selaras dengan aturan-aturan yang ada dalam Islam.

"Kalau di YISC itu kan rapat, ya kita rapat dibatasin nggak malam-malam. Terus rapat dengan lawan jenis semaksimal mungkin dihindari," kata dia.

Di YISC, para Muslimah mempunyai kesempatan untuk berbagi dengan para adik asuhnya. Mereka mengajar anak-anak dari kantung-kantung dhuafa di pusat kota Jakarta mengaji setiap sore. Mereka juga mendukung pendidikan anak-anak tersebut, baik dengan bantuan SPP, membeli buku, dan sebagainya.

Dari kegiatannya di Masjid Raya al-Azhar, Yeni mengaku mendampatkan jaringan yang lebih luas. Selain itu, ia juga mendapatkan tambahan ilmu. YISC juga menjadi pintu bagi banyak Muslimah untuk berkiprah di organisasi Muslimah yang lain. "Di situ memang pintu awal organisasi. Banyak memang aktivis tahun 70-80 an awalnya dari situ," kata dia. 

Ketua Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) Rizki Syafitri mengatakan, antusiasme Muslimah untuk mengikuti kegiatan masjid relatif lebih tinggi. Mereka cenderung lebih mudah dipancing dengan tema-tema tertentu, misalnya fikih wanita atau permasalahan jodoh.

Dalam aktivitasnya RISKA menargetkan remaja dari usia 18-28 tahun. Mereka diberi kebebasan untuk menjalankan program berdasarkan minat masing-masing. Oleh karena itu, RISKA dibagi dalam berbagai divisi yang memungkinkan itu dapat berjalan.

Menurut wanita yang akrab dipanggil Kisyaf ini, untuk dapat membawa para Muslimah aktif dalam berbagai kegiatan di masjid, kenyamanan organisasi menjadi satu tuntutan penting. Sebab, kegiatan masjid umumnya dilakukan secara sukarela. Selain itu, pemahaman terhadap konsep dakwah menjadi landasan yang tak kalah penting. "Karena seseorang itu kalau ingin berdakwah pasti ingin lebih baik. Itu yang membuat saya tetap stay di RISKA," kata dia. Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement