Jumat 22 Apr 2016 14:00 WIB

Mengawal Pergerakan Muslimah

Red:

Gerakan Muslimah diharapkan dapat menelurkan solusi bagi berbagai permasalahan yang ada di Indonesia. Namun, untuk menghidupkan ini, diperlukan sumbangsih para kader yang aktif bergerak dari masa ke masa.

Ketua Korps Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Wati (Kohati) Farihatin mengatakan, pergerakan Muslimah muda saat ini cukup berwarna. Para mahasiswi aktif bergerak dalam berbagai aktivitas, baik di dalam maupun luar kampus.

Dalam pergerakannya, Kohati sendiri mengangkat tema pendidikan dan kemandirian. Kedua tema ini diharapkan dapat menjawab tantangan profesionalisme di masa mendatang.

Sebagai gerakan berbasis mahasiswi, Kohati memilih fokus dalam menyiapkan kader-kader Muslimah yang terdidik dan mandiri. Mereka diharapkan dapat menyikapi setiap persoalan dan bersaing dengan tetap menjaga nilai-nilai keislaman dalam konteks keindonesiaan.

Fariha mengaku, sebagai mahasiswa pergerakan para Muslimah di Kohati tak dapat disamakan dengan gerakan perempuan di organisasi Islam (ormas). "Kalau masih mahasiswa, nuansanya masih nuansa gerakan. Artinya lebih pada kontrol, penguatan wawasan, dan persiapan masuk ke dunia kerja atau dunia yang lebih riil," ujar mahasiswi Universitas Negeri Jakarta ini kepada Republika, Rabu (20/4).

Untuk mewujudkan kiprahnya, Kohati menyelenggarakan berbagai pelatihan kewirausahaan untuk membentuk kader-kader mandiri. Selain itu, ada pula berbagai pelatihan profesional untuk mendukung pengembangan para anggota dari sisi pendidikan.

Menurut Fariha, tantangan gerakan perempuan masih sama. Perempuan diharapkan dapat mempunyai ruang yang cukup dan mendapatkan kesempatan untuk bergerak di berbagai ruang publik. Ruang ini kini terbuka lebih lebar. Para Muslimah diharapkan dapat mempersiapkan diri dan meningkatkan kualitas serta kapasitasnya, sehingga mampu bersaing menduduki ruang yang ada.

Menurut Ketua PII Wati, Dewi Susylowati, perempuan dapat berperan dalam segala bidang. Dalam setiap pergerakan di bidang-bidang tersebut, seorang Muslimah harus memberikan manfaat baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Mahasiswa Biomedik Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan, ada banyak peran yang dapat dilakukan seorang Muslimah melalui organisasi pergerakan Islam. Di PII, para Muslimah aktif bergerak dalam mewujudkan sekolah perempuan. Mereka berkiprah dalam bidang perekonomian dan kesehatan untuk mewujudkan industri rumahan. Semisal mengembangkan tanaman herbal yang dapat dibuat menjadi obat maupun kosmetik halal.

Muslimah Pelajar Islam Indonesia (PII) Wati juga mengajak para pelajar untuk menjadi agen penghijauan mulai dari rumah dan keluarga. Para pelajar diajak untuk menyadari kondisi alam yang semakin tidak hijau. "Setidaknya dari rumah kita menghijaukan apa yang ada," kata Dewi.

Ada pula program pemilahan dan pemanfaatan limbah, baik organik maupun nonorganik. Terakhir, para Muslimah juga diajak untuk memperhatikan penampilan mereka melalui program Pakaian Syari Muslimah Indonesia (Pasmina).

Bagi Ketua Muslimah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ni Nyoman Indira, perempuan di Indonesia masih cenderung pasif. Animo untuk mengikuti pergerakan di kalangan mahasiswa memang cukup tinggi. Sayangnya, gerakan ini tidak diikuti dengan tingginya minat atau upaya perempuan untuk mengisi ruang-ruang publik. Ini dapat dilihat dari masih kurangnya sedikitnya perempuan yang mampu masuk dalam lingkup legislatif. Padahal, telah ada kuota sebesar 30 persen."Padahal sekali gerakan ini bisa eksis, bisa sangat signifikan," kata dia.

 

Di tingkat pergerakan, Indy melihat gerakan-gerakan Muslimah yang ada sebenarnya telah mempunyai tujuan masing-masing. Namun, dalam implementasinya, mereka seringkali belum dapat menemukan pola yang dirasa pas. Para aktivis seringkali masih kesulitan dalam menjalankan pekerjaan ganda mereka dalam lingkup internal organisasi, sembari menjaga gerakan itu tetap eksis di luar.

Periode ini, Muslimah KAMMI mengangkat permasalahan perempuan dan anak dari sisi kesehatan. ini diawali dengan keprihatian terhadap peningkatan angka kematian ibu (AKI) yang meningkat drastis belakangan ini.

"Ketika dilakukan penelitian lebih lanjut, angka kematian ibu itu kebanyakan karena kawin di bawah umur atau hamil di luar nikah. Kebanyakan karena seks bebas dan pornografi, jadi kita menyentuh hulunya di situ," kata dia.

Delegasi tugas menjadi satu bagian penting agar program-program pergerakan dapat berjalan dengan selaras. Oleh karena itu, Muslimah KAMMI melakukan pembagian peran berdasarkan struktur yang ada untuk menjalankan aksinya.

Tahun ini, Muslimah KAMMI meluncurkan program Komunitas Perempuan untuk Indonesia Sehat. melalui gerakan ini, setiap daerah dituntut untuk memiliki minimal satu komunitas yang menyuarakan isu kesehatan bagi perempuan.

"Tujuannya supaya KAMMI ini yang strukturnya sudah jelas, bisa berperan aktif dalam hal ini. Yang di pusat kita buka jaringan ke birokrat dan para tokoh, yang di cabang-cabang ada yang bergerak langsung ke ibu-ibu, ke sekolah," kata dia.

Ke depan, ia berharap gerakan ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi dengan menggandeng para praktisi, baik dokter maupun psikolog. Ia juga berharap para mahasiswa dari gerakan Islam dapat melakukan pendekatan kepada para pembuat kebijakan untuk memperkenalkan gerakan masing-masing dan melakukan kolaborasi dengan pemerintah. dengan begitu, pemerintah tak perlu lagi membuat kelompok-kelompok sendiri, namun memanfaatkan gerakan-gerakan yang sudah ada.

Selanjutnya, gerakan Muslimah diharapkan dapat tampil di depan untuk menyelesaikan permasalahan perempuan dan anak di negeri ini. "Kebanyakan masalah perempuan ya perempuan yang tahu," ujar dia.   Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement