Jumat 08 Apr 2016 11:00 WIB

Majelis An-Nisa AQL Meneladani Wanita-Wanita Hebat

Red:

Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Ar-Rahman Qur'ani Learning (AQL) Islamic Center mengadakan kajian rutin di kantor AQL, Jalan Tebet Utara 1 No 40, Jakarta Selatan, Sabtu (2/4). Kajian spesial khusus wanita tersebut mengangkat tema "Ada Wanita Hebat di Balik Mereka (Ibunda Para Ulama)."

Acara yang berlangsung dari pukul 10.30 WIB pagi sampai pukul 12.00 WIB tersebut diawali dengan mendiskusikan beberapa hal terkait dengan kajian rutin yang digawangi Majelis An-nisa tersebut, yaitu majelis yang beanggotakan jamaah Muslimah AQL.

Dalam acara tersebut, sekitar 150-an jamaah telah siap mendengarkan kajian yang akan disampaikan salah satu aktivis dakwah sekaligus dosen UNPAD, yaitu Ustazah Maimon Herawati. Dalam ruangan tersebut tidak boleh ada seorang pria satu pun, kemudian Republika menemui Ketua DKM Masjid Ar-Rahman, Teguh Ginanjar.

Teguh mengatakan, dalam menyukseskan kajian kali ini, DKM bekerja sama dengan jamaah Muslimah yang ada di  AQL karena temanya terkait dengan kewanitaan. Bahkan, kata dia, panitianya secara keseluruhan juga terdiri wanita sehingga lebih efektif dalam mengurus jamaah yang akan datang.

Sebenarnya, kata Teguh, jamaah Muslimah AQL membentuk Majelis An-Nisa tersebut sudah sejak tahun 2014 lalu. Namun, pada bulan Ramadhan tahun kemarin DKM sedang melakukan pergantian pengurus sehingga kajian ini sempat vakum beberapa bulan. "Oktober 2015 kemarin baru kita mulai kajian ini lagi," ucap  dia.

Menurut Teguh, tujuan dibentuknya Majelis An-Nisa ini adalah menambah keilmuan seorang Muslimah tentang khazanah keislaman dalam sudut pandang kewanitaan. Ia menilai, saat ini tidak banyak buku yang membahas spesifik tentang ilmu kewanitaan. "Jadi, kajian An-Nisa ini membahas keislaman dalam sudut pandang wanita. Bahkan, pembicaranya juga kita undang dari ustazah," jelas dia.

Pria asal Cilacap ini mengatakan, DKM AQL mengadakan kajian Majelis An-Nisa sebulan sekali, tepatnya setiap Sabtu pada pekan pertama dengan tema yang berbeda-beda. "Tema hari ini adalah ibunda para ulama, agar kita meneladani bagaimana mereka mendidik putra-putrinya untuk menjadi wanita hebat," jelas dia.

Menurut dia, para Muslimah yang hadir akan belajar dari sejarah wanita-wanita hebat terdahulu, yang telah berhasil mendidik anak-anaknya. "Waktu mengadakan kajian pertama, alhamdulillah langsung banyak jamaah yang datang," kata dia.

Ia berharap agar kajian tersebut bisa menjadi tempat para Muslimah dalam menambah khazanah keilmuannya dan membuat mereka menjadi lebih bersemangat lagi dalam beribadah kepada Allah SWT. Selain itu, lanjut  dia, dengan mengikuti kajian ini, mereka diharapkan bisa memiliki peran yang lebih luas dalam kehidupannya. "Intinya lebih mempraktikkan Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Dan dalam menjalani profesinya pun tidak sekuler, yang memisahkan dengan agama," ujar dia.

Dalam ceramahnya, Ustazah Maimon Herawati awalnya mengaku tidak percaya diri membawakan tema kajian tersebut karena ia merasa anak-anaknya sendiri masih belum menjadi ulama. Namun, kata dia, tema tersebut sangat penting untuk dibahas sehingga ia pun mengajak jamaah untuk selalu mencontoh Rasulullah SAW dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Kemudian, ustazah lulusan Newcastle University di Inggris tersebut mulai menceritakan beberapa kisah tentang istri-istri nabi dan beberapa istri sahabat nabi. Salah satunya, yaitu kisah tentang kehidupan Siti Hajar yang hebat dalam mendampingi Nabi Ibrahim AS dalam menyebarkan agama dan ia berhasil mendidik Ismail hingga menjadi seorang nabi.

Selain itu, ia juga menceritakan kisah Ummu Sulaim dan suaminya, Abu Thalhah. Seperti yang dikisahkan, Ummu Sulaim sebelumnya pernah dilamar oleh seorang non-Muslim bernama Malik Ibnu Nadhar. Buah pernikahan dengan Malik tersebut lahirlah seorang anak bernama Anas.

Singkat cerita, Malik sangat marah begitu istrinya telah masuk Islam. Namun, Ummu Sulaim terus membimbing Anas dan akhirnya Anas mengucapkan dua kalimat syahadat. Tak lama kemudian, Malik meninggal saat melakukan perjalanan ke Syam. Mendengar kabar itu, Ummu Sulaim kemudian berkata bahwa tidak akan memberi Anas makanan sampai ia meninggalkan ASI-nya dan ia juga berkata tidak akan menikah sampai Anas  dewasa.

Ummu Sulaim kemudian menyerahkan Anas kepada Rasulullah SAW untuk dijadikan pelayannya. Lalu Rasulullah menyambutnya hingga sejuklah kedua mata Ummu Sulaim. Ummu Sulaim meminta Rasulullah untuk mendoakan Anas Bin Malik sehingga panjang usianya dan dalam ilmunya.

"Inilah Ummu Sulaimah yang hebat, ia mendidik Anas hingga menjadi anak yang hebat karena akhirnya menjadi orang yang dalam ilmunya karena mengerti tentang kehidupan Rasulullah," jelas Ustazah Maimon.

Dari Jabir, Rasulullah SAW bersabda, "Ketika aku masuk jannah (surga), tiba-tiba aku melihat di  sana ada Rumaisya' (Ummu Sulaim), istri Abu Thalhah." (HR Bukhari).

Selain itu, Ustazah Maimon juga menjelaskan bahwa dalam hadis Anas dikatakan, Rasulullah SAW ketika masuk surga mendengar suara terompah dari seseorang. "Suara siapa ini, tanya beliau. Kata para malaikat, 'Itu suara Rumaisya' binti Milhan, ibunda Anas bin Malik'." (HR Muslim).

Ustazah Maimon mengatakan, Muslimah yang hebat dalam sejarah Islam sangatlah banyak. Beberapa di antaranya Siti Hawa, Siti Khadijah, Siti Aisyah, dan lain-lain. "Saya pikir Muslimah Indonesia dan dunia tidak akan kehilangan role model," ucap dia.

Menurut dia, seorang Muslimah sebenarnya sangat mungkin untuk mencari seorang teladan yang sesuai dengan kondisi saat ini. Beberapa Muslimah hebat telah menunjukkan rekam jejak yang sangat luar biasa. Apalagi, lanjut dia, mereka mempunyai kelebihan dalam menempatkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segala-segalanya.

"Jadi, apa pun yang mereka lakukan, semuanya berada dalam filter Allah dengan ayatnya dan Rasulullah  dengan uswahnya," ujar dia.

Sementara, untuk mendidik anak yang beriman, kata dia, pertama harus diajarkan bagaimana mengenali Allah sebagai Tuhan yang menciptakan manusia terlebih dahulu. Menurut dia, jika anak-anak mengenal Allah SWT dengan baik, tentunya mereka akan memahami apa yang telah diinginkan Allah dari manusia.

Ustazah Maimon juga mengatakan, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anak yang  saleh dan beriman. "Ummu madrasatul ula. Seorang ibu itu sekolah pertama bagi anaknya. Kalau sekolah pertama, berarti sangat penting," ujar dia.

Saat ini, kata dia, memang belum banyak ulama Indonesia yang terkenal hingga keluar negeri. Karena itu, masih banyak pekerjaan rumah orang Islam untuk membangun jembatan antara seorang Muslimah dan Rasulullah SAW. "Setiap Muslimah yang mengenal Rasullullah itu harus berusaha untuk selalu menjadi jembatan, supaya Muslimah yang lain bisa mengenal betapa dalamnya cinta Rasulullah kepada kita," kata  dia.

Ia berharap kepada setiap jamaah, khususnya Muslimah yang hadir dalam kajian tersebut, agar terus berproses dan mencari Allah dalam kehidupannya. Menurut dia, semua orang Islam mengetahui bahwa Allah SWT itu ada.   c39, ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement