Jumat 08 Apr 2016 11:00 WIB

STEI Tazkia Juarai Olimpiade Ekonomi Syariah 2016

Red:

Tim Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Sabtu (2/4), menjuarai olimpiade nasional Gunadharma Sharia Economic Event (GSENT) 2016. Acara ini digelar untuk ketujuh kalinya oleh Forum Ekonomi Syariah Universitas Gunadharma (FES-UG).

Dalam olimpiade tersebut, Tim STEI Tazkia berkompetisi dengan 45 peserta lain dari 12 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia. Tim yang terdiri atas Fauzan Abdul Hakim, M Rijal MR, dan Astrid Auliya Qur'ainin ini berhasil mengalahkan tiga tim lainnya pada babak final. Tim Universitas Airlangga menduduki juara II, sementara Universitas Gadjah Mada dan Universitas Brawijaya masing-masing berada di posisi III dan IV.

GSENT merupakan kegiatan tahunan yang digagas oleh FES-UG dengan dukungan penuh dari Universitas Gunadharma. Selain seminar dan olimpiade nasional, ada pula lomba poster tentang ekonomi syariah. Acara ini juga didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank DKI Jakarta Syariah, Panin Sekuritas, serta sejumlah perusahaan lainnya.

Ketua Pelaksana GSENT 2016 Hilmy Fabriansyah menceritakan, GSENT tahun ini mampu menarik minat 2.450 peserta. Khusus untuk olimpiade nasional, para peserta tak hanya datang dari Pulau Jawa, tapi juga Sulawesi dan Sumatra.

"Tahun ini kami menyelenggarakan seminar. Jadi, ada dua seminar internasional dan lima seminar nasional. Kami mengangkat tentang ketahanan ekonomi. Mengapa? Karena kita juga sudah masuk pasar bebas," ujar Hilmy kepada Republika, Sabtu (2/4), di Depok, Jawa Barat.

Babak final olimpiade nasional GSENT 2016 diawali dengan seminar nasional dan konferensi mahasiswa nasional bertema "Enhancing Indonesia Equitable Growth through Islamic Finance". Acara berlangsung dari pukul 12.30 WIB hingga 16.00 WIB di ruang auditorium D462 Universitas Gunadharma, Margonda, Depok.

Acara itu dihadiri oleh Komisioner Utama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah, Dekan FE Universitas Gunadharma Toto Sugiarto, sejumlah dosen, mahasiswa, dan para peserta olimpiade ekonomi islam nasional. Kondisi ini sempat menurun pada tahun lalu, tapi secara umum cukup membanggakan. Ini juga dibuktikan dengan peningkatan pendapatan per kapita yang menarik semakin banyak investor.

Lebih lanjut, Halim mengatakan, jumlah penduduk yang banyak menyebabkan ketimpangan di negeri ini tak dapat dihindari. Walaupun demikian, tingkat kemiskinan, kata Halim, berangsur-angsur menurun dalam lima tahun terakhir. "Tapi, kita perlu berhati-hati bahwa ada permasalahan yang perlu kita perhatikan. Pengangguran di perkotaan masih tetap tinggi," ujar dia.

Halim menjelaskan, sebagian besar angkatan kerja Indonesia bergerak di sektor pertanian. Sayangnya, sektor ini relatif stagnan. Fenomena ini mendorong munculnya kecenderungan tenaga kerja untuk masuk di wilayah formal.

Adanya isu mengenai inovasi-inovasi yang bersifat destruktif juga memerlukan perhatian dari pemerintah. Di satu sisi, inovasi ini memunculkan lapangan kerja cukup masif, tapi di sisi lain ada pula pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan inovasi tersebut.

Halim mengatakan, perkembangan teknologi dalam segala bidang tak dapat dihindarkan. Adanya berbagai inovasi dalam bidang aplikasi maupun pengumpulan dana (crowdfunding) membuat jarak pemilik dana dan yang membutuhkan dana semakin pendek. Bukan tidak mungkin, pemain-pemain besar dalam berbagai sektor industri akan berganti dengan yang baru. Inovasi akan terus muncul sejalan dengan perkembangan teknologi.

"Ilmu yang kita pelajari saat ini bisa dengan cepat menjadi usang," kata dia. Ekonomi syariah, kata mantan deputi senior Bank Indonesia ini, memberikan solusi luar biasa dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Secara umum, sektor ekonomi syariah mengalami pertumbuhan yang cepat, walau sempat mengalami perlambatan. Adapun tantangan utama yang cukup dominan pada saat ini adalah bagaimana meningkatkan efisiensi industri perbankan.

Saat ini, ada 11 perbankan syariah dan 22 unit usaha syariah di Indonesia. Dalam waktu dekat, sesuai dengan Undang-undang Syariah (UUS), bank-bank ini harus dilepaskan dari induknya yang masih dipegang bank konvensional. Kinerja bank-bank syariah juga perlu ditingkatkan. Pasalnya, NPF bank syariah meningkat lebih cepat. Akibatnya, bank ini tidak lebih fleksibel.

"Akibatnya, biaya bank syariah lebih tinggi, keuntungan turun, akumulasi modal turun," ujar dia.

Di dunia, industri syariah mengalami peningkatan cukup signifikan. Walau sempat tertekan waktu terakhir, perbankan syariah memiliki prospek lebih mudah dan lebih besar.   Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement