Kamis 24 Mar 2016 18:00 WIB

Melembutkan Hati dengan Alquran

Red:

Republika/ Wihdan  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Umar adalah sosok yang dikenal keras. Sebelum memeluk cahaya Islam, Umar kerap melakukan konfrontasi dengan kaum Muslimin. Bahkan, suatu kali ia pernah berniat membunuh Rasulullah SAW.

Umar tak segan-segan menyiksa budak perempuan yang masuk Islam. Ia sosok yang disegani baik kawan maupun lawan. Namun, perangai Umar yang keras tersebut tiba-tiba bisa berubah amat lembut.

Umar tak segan menangis berlama-lama. Ia paling perasa mengendus penderitaan orang lain. Bahkan, ia dilembutkan hatinya untuk menerima Islam berkat satu hal, Alquran.

Alquranlah yang melembutkan hati Umar bin Khattab. Sebuah riwayat menyebut, ia masuk Islam setelah mendengar surah Thaha, riwayat lain menyebut surah al-Haqqah.

Umar memang tetap khas dengan ketegasannya. Namun, setelah mendapat bimbingan iman lewat Alquran, ia memilih menggunakan ketegasannya di jalan Allah. Maka ia tak segan hijrah secara terang-terangan. Sembari membuat pengumuman nan menantang.

Umar adalah sosok yang amat pandai dalam sastra. Maka, saat ia mendengar Alquran, ia amat yakin perkataan ini bukanlah perkataan seorang manusia. Alquran seolah membangkitkan Umar dari kematian.

Alquran telah mengarahkan hidup Umar sesuai dengan fitrahnya. Ia tak kehilangan sifat bawaan, namun kini ia gunakan ke sebuah jalan yang Alquran tuntun. Sifat lembut Umar makin menjadi-jadi saat berinteraksi dengan Alquran.

Saksikanlah kisah putranya, Abdullah, tentang bagaimana persinggungan Umar dengan Alquran. Ada tanda hitam di kedua pipinya akibat seringnya Umar menangis saat membaca Alquran.

Abdullah bin Umar pernah suatu kali shalat di belakang ayahnya. Ia sempat mendengar isak tangis ayahnya saat memimpin shalat. Padahal, saat itu Abdullah berada di shaf ketiga.

Saat membaca surah Yusuf ayat 86, "Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan  kesedihanku." Umar tak kuasa menahan tangisnya. Ia tersedu-sedu.

Saat membaca surah at-Thur ayat 7, "Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi." Umar menangis amat keras hingga ia sakit dan para sahabat menjenguknya. (Ad-Daa'Wa Ad-Dawaa' hal 98)

Alquran telah mengubah hidup Umar 180 derajat. Ia tetap memiliki keberanian dan ketegasan sebagai  sifatnya. Namun, Allah karuniakan kelembutan hati yang amat dalam saat Umar bercengkrama dengan Alquran.

Begitulah seharusnya interaksi seseorang dengan Alquran. Hatinya menjadi lembut. Betapa banyak orang yang masuk Islam hanya karena mendengar Alquran. Benarlah jika Alquran dikatakan sebagai mukjizat. Meski tak mengerti apa arti bahasanya, ada ketenangan yang menyelinap saat kita mendengar bacaan Alquran.

Salah satu rahasia Alquran adalah mampu menundukkan dan meluluhkan hati pendengarnya. Allah SWT  berfirman, "Katakanlah, 'Berimanlah kepadanya (Alquran) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Alquran dibacakan kepada mereka, mereka  menyungkur atas muka mereka sambil bersujud'." (QS al-Israa [17]:107)

Inilah keistimewaan Alquran. Mendengarnya saja hati orang beriman langsung tunduk. Badannya tersungkur sujud dan meneteskan air mata. Hal ini akan terasa jika hati orang yang membacakan dan yang mendengar dipenuhi dengan keimanan. Tak ada motif apa pun. 

Namun, bila mendengar bacaan Alquran hati kita tak bereaksi, mungkin kita patut bertanya. Jangan-jangan ada yang salah dengan hati kita. Boleh jadi karena kita lalai bercengkerama dengan Alquran. Kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku-buku cerita atau diktat tebal pemikiran seseorang.

Kita mungkin terlalu asyik dengan aktivitas lain. Sehingga, Alquran hanya menjadi pajangan sempurna di lemari ruang tamu. Hanya sebagai penanda jika sang punya rumah juga tak kalah alim dari yang lain. Namun, interaksi dengan Alquran amatlah sedikit.

Maka tak heran jika bacaan Alqurannya tak membekas. Alquran hanya dibaca dan didengar sambi lalu. Persis dengan firman Allah SWT, "Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (QS az-Zumar [39]: 22)

Jika Allah mengaruniakan kepada kita kenikmatan untuk berakrab dengan Alquran, hal itu patut disyukuri. Bisa jadi salah satu hukuman dari Allah kepada hamba adalah dicabutnya kenikmatan dan kekhusyukan dalam membaca Alquran. Matanya kering hingga tak mampu menangis. Tak ada lagi getaran yang melembutkan hati.

Kita berdoa kepada Allah agar diberikan kelembutan hati berkat interaksi dengan Alquran. Diberikan nikmat agar bisa mencintai Alquran dan menjadikannya teman dalam keseharian. Dan semoga kita seperti halnya Umar, diberikan petunjuk oleh Allah SWT. "Segala puji bagi Allah yang menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami." (QS al-A'raf  [7]: 43). Oleh Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement