Jumat 19 Feb 2016 11:00 WIB

Jaringan Muslimah Nasional FSLDK Gelar Gerakan Menutup Aurat

Red:

Jaringan Muslimah Nasional Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia, Sabtu (13/2) hingga Ahad (14/2), menggelar aksi nasional bertajuk Gerakan Menutup Aurat (Gemar). Aksi ini juga bertujuan untuk menyemarakkan hari Menutup Aurat Internasional yang jatuh pada 14 Februari.

"Ini adalah hadiah dari kami untuk Indonesia. Sebagai wujud kecintaan kami untuk bangsa ini, kami ajak bangsa ini pada solusi yang jauh lebih terhormat. Jaga perempuan-perempuan terbaik bangsa ini dengan menutup aurat mereka," ujar Ketua FSLDK Indonesia Muhammad Syukri Kurnia Rahman. 

Gemar awalnya diinisiasi oleh Komunitas Peduli Jilbab dan Komunitas Aku Cinta Islam. Dalam perjalanannya, Jaringan Muslimah FSLDK Indonesia ikut bekerja sama menyerukan agar kegiatan ini diperluas menjadi gerakan berskala nasional.

Dalam pelaksanaannya, FSLDK di daerah menggandeng berbagai elemen masyarakat untuk ikut bergabung. Komunitas One Day One Juz (ODOJ), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Garuda Keadilan, Kerohanian Islam (Rohis), Remaja Masjid, Peduli Jilbab, Hijab Syar'i, Muslim Designer Community, Indonesia Tanpa Jil, Komunitas Pejuang Subuh, KUTUB, Sedekah Harian, Laskar Sedekah, dan banyak komunitas lain tercatat ikut meramaikan gerakan ini.

Gemar telah menggelora di 31 titik di seluruh Indonesia. Gerakan ini menggaung dari Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Bandung Raya, Cirebon, Jakarta Depok Bekasi, Banten, Yogyakarta, Semarang, Solo Raya, Surabaya Raya, Madiun, Malang, Jember, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Timur-Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Barat, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, hingga ke Gorontalo Sulawesi Utara.

Gemar mengangkat tagline YukBerjilbabSyari. Ini menjadi gambaran kepedulian FSLDK akan ironi yang terjadi pada tiap 14 Februari. Hari itu dikenal sebagai momen perayaan kasih sayang, namun tercoreng dengan banyaknya Muslimah yang mengumbar aurat dan menjalarnya perbuatan maksiat.

Gerakan ini diisi dengan berbagai macam kegiatan. Ada longmarch, aksi bagi jilbab, bagi kaos kaki, bagi gamis, bagi 'surat cinta', bagi leaflet, bagi stiker, orasi, talkshow "Indahnya Berjibab Syari", konsultasi seputar hijab, tutorial hijab, fashion show cilik, konsultasi kesehatan, Ngaji On The Street (NGAOS), photobooth, lomba poster dan foto, teatrikal, pameran poster, penampilan nasyid, hingga penggalangan dana untuk kota-kota yang sedang dilanda banjir.

Antusiasme masyarakat terhadap Gemar terlihat dari ramainya stan-stan yang menjual jilbab syar'i, menyediakan tutorial jilbab syar'i, hingga menyelenggarakan talkshow. Para pengunjung tak hanya datang dari kalangan mahasiswa, namun juga siswa SMA dan SMP yang ingin belajar berjilbab syar'i.

Di beberapa daerah, seperti Riau dan Aceh, polisi wanita (polwan) yang sedang bertugas juga ikut memeriahkan aksi ini. Stan jilbab di Kalimantan Barat juga oleh kaum laki-laki yang ingin menghadiahkan jilbab syar'i untuk istri mereka di rumah.

Di Bangka Belitung yang ketika itu ditimpa musibah banjir, Gemar juga diwarnai dengan kegiatan mengumpulkan baju layak pakai, termasuk jilbab-jilbab syar'i. Barang-barang ini disalurkan langsung kepada para korban banjir di daerah tersebut.

"Ke depan kami berharap menutup aurat disadari sebagai kewajiban, bukan lagi beban sehingga perilaku juga akan menjadi baik seiring waktu," ujar Zulfa. Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement