Jumat 05 Feb 2016 11:00 WIB

Halimah Bangkitkan Ghirah Menulis Santri

Red:

Menulis dalam tradisi Islam pernah mempunyai masa keemasan. Namun, budaya menulis tersebut kini cenderung menurun dibandingkan dengan zaman dulu. Terbukti, saat ini di Tanah Air hanya beberapa ulama saja yang karyanya telah ditermahkan dalam bahasa Asing, seperti almarhum KH Abdrurrahman Wahid atau Gus Dur.

Melihat kondisi tersebut, perlu sebuah usaha untuk membangkitkan kembali ghirah (semangat) menulis anak muda saat ini, khususnya kaum santri. Hal itulah yang coba dilakukan penulis muda ini, Halimah. Sejak mahasiswa hingga saat ini, ia lebih memilih berjuang untuk berjuang di dunia tulis-menulis.

Bagi Muslimah berkacamata ini, menulis sejatinya menemukan siapa dan bagaimana sesungguhnya jati dirinya. Karena, dalam menulis, kata dia, ada momen di mana ia bisa bercakap-cakap jujur tentang apa isi hati dan pikirannya.

"Pendeknya, bagi saya menulis itu adalah salah satu jalan menuju Tuhan. Jikalau bersama bumi dan matahari belajar tentang keihklasan, dengan menulis seorang penulis belajar tentang kearifan," katanya kepada Republika, Senin (1/2).

Saat ini, Halimah tengah sibuk mengabdikan dirinya di Komunitas Matapena Yogyakarta, sebuah komunitas yang berbasis pesantren. Di komunitas tersebut, ia menjadi salah satu penjaga rumah kreatif atau pengelola dalam bidang Divisi Pendampingan dan Pelatihan (DPL).

"Komunitas Matapena yang basisnya pesantren sering memberikan pelatihan menulis kepada remaja Indonesia, khususnya santri," ujarnya.

Sebagai Koordinator DPL di Matapena, Halimah sering mengonsep acara-acara pelatihan menulis, membuatkan modul, dan mengordinasi fasilitator dalam acara komunitas tersebut. "Saya hanya melakukan apa yang wajib saya lakukan sebagai manusia kepada manusia lainnya, yaitu berbagi. Dan, saya belajar berbagi pengalaman dan melecut mimpi," kata Muslimah asal Malang ini.

Selama aktif di Matapena, Halimah merasa tidak sekadar belajar dan berbagi sebagaimana di komunitas-komunitas lainnya. Menurutnya, ada semacam rasa pengabdian di sana. Hal ini muncul, kata dia, kemungkinan karena background pendidikannya adalah pesantren.

"Jadi, saat bersama Matapena mengurusi santri, ada semacam keterpanggilan dan pengabdian di sana. Bersama Matapena, saya mengabdi kepada santri. Dan, saya termasuk orang yang percaya pada yang namanya barokah. Kalau di pesantren dulu saya ngalap barokah-nya kiai, kini di Matapena, saya ngalap barokah-nya santri," ucapnya

Halimah mengatakan, minat santri yang pernah dilatihnya bermacam-macam, ada yang mulai ogah-ogahan dan biasa saja. Namun, banyak juga yang antusias, terutama saat mereka sudah tahu bahwa tidak sedikit tokoh Muslim dan para ulama besar yang juga merupakan figur mereka adalah penulis.

Menurutnya, saat berada di lingkungan pesantren para santri tersebut sebenarnya sudah mulai tumbuh kesadaran bahwa mereka sudah punya modal sebagai penulis, khususnya untuk menjadi sastrawan. "Ya, tradisi bersyair di pesantren yang hampir setiap hari tidak pernah sepi dari gema nadzom, diba', burdah, barzanji, dan lain-lain," ujarnya.

Namun, kendalanya saat ini masih ada beberapa pesantren yang menganggap kegiatan selain mengaji kitab kuning adalah kurang penting, sehingga kurang ada dukungan dari para pengurus pesantren tersebut.

"Harapannya, pemerintah juga memfasilitasi proses menulis fiksi, supaya memantik munculnya mahakarya sebagaimana karya Pram yang dari sanalah kami, para generasi muda bangsa, dapat membaca sejarah atau kebangsaan secara jernih," jelas dia

Dari beberapa kegiatan menulis yang diselenggarakan, yang paling berkesan bagi Halimah adalah saat ia menjadi fasilitator menulis di STAB Kertarajasa Batu Malang. Dalam acara yang tidak biasa tersebut, ia mengaku mendapat kesempatan unik dan istimewa saat melatih murid-murid di Sekolah Tinggi Buddha tersebut.

"Berkesannya adalah suasana hati. Biasanya, berdiri dan belajar bersama di tengah-tengah remaja yang mengenakan kerudung, sarung, dan peci, tiba-tiba menyadari berada di tengah-tengah remaja yang mengenakan kain oranye dan beragama lain," kata dia.

Menurutnya, biasanya dalam kegiatan Matapena ia dan teman-temannya selalu mengajak santri untuk menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai lokal pesantren dan Islam. Namun, saat itu tiba-tiba mengajak remaja Budhist untuk menggali nilai-nilai lokal dan agama mereka.

"Juga, di luar tujuan pelatihan menulis itu, muncul dialog interaktif antaragama yang sarat keterbukaan dan toleransi," ujarnya.

Halimah menceritakan awal masuknya ke dalam komunitas tersebut. Pada Januari 2009 Halimah masih tercatat sebagai santri di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Ia kemudian pamit ke ibu nyainya (istri kiainya) untuk mengikuti Liburan Sastra di Pesantren Kedua Matapena di Pondok Pesantren (PP) Pandanaran Yogyakarta.

Menurutnya, dalam kegiatan tersebut ia baru pertama kalinya berjumpa dengan sastrawan-sastrawan keren dan berjumpa dengan para novelis Matapena yang karya-karyanya sudah dibacanya saat di pesantren. "Di sana ada juga Joni Ariadinata, Evi Idawati, Kuswaedi Syafi'i, dan lain-lain. Ternyata, sangat berkesan dengan rasa sastra dalam jiwa saya," ucap dia.

Kemudian, pada akhir tahun tersebut Halimah pergi ke Yogyakarta lagi untuk melanjutkan kuliah, sekaligus untuk memuaskan rasa hausnya pada seni, jurnalistik, khususnya sastra. Sampai di kota istimewa tersebut, ia pun bergabung menjadi redaktur buletin Matapena.

"Buletin itu dicetak setiap bulannya dan dikirimkan ke rayon-rayon Matapena yang tersebar se-Jawa dan Madura yang mayoritas rayonnya adalah di pesantren," ujarnya.

Karena keistiqamahannya untuk terus berada di jalur menulis, pada 2012 ia pun akhirnya diminta untuk menjadi Penjaga Rumah Kreatif Komunitas Matapena, sebuah amanat yang ia jalani saat ini. "Garapan pertama saat saya menjabat adalah Festifal Nasional Santri Nusantara. Acaranya di PP. Tambak Beras Jombang. Saya dengar, acara itu masuk rekor Muri," kata wanita yang juga hobi menari tersebut.

Selain aktif di komunitas tersebut, ia saat ini juga sedang menjadi penasihat di Adab Dance Community (ADC), sebuah Komunitas Penari di bawah naungan Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.

Halimah berharap, dalam diri para remaja yang mengikuti kegiatan Matapena tumbuh kesadaran tentang nilai-nilai dan kearifan lokal di nusantara. Lebih-lebih, jika remaja tersebut telah mampu menyebarkannya lewat tulisan-tulisan mereka.

"Hal ini akan menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dalam dada mereka. Jika sudah begini, kita bisa memandang optimistis bahwa kelak di masa depan,  baldatun thoyyibatun itu benar-benar milik kita. Indonesia!" kata peneliti Institutte Sauth East Asian Islam (ISAIS) tersebut.

Sementara , untuk peserta yang berasal dari pesantren, Halimah memiliki harapan lebih. Ia berharap, tradisi menulis yang menjadi tradisi para ulama semenjak ratusan tahun lalu dapat dihidupkan kembali, misalnya, menuliskan kitab-kitab kuning kembali.  c39 ed: Hafidz Muftisany

***

BIODATA

Nama  : Halimah

TTL  : Malang, 22 Agustus 1990

Alamat : Jl Kolonel Sugiono Gg IX B RT 06 RW 01 No 45 Mergosono Kedungkandang Malang Jawa Timur

Moto Hidup     : Bermanfaat

E-mail          : [email protected]

Pendidikan

-Jurusan Bahasa & Sastra Arab FAIB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2009-2015)

- Setingkat SMP Wajar Dikdas (2003-2005) sambil menyantri di PP Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi Malang

-Setingkat SMA Paket C (2006-2008) sambil menyantri di PP Raudlatul Ulum I

-SD Tunas Harapan Mergosono Kedungkandang Malang (1996-2002)

Prestasi yang Pernah Dicapai

-Bintang Pelajar Madrasah Diniyah Raudlatul Ulum I Putri, Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur 2003-2004

-Peserta terbaik pada OPAK (Orientasi dan Pengenalan Akademik) Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

-Peserta Teraktif pada Pelatihan Kader Dasar, Rayon Civil Community, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Yogyakarta.

-Juara I Lomba Membaca Berita Bahasa Arab pada acara Kemah Bahasa UKM PBA (Pengembangan Bahasa Asing) UIN Suka YK

-Penulis cerpen terbaik pada acara Sarasehan Sastra dan bedah buku antologi cerpen Tembang Pagi Jurusan BSA UIN Suka Yogyakarta.

-Delegasi Penyair Muda Fakultas Adab dalam lomba Nasional Membaca Puisi Arab di UNJ Jakarta.

-Termasuk 18 pemuda Indonesia yang terpilih dalam beasiswa IYP (Interfaith Youth Pilgrimage) oleh Alumni Beasiswa Fulbright Amerika yang bekerja sama dengan US Embassysebagai delegasi Muslimah dari Malang pada 2013.

-Juara II lomba menulis feature tentang pandangan antaragama oleh IYP, Alumni Beasiswa Fulbright Amerika

-Mahasiswa terpilih sebagai delegasi fakultas untuk mengikuti lomba "Broadcasting dan Reporting" oleh Suka TV yang bekerja sama dengan ADI TV Yogyakarta.

Karya Buku

-Riwayat Langgar, kumpulan cerpen pilihan sastrawan muda Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Suka YK

-Tembang Pagi, kumpulan cerpen pilihan mahasiswa dan dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab FAIB UIN Suka YK

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement