Jumat 18 Dec 2015 16:00 WIB

Prof Huzaimah Tohido Yanggo: Menjadi Ibu Sukses di Dalam dan Luar Rumah

Red:

Seiring tantangan zaman yang semakin kompleks, tantangan menjadi sosok ibu ideal di rumah tangga juga semakin kompleks. Pada era teknologi informasi saat ini, akses mendapatkan hal positif dan negatif sangatlah gampang. Perlu figur ibu yang cakap dalam memberikan proteksi bagi anak-anaknya.

Inilah yang dipesankan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Hj Huzaimah Tohido Yanggo. Menurutnya, figur ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dialah yang paling bertanggung jawab akan seperti apa generasi yang dia bentuk untuk masa depan. Simak petikan wawancara selengkapnya dengan wartawan Republika, Hannan Putra.

Apa tantangan menjadi ibu di era modern?

Kita menginginkan kaum perempuan ini bisa maju dalam berbagai hal. Untuk meraih kemajuan itu tak pandang laki-laki atau perempuan. Dalam Alquran disebutkan, "Siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS an-Nahl [16]: 97).

Namun, perlu diperhatikan, semaju apa pun seorang perempuan, ia adalah figur penting dalam rumah tangganya. Majunya perempuan harus sekaligus di kedua sisi, dalam beramal saleh di ruang publik dan juga dalam keluarga. Harus dilaksanakan kedua-duanya, diperhatikan kedua-duanya, dan tercapai kedua-duanya.

Tantangan terbesar bagi ibu adalah melahirkan generasi terbaik. Secara emosional, anak-anak itu dekat dengan ibu. Waktu mereka banyak dengan ibu. Jadi, si ibu jangan memperhatikan anak soal kebutuhan lahiriahnya saja.

Pendidikan mental, intelektual, spiritual, semuanya berawal dari ibu. Apalagi, di era modern saat ini. Kaum ibu diharapkan mampu memanfaatkan kecanggihan zaman dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi terbaik.

Apakah sosok ibu mulai tak dihormati anak-anak zaman sekarang?

Saya rasa ini hanya masalah pendidikan di keluarga. Jika pendidikan di keluarga yang didapatkan anak-anak baik, mereka akan menghormati ibunya. Jika peran ibunya sangat besar dalam diri anak, tak mungkin ia dilecehkan.

Inilah tugas ibu untuk mengisi dada anak-anaknya dengan agama dan moral. Beri bekal untuk kehidupannya dengan ajaran-ajaran yang baik. Kalau anak-anak dibiarkan mencari bekal hidupnya sendiri, misalnya melalui tontonan, itulah yang akan ia ambil. Tontonan sekarang banyak yang tidak baik. Ia meniru di televisi bagaimana si anak memperlakukan orang tuanya.

Bagaimana memosisikan ibu di tempat yang benar?

Kalau seorang ibu bisa sukses di luar rumah, harusnya ia juga sukses di rumahnya. Kalau si ibu punya banyak kesibukan di luar rumah, dia harus bisa membagi waktu untuk keluarganya. Jangan sepenuhnya anak-anaknya dipercayakan kepada pembantu.

Manfaatkan kecanggihan teknologi untuk hal-hal positif. Menggunakan ponsel misalnya. Sesibuk apa pun si ibu di luar rumah, jangan lupa mengontrol anak-anaknya dengan menelepon. Tanyakan, sudah shalatkah? Sudah ngaji? Sudah makan? Sudah minum obat? Dan lain sebagainya. Ini bentuk perhatian sederhana, tapi besar pengaruhnya bagi diri si anak. Ia merasakan sosok ibu selalu hadir dalam kehidupannya.

Kedekatan emosional itu harus selalu ada dengan anak-anak. Walau tidak terus mendampingi mereka, tapi si ibu hendaknya terus hadir bagi anak-anak. Sebagai pelindung, sebagai teladan, dan sebagai teman atau sahabat.

Apa keistimewaan seorang ibu menurut Islam?

Kalau kita lihat dari ayat Alquran dan hadis-hadis Nabi SAW, banyak sekali kita temui kata-kata yang memuliakan ibu. Nabi SAW menyebutkan surga itu di bawah telapak kaki ibu. Kebaktian anak kepada ibu, tiga kali lebih besar dibanding kepada ayah (HR Bukhari Muslim).

Mengapa Nabi SAW mengulang tiga kali kepada ibu, baru yang keempat kepada ayah? Karena sedemikian besar peran ibu bagi anak-anaknya dibanding ayah. Mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan, dan seterusnya. Karena peran yang sangat besar itu, wajar saja jika Islam sangat memuliakan figur ibu.

Bagaimana seharusnya profil ibu modern dalam bingkai Islam?

Peran utama ibu di keluarga, yakni bagi anak-anak dan suaminya. Dia tentu boleh berkarier di luar rumah selama terjaga norma dan batas-batas syariatnya. Tetapi, yang perlu diperhatikan, kariernya di luar rumah tidak membuatnya lalai akan peran utamanya dalam keluarga.

Profil ibu ideal itu harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sebelum anak-anaknya meneladani hal-hal baik dari ibunya, tentu ibu itu sendiri harus baik terlebih dahulu. Jangan ada perangai buruk, apalagi dipertontonkan di depan anak-anaknya.

Bekal apa yang harus dimiliki untuk menjadi ibu yang baik?

Karena tugas dan peran ibu sangatlah besar, dia harus punya ilmu yang baik. Untuk bekerja di sebuah perusahaan profesional saja, butuh keahlian ini dan itu. Apalagi untuk menjadi ibu yang bekerja 24 jam nonsetop. Ia bertanggung jawab akan seperti apa generasi yang akan dihasilkannya kelak.

Karena itulah, diharapkan bagi perempuan-perempuan muda yang akan menjadi ibu untuk membekali dirinya sebaik-baiknya. Pelajari seluk-beluk rumah tangga dan seni mendidik anak. Bagaimana kiat-kiat menciptakan rumah tangga yang harmonis dan tenteram. Banyak keluarga yang kacau disebabkan kaum perempuan yang belum siap secara mental dan pengetahuan untuk memasuki dunia berumah tangga.

Pesan Anda di hari ibu?

Saya berharap dengan adanya hari ibu ini, kaum perempuan yang berperan sebagai ibu bisa lebih maju pola pikirnya. Jangan hanya larut dalam mengurus tugas harian rumah tangga. Ibu harus berpikir besar karena ia sedang membentuk generasi masa depan.

Di samping itu, kaum perempuan hendaknya juga bisa berperan untuk masyarakat. Mereka juga punya andil dalam berperan di masyarakat sebagai salah satu ladang amal saleh bagi mereka. Harapan kita bersama tentunya, perempuan yang telah menjadi ibu bisa sukses di rumah, dan juga sukses di luar rumah. n ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement